Ketika Akbar tiba-tiba terbangun dalam tubuh Niko, ia dihadapkan pada tantangan besar untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang sama sekali berbeda. Meskipun bingung, Akbar melihat kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih baik sambil berusaha mempertahankan identitasnya sendiri. Dalam prosesnya, ia berjuang meniru perilaku Niko dan memenuhi harapan keluarganya yang mendalam akan sosok Niko yang hilang.
Di sisi lain, keluarga Trioka Adiguna tidak ada yang tau kalau tubuh Niko sekarang bertukar dengan Akbar. Akbar, dalam upayanya untuk mengenal Niko lebih dalam, menemukan momen-momen nostalgia yang mengajarinya tentang kehidupan Niko, mengungkapkan sisi-sisi yang belum pernah ia ketahui.
Seiring berjalannya waktu, Akbar terjebak dalam konflik emosional. Ia merasakan kesedihan dan penyesalan karena mengambil tempat Niko, sambil berjuang dengan tanggung jawab untuk memenuhi ekspektasi keluarga. Dengan tekad untuk menghormati jiwa Niko yang hilang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Farhan Akbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertukar Tubuh
Di pagi hari, suasana terasa berbeda. Akbar terbangun, merasa seakan berada di tempat yang tidak dia ketahui. Dengan bingung, dia membuka matanya dan melihat sekeliling.
Dia terbangun di tempat tidur yang luas, dikelilingi oleh ruangan yang sangat megah. Desain arsitekturnya begitu indah, dengan sentuhan kemewahan yang mencerminkan sebuah dinasti kesuksesan.
Ruang kamar itu luas dan dirancang dengan cita rasa tinggi, menciptakan suasana yang nyaman dan elegan. Dindingnya dicat dalam nuansa gelap yang hangat, memberikan kesan modern dan maskulin. Di sudut kamar, sebuah tempat tidur king-size dengan pelindung kepala berlapis kain premium memancarkan kemewahan, dilengkapi dengan seprai sutra yang lembut dan bantal-bantal berwarna kontras.
Di samping tempat tidur, terdapat meja samping yang terbuat dari kayu gelap, dihiasi dengan jam tangan mewah merek terkenal, seperti Roleks, yang berkilau di bawah cahaya. Sebuah lampu meja dengan desain minimalis memancarkan cahaya lembut, menciptakan suasana tenang di malam hari.
Dinding-dindingnya dipenuhi dengan lukisan indah, dan cahaya matahari masuk melalui jendela besar, memberikan kilau keemasan di seluruh ruangan.
Akbar: (berbisik pada diri sendiri) "Di mana ini? Apa yang terjadi?"
Dia bangkit, merasakan kehangatan selimut yang lembut, dan melangkah keluar dari tempat tidurnya. Setiap langkahnya menggema di lantai conwood yang halus.
Akbar merasa terpesona dan bingung sekaligus.
Akbar: "Ini seperti mimpi... tapi apa mungkin aku di sini?"
Dia melangkah lebih jauh, melihat perabotan yang mewah dan indah. Tidak ada tanda-tanda bahwa ini adalah rumahnya. Rasa ingin tahunya semakin membara.
Akbar: "Siapa yang membawaku ke sini? Apa ini semua nyata?"
Dengan hati yang berdebar, dia berjalan ke arah jendela, ingin melihat dunia di luar. Dia berharap menemukan petunjuk tentang tempat dan bagaimana dia bisa berada di sini.
Akbar melangkah ke jendela, dan pemandangan di luar membuatnya terpesona.
Dia menyaksikan halaman luas yang eksotis, dipenuhi dengan berbagai jenis hewan mahal dan indah.
Hewan-hewan itu tampak seperti peliharaan yang sangat terawat; burung-burung warna-warni terbang bebas di udara, sementara beberapa hewan eksotik lainnya berjalan dengan anggun di antara tanaman hijau yang rimbun.
Akbar: (dalam hati) "Wow, semua ini terlihat sangat luar biasa... Seperti sebuah taman kerajaan."
Dia mengamati dengan seksama, merasa seolah dia sedang berada di dunia yang sama sekali berbeda. Setiap detail dari halaman itu terlihat sempurna, seolah-olah dirancang untuk memikat siapa pun yang melihatnya.
Akbar: "Siapa yang memiliki semua ini? Apa yang sebenarnya terjadi?"
Rasa ingin tahunya semakin membara. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan bahwa dia telah melangkah ke dalam hidup yang tidak dia kenali, dan itu membuatnya semakin penasaran untuk menemukan jawaban.
Akbar berbalik dan melihat cermin besar yang menggantung di dinding. Dia mendekatinya dengan hati-hati, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
Di dalam cermin, dia melihat refleksinya. Wajahnya tampak berbeda—sangat terawat, seolah kembali ke masa mudanya saat dia masih di SMA. Muka yang tampan, dengan kulit bersih dan mata yang bersinar penuh semangat.
Akbar: (berbisik) "Apakah ini mimpi?"
Dia menyentuh permukaan cermin, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Wajahnya sama, tetapi lebih muda dan lebih segar. Semua kerisauan dan kesedihan tampak menghilang dari wajahnya.
Akbar: "Ini seperti gambaran wajahku di masa lalu... Bagaimana mungkin aku terlihat seperti ini?"
Dia merasa campur aduk; antara terpesona dan bingung. Akankah semua ini nyata? Atau mungkin dia terjebak dalam mimpi yang sangat hidup?
Dengan perasaan tak menentu, Akbar kembali menatap cermin, berusaha mencari jawaban atas apa yang terjadi padanya dan bagaimana dia bisa berada di tempat ini.
Akbar terpesona saat melihat lebih dekat ke cermin. Semua bekas jerawat yang pernah menghiasi wajahnya kini hilang, digantikan oleh kulit yang mulus dan bersih. Dia tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya.
Akbar: (dalam hati) "Ini luar biasa... wajahku... seperti masa SMA."
Dia menyentuh pipinya dengan lembut, merasakan kehalusan kulit yang sudah lama hilang. Rasa percaya diri yang lama hilang mulai kembali, meskipun rasa bingung masih mengganggu pikirannya.
Akbar: "Apakah semua ini nyata? Atau hanya ilusi dari sebuah mimpi?"
Refleksinya memancarkan semangat yang belum pernah dia rasakan sejak lama, dan dia bertanya-tanya apakah ini tanda dari suatu perubahan besar dalam hidupnya.
Dia berbalik lagi untuk melihat halaman luas di luar jendela, merasa bahwa mungkin ada harapan baru menanti di depannya.
Akbar: "Jika ini benar-benar nyata, aku harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya."
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan dari arah pintu. Tu.tuk.tuk.
Akbar tersentak dari lamunannya dan berbalik ke arah pintu. Dengan ragu, dia berjalan mendekati pintu dan membukanya. Di depan pintu berdiri seorang pelayan wanita yang cukup cantik, mengenakan dress maid yang elegan dan rapi.
Pelayan: "Tuan, aku akan menyiapkan air hangat untukmu. Apakah ada yang ingin kau minta selain itu?"
Akbar merasa seolah terperangkap dalam situasi yang tidak biasa, mencoba memainkan perannya meski masih sedikit canggung.
Akbar: "Eh, terima kasih... itu terdengar bagus."
Dia tersenyum, berusaha menampilkan sikap percaya diri, meskipun hatinya berdebar-debar.
Pelayan: "Baik, Tuan. Silakan beristirahat sementara aku menyiapkannya."
Dengan gerakan lembut, dia sedang menyiapkan air panas di bak mandi yang luas.
Kamar mandi ini memancarkan kemewahan, dirancang sebagai tempat peristirahatan pribadi yang penuh relaksasi dan kenikmatan. Lantai kamar mandi terbuat dari ubin marmer yang dipoles, dengan garis-garis elegan yang menangkap cahaya dan menambahkan sentuhan megah. Pencahayaan lembut diletakkan secara strategis, menciptakan suasana yang hangat dan mengundang.
Di tengah ruangan, sebuah bak mandi bebas berdiri, terbuat dari porselen putih, menjadi fokus utama di bawah jendela besar yang dilapisi frosted, memungkinkan cahaya alami masuk. Bak mandi dikelilingi oleh handuk mewah yang rapi di rak handuk yang dipanaskan, menawarkan kenyamanan setelah berendam lama.
Di seberang bak mandi, terdapat vanity ganda yang luas dengan meja rias dari granit halus, dilengkapi dengan dua wastafel berbentuk mangkuk dan keran chrome modern. Vanity ini dilengkapi dengan kompartemen yang terorganisir, menampilkan produk perawatan kulit berkualitas tinggi dan perlengkapan mandi mewah.
Shower walk-in yang menakjubkan dilengkapi dengan kepala shower hujan dan beberapa semprotan tubuh, dilapisi kaca tanpa bingkai untuk tampilan yang mulus. Dinding shower dihiasi dengan ubin mozaik yang indah, menambah sentuhan seni pada ruangan.
Aksen elegan, seperti karpet area yang lembut dan lampu gantung bergaya yang menggantung dari langit-langit, menyempurnakan suasana mewah ini. Tanaman pot dan lilin beraroma ditempatkan secara strategis, meningkatkan suasana ketenangan.
Dengan kombinasi bahan yang luar biasa, desain yang cermat, dan nuansa ketenangan secara keseluruhan, kamar mandi ini menjadi tempat pelarian yang sempurna untuk relaksasi dan peremajaan, mewujudkan esensi gaya hidup mewah.
...****************...
Pelayan: "Tuan, air hangat sudah hampir siap. Bak mandi ini sangat nyaman, pasti membuatmu merasa segar."
Akbar terpesona melihat keanggunan pelayan itu saat dia bekerja dengan cekatan. Dia merasa canggung, tetapi juga terkesan dengan suasana yang begitu berbeda dari kehidupan sehari-harinya.
Akbar: "Terima kasih, itu sangat baik dari kamu."
Pelayan tersenyum lembut, seolah sudah terbiasa dengan kesopanan semacam itu. "Tentu, Tuan. Apakah ada yang bisa saya bantu lagi?"
Akbar mencoba untuk tidak terlihat terlalu terkejut. "Eh, tidak untuk saat ini. Terima kasih sekali lagi."
Pelayan: "Baiklah, Tuan. Jika ada yang dibutuhkan, jangan ragu untuk memanggil saya."
Setelah pelayan pergi, Akbar menatap bak mandi yang luas, merasakan ketenangan yang aneh. Dia menyadari bahwa semua ini adalah bagian dari dunia baru yang harus dia hadapi, dan mungkin ini adalah kesempatan untuk menemukan siapa dirinya yang sebenarnya.
Setelah pelayan pergi, Akbar menutup pintu dan berusaha mencerna semua yang terjadi. "Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" pikirnya. "Seolah-olah aku hidup dalam dunia yang sangat berbeda."
Dia kembali melihat ke cermin, mencoba meyakinkan diri bahwa dia bisa menghadapi semua ini. Dengan setiap detak jantung, rasa percaya dirinya perlahan tumbuh, seolah ini adalah kesempatan baru untuk memulai kembali.
Setelah pelayan itu pergi, dia melangkah menjauh dengan langkah ringan, namun di dalam hatinya, dia merasa ada yang aneh.
Pelayan: (dalam hati) Tuan Muda ini aneh sekali hari ini. Tidak biasanya dia berterima kasih kepadaku. Seolah ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya.
Dia menggelengkan kepala, mencoba mengabaikan pikiran itu, tetapi rasa ingin tahunya terus mengusik. Mungkin dia mengalami sesuatu yang penting. Aku berharap semuanya baik-baik saja.
Pelayan melanjutkan tugasnya, tetapi terus memikirkan perubahan dalam sikap Tuan Muda yang biasanya cenderung lebih dingin. Entah mengapa, aku merasa ada harapan baru di sini.
Akbar mencoba menenangkan diri, merasakan bahwa mungkin ini adalah realitas yang nyata dan bukan mimpi. Dia mengubah wajahnya menjadi lebih serius, mengingat semua yang telah terjadi.
Akbar: (dalam hati) Aku perlu mencari handphone. Mungkin di sanalah aku bisa menemukan informasi tentang diriku dan tanggal berapa sekarang.
Dengan langkah mantap, dia mulai menjelajahi ruangan dan membuka laci dekat tempat tidurnya. Di dalamnya, dia menemukan tiga handphone yang terlihat berbeda-beda.
Akbar: "Ada tiga? Mana yang harus aku buka dulu?"
Dia mengambil salah satu handphone dan menyalakannya, merasa harapan membara di dalam dirinya. Layar menyala, dan dia segera mencari informasi yang dibutuhkan.
Akbar: Semoga ada petunjuk di sini tentang siapa diriku dan apa yang terjadi.
Dia menatap layar, menunggu dengan cemas untuk melihat tanggal dan informasi lain yang mungkin membantunya memahami situasi ini.
Ketika ponsel menyala, layar meminta untuk menggunakan sidik jari. Akbar merasa sedikit gugup, tetapi dia mengambil napas dalam-dalam dan mencoba menempelkan jempolnya ke sensor.
Dengan hati berdebar, dia menunggu beberapa detik, dan... ternyata berhasil! Layar terbuka, memperlihatkan berbagai aplikasi dan informasi di dalamnya.
Akbar: "Yes! Akhirnya, aku bisa melihat apa yang ada di sini."
Dia mulai menjelajahi layar, mencari tanggal dan catatan yang bisa memberinya petunjuk tentang dirinya. Dia melihat beberapa notifikasi dan pesan yang belum dibaca.
Akbar: Ini mungkin langkah pertama untuk memahami siapa aku di dunia ini.
Akbar melihat layar ponsel menunjukkan tanggal 20 Januari 2024. Ini adalah waktu yang sama dengan diriku di masa lalu. Jadi, waktu terus bergulir, hanya saja aku berpindah tubuh.
Dengan perasaan campur aduk, dia mencoba mencari informasi lebih lanjut di galeri foto. Begitu membuka galeri, matanya terperangah melihat banyak foto pria ini. Dalam setiap gambar, dia terlihat sedang merangkul banyak wanita di sekolahnya.
Akbar: "Wow, sepertinya dia sangat populer..."
Dia mengamati foto-foto tersebut dengan lebih dekat, melihat bahwa sekolah pria ini adalah sekolah elit yang ada di Jakarta.
Semua fasilitas dan lingkungan terlihat sangat mewah, mencerminkan status tinggi.
Akbar: (dalam hati) Ini bukan sembarang sekolah. Apa yang terjadi pada diriku?
Dia terus menelusuri foto-foto itu, mencoba mencari tahu lebih banyak tentang hidup pria yang kini dia huni, merasa semakin terikat dengan misteri yang harus dia ungkap.
Ketika Akbar terus menjelajahi galeri foto, dia menemukan satu foto yang membuatnya terkejut. Pelayan yang tadi dia temui muncul dalam sebuah selfie, di mana pria itu terlihat menciumi pipinya dengan mesra.
Akbar: "Apa ini? Dia... dia sangat berbeda dari yang aku lihat tadi."
Dia melanjutkan menelusuri foto-foto lain dan menemukan banyak momen di mana pria ini sedang berpesta di klub bersama teman-temannya. Dengan minuman di tangan, mereka tampak sangat menikmati hidup tanpa beban.
Akbar: (dalam hati) Pria ini sepertinya seorang bajingan. Hidupnya penuh dengan kesenangan dan kebebasan yang sembrono.
Rasa jijik mulai mengisi hatinya. Dia merasa terjebak dalam tubuh seseorang yang memiliki reputasi buruk, jauh dari nilai dan harapan yang ingin dia jalani.
Di tengah kekecewaan, Akbar menemukan beberapa foto di mana pria ini terlihat merokok, menghisap rokok dengan santai sambil tertawa bersama teman-temannya.
Akbar: (dalam hati) Setidaknya ada satu kesamaan. Aku juga seorang perokok.
Melihat foto-foto itu membuatnya merasa sedikit lebih lumrah. Meskipun dia merasa terjebak dalam tubuh seseorang yang bajingan, sisi itu membuatnya merasa lebih akrab dengan pria ini.
Akbar: "Mungkin ada harapan untuk memahami hidupnya, meskipun banyak hal yang tidak aku setujui."
Dia menatap layar, mencoba merenungkan bagaimana dia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengubah arah hidup yang tampaknya kelam.
Ketika Akbar menggeser layar ke atas, matanya tertangkap oleh sebuah foto wanita cantik. Dengan cepat, dia mengenali wajah itu.
Akbar: "Ini... dia adalah artis ternama! Kenapa bisa ada fotonya di sini?"
Wanita itu tampak anggun dan bersinar dalam setiap foto, dikelilingi oleh sorotan lampu dan perhatian banyak orang. Akbar tahu bahwa ini adalah sesuatu yang luar biasa; artis ini terkenal di seluruh negeri.
Akbar: (dalam hati) Apa hubungan pria ini dengan dia?
Dia melihat lebih dekat, merasakan campur aduk antara kekaguman dan rasa ingin tahu.
Apakah mereka memiliki hubungan? Atau mungkin ini hanya momen kebetulan?
**Akbar mulai berpikir, Jika aku ingin memahami hidup pria ini, aku perlu tahu lebih banyak tentang hubungan dan interaksi yang dia miliki dengan orang-orang di sekitarnya. Ini bisa menjadi kunci untuk mengungkap misteri ini.
Akbar melanjutkan menjelajahi galeri dan menemukan foto keluarga yang mengesankan.
Dalam foto itu, artis ternama tersebut berdiri dengan lelaki yang terlihat seperti suaminya, seorang konglomerat yang tampak sukses, dan ketiga anak mereka yang lucu.
Akbar: "Wow, ini luar biasa... dia punya keluarga yang bahagia."
Melihat momen kebersamaan mereka, Akbar merasa seolah sedang menyaksikan kehidupan yang sangat berbeda dari yang dia kenal.
Sebelum berpindah tubuh, dia jarang mengikuti aktivitas artis, jadi dia tidak tahu banyak tentang kehidupan anak-anak mereka.
Akbar: (dalam hati) Bagaimana hubungan pria ini dengan mereka? Apakah dia juga bagian dari dunia mereka?
Setelah melihat foto-foto, Akbar memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Maya Cinta. Dia membuka aplikasi GooSel Chonos dan mengetikkan kata kunci "Maya Cinta." Dalam sekejap, hasil pencarian muncul, termasuk link ke Wikipedd.
Akbar: "Mari kita lihat siapa dia sebenarnya."