"Kak Zavin kenapa menciumku?"
"Kamu lupa, kalau kamu bukan adik kandungku, Viola."
Zavin dan Viola dipertemukan dalam kasus penculikan saat Zavin berusia 9 tahun dan Viola berusia 5 tahun. Hingga akhirnya Viola menjadi adik angkat Zavin.
Setelah 15 tahun berlalu, tak disangka Zavin jatuh cinta pada Viola. Dia sangat posesif dan berusaha menjauhkan Viola dari pacar toxic-nya. Namun, hubungan keduanya semakin renggang setelah Viola menemukan ayah kandungnya.
Apakah akhirnya Zavin bisa mendapatkan cinta Viola dan mengubah status mereka dari kakak-adik menjadi suami-istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"Ryan ...."
Mendengar suara itu seketika Ryan berhenti. Ia menendang bola itu pada anak-anak agar melanjutkan permainan mereka sendiri. Kemudian ia berjalan mendekati Viola.
"Kamu sekarang tinggal di sini?" tanya Ryan, seolah ia sudah tahu banyak hal tentang Viola.
Viola hanya menganggukkan kepalanya. "Kenapa kamu ada di sini?" tanya Viola.
Ryan tak menjawabnya. Ia justru duduk di kursi kayu sambil melihat anak-anak bermain sepak bola.
Viola menatap kedua pelayan yang masih mengikutinya. "Kalian kembali saja. Aku masih mau ada di sini," suruh Viola karena dia merasa tidak bebas jika terus diawasi seperti itu.
"Tapi, Nona ...."
"Ayolah, aku gak suka diikuti terus kayak gini. Kalian istirahat saja di dalam."
Ratna dan Nurul akhirnya menganggukkan kepalanya, lalu mereka pergi meninggalkan Viola.
Viola duduk di sebelah Ryan. Ia sangat penasaran dengan Ryan, mengapa Ryan bisa tahu banyak hal tentangnya. "Sebenarnya kamu siapa? Kamu juga anak buah Pak Victor?"
Ryan hanya tersenyum miring. Ia masih saja terdiam tak menyahuti perkataan Viola.
"Ryan, jawab dong!" Viola mulai kesal dengan Ryan. Ia mengernyitkan dahinya sambil menatap Ryan.
"Kamu anak kandung Pak Victor, mengapa tidak memanggilnya Papa atau mungkin Ayah?" Ryan justru membicarakan hal lain.
Viola melipat kedua tangannya dan mengalihkan pandangannya dari Ryan. Ia masih kesal karena Ryan tak juga jujur tentang dirinya. "Karena aku belum biasa saja. Setelah 20 tahun, aku baru bertemu Pak Victor."
"Asal kamu tahu saja, banyak yang ingin punya Ayah seperti Pak Victor," kata Ryan. Ia kini menatap wajah Viola dari samping.
"Ingin punya Ayah seperti Pak Victor? Apa Pak Victor bukan orang jahat? Dia saja menculikku waktu pertama kali aku ke rumah ini dan aku juga dengar kalau Pak Victor yang menghancurkan panti asuhan tempatku dititipkan dulu."
Ryan semakin tertawa mendengar perkataan Viola. "Setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk mengungkapkan rasa sayangnya. Kalau Pak Victor tidak sayang sama kamu, Pak Victor akan mengambil kamu secara paksa dari orang tua angkat kamu sejak lama. Nyatanya, Pak Victor menunggu ingatan kamu pulih, baru meminta kamu pulang ke sini."
Viola mengernyitkan dahinya menatap Ryan. "Jadi kamu memang anak buah Pak Victor? Selama ini kamu sengaja memata-mataiku? Sampai pura-pura mau juga jadi mata-mata Kak Zavin. Licik sekali kamu!"
Ryan mengacak rambut Viola lalu mencubit kedua pipinya. Ia sangat gemas mendengar perkataan Viola.
Viola menepis tangan Ryan. "Untunglah aku putus sama kamu. Ternyata kamu menjual semua rahasiaku demi uang."
"Oke, sekarang aku akan kasih satu rahasia, biar impas." Ryan berdiri dan menarik tangan Viola agat mengikutinya.
"Kita mau kemana? Kamu gak macam-macam kan?" Viola terpaksa mengikuti langkah jenjang Ryan.
"Aku tidak mungkin berani menyakiti Nona Muda." Ryan terus menarik tangan Viola lalu ia menghentikan langkah kakinya di depan bangunan itu.
Viola mendongak menatap papan nama di atas bangunan itu. "Panti Asuhan Kasih."
Ryan melepas tangannya lalu membuka pintu utama dan menyuruh Viola masuk. "Kita semua di sini adalah anak asuh Pak Victor," kata Ryan yang membuat Viola terkejut.
"Anak asuh Pak Victor?" Viola mengikuti langkah kaki Ryan masuk ke dalam panti asuhan itu. Di dalam ada puluhan anak-anak yang sedang belajar bersama, ada yang sedang menonton televisi, dan ada area bermain untuk anak balita.
"Termasuk aku adalah anak asuh Pak Victor," kata Ryan pada akhirnya. "Setelah kita dewasa, kita dibebaskan, ingin menetap atau ingin memilih jalan hidup sendiri. Mereka sudah dibekali ilmu dan pendidikan tinggi. Kebanyakan dari mereka memilih bekerja di perusahaan Pak Victor dan satu per satu membentuk keluarga sendiri."
Viola hanya mendengar perkataan Ryan. Jadi Ryan anak asuh papa kandungnya. Ia berjalan pelan menuju tempat bermain lalu duduk di playmate dan melihat lima anak balita yang sedang bermain. Satu di antara mereka masih merangkak dan tertawa menghampiri Viola.
"Hai, lucu sekali." Viola tersenyum tapi tanpa sadar air mata lolos di pipinya.
"Namanya Amel, baru berusia 10 bulan. Dia dititipkan di panti ini karena kedua orang tuanya kecelakaan dua bulan yang lalu dan meninggal."
Viola meraih Amel lalu memangkunya. "Ih, lucu sekali dan cantik." Viola mengambil mainan dan menggodanya hingga membuat Amel tertawa.
"Jadi, anak-anak yang bermain sama kamu juga anak panti ini?" tanya Viola.
Ryan menganggukkan kepalanya. "Panti ini adalah panti yang kamu kira telah dihancurkan Pak Victor."
Viola terkejut mendengar hal itu. "Tapi saat aku mencari, aku tidak menemukan panti di sini. Hanya panti yang telah terbengkalai itu yang aku temukan dan tidak ada yang tahu jejaknya."
"Iya, panti ini memang tidak ada jejak di jaringan internet karena Pak Victor ingin melindungi mereka semua, yang menghancurkan panti itu bukan suruhan Pak Victor tapi musuhnya. Aku juga tidak begitu ingat karena waktu itu aku juga masih berusia enam tahun," jelas Ryan.
Viola memikirkan semua perkataan Ryan. Ternyata ini kebaikan Victor yang tersembunyi. Mungkin ia memang sudah salah menilai Papa kandungnya.
"Nona Viola, ada di sini," kata salah satu pengurus panti yang membawa susu untuk anak-anak.
"Ibu, tahu nama saya?"
"Iya. Tuan Victor sangat bahagia karena akhirnya berhasil menemukan Nona dengan selamat. Ternyata Nona memang sangat cantik dan pasti juga sangat baik seperti Tuan Victor."
Viola hanya tersenyum kecil mendengar hal itu. Entahlah, apa ia memang sebaik itu. Kemudian ia kembali bermain dengan Amel dan anak lainnya.
"Vio, kamu kembali ke rumah sekarang ya. Sudah mau gelap," kata Ryan karena sebenarnya Victor tidak ingin Viola tahu tentang panti itu.
Viola menganggukkan kepalanya. "Besok main lagi ya." Viola melambaikan tangannya pada anak-anak. Kemudian, ia mengikuti langkah Ryan.
Setelah sampai di dekat gerbang belakang yang menghubungkan dengan halaman rumah Viola, Ryan berhenti.
"Kamu kembali sendiri saja. Berani kan?"
Viola menganggukkan kepalanya. "Hmm, Ryan jadi kamu dulu jadian sama aku karena kamu ingin mengawasiku?"
Ryan menggelengkan kepalanya. "Itu sebuah kesalahan. Seharusnya aku tidak boleh jatuh cinta sama kamu."
"Maksudnya?"
Ryan memutar tubuh Viola dan mendorongnya agar segera pergi dari tempat itu.
"Ya udahlah, itu hanya masa lalu." Kemudian Viola pergi meninggalkan Ryan.
Ryan terus menatap Viola yang semakin menjauh.
Bahkan untuk mencintai kamu saja aku tidak berani.
Thanks Mbak Puput
Ditunggu karya selanjutnya ❤️
perjuangan cinta mereka berbuah manis...
Semoga cepat menghasilkan ya, Zavin
semoga cepat diberi momongan ya ..
udah hak Zavin...
😆😆😆
Siapa ya yang berniat jahat ke Viola?