Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bara Beraksi
Bara memarkirkan mobilnya tepat di depan klinik dimana Alea berada, saat Bara keluar diikuti oleh Hamzah, ia mendapati Ajat tengah berjalan keluar dari klinik.
"Jat." Panggil Hamzah.
"Eh, bang." Jawab Ajat melihat kearah Hamzah.
"Dimana Al?" Tanya Bara.
"Ada di ruangannya nomor 2, barusan baru ganti cairan infusnya sama dokter. Kata dokter Alea demam tinggi, asam lambungnya juga kumat lagi, jadi dokter kasih infus sampai Alea enakan." Jawab Ajat seraya menjelaskan kondisi Alea pada keduanya.
Bara langsung berjalan melewati Ajat begitu saja, ia ingin segera menemui kekasihnya di ruangan yang sudah di beritahukan oleh Ajat.
"Makasih Jat, ngomong-ngomong kamu mau kemana?" Tanya Hamzah.
"Mau keluar bang, sekalian beli paket data soalnya dah habis ini." Jawab Ajat.
"Abang boleh minta tolong?" Tanya Hamzah.
"Boleh bang, minta tolong apa?" Tanya Ajat.
"Tolong beliin nasi sama lauknya buat Bara, dia tadi belum makan kasian. Sekalian juga kamu beli makanan, cemilan sama minuman buat yang lainnya." Ucap Hamzah seraya mengeluarkan beberapa lembar uang merah pada Ajat. "Ini, sekalian juga beli paket datanya dari situ aja." Ucap Hamzah.
Ajat menerima lembaran uang dari tangan Hamzah, ia langsung keluar menuju parkiran. Seperginya Ajat, Hamzah langsung menyusul Bara ke ruangan adiknya.
Ceklek.
Bara membuka pintu ruangan Alea dengan pelan, tatapannya langsung tertuju pada sang kekasih yang tengah melamun di atas brankar. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Alea, Leona dan Mutiara terkejut melihat kehadiran Bara, sontak mereka langsung mundur memberikan jalan untuk Bara.
"Sayang." Panggil Bara dengan lemah lembut.
Alea tidak mendengar panggilan Bara, ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Sebuah tangan kekar menempel di sebelah pipinya, ia tersadar dari lamunannya kemudian menatap tangan pemiliknya. Bola matanya membulat saat melihat pria yang ia rindukan tengah berdiri di hadapannya, ia mengira bahwa kehadiran Bara hanya halusinasinya saja, Alea beberap kali mengerjapkan matanya.
"Ini beneran sayang, kakak ada disini." Ucap Bara.
"Hiks, kakak." Tangis Alea kembali pecah menatap Bara.
Bara langsung membawa kekasihnya itu ke dalam pelukannya, hatinya berdenyut nyeri kala pertama kalinya melihat Alea serapuh ini. Hamzah masuk ke dalam ruangan Alea, di melihat adiknya berada di dalam pelukan Bara.
"Al." Panggil Hamzah dengan suara tercekat, ia perlahan berjalan menghampiri adiknya.
Mendengar suara Hamzah, Alea melepas pelukannya. "Abang." Lirih Alea.
Grep..
Hamzah memeluk tubuh adiknya yang bergetar hebat, keduanya sama-sama menangis. Hamzah merasa gagal dalam menjaga harta berharga satu-satunya itu, ia kembali melihat adiknya terluka menghadapi kenyataannya sendirian. Alea selalu menyembunyikan rasa sedihnya, ketegarannya membuat Hamzah yakin bahwa Alea bisa menjaga dirinya selama ia bekerja di Jakarta. Namun, kenyataannya ia kembali mendapat kabr buruk yang tak pernah ia harapkan, ia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa melakukan apapun terhadap ayah dan ibu tirinya itu.
"Udah ya, jangan nangis lagi. Adek abang kan yang paling kuat, nangisnya bentar aja ya." Ucap Hamzah dengan lembut.
Alea tidak bisa berkata apa-apa lagi, hidungnya seakan tertutup rapat sampai ia kesusahan bernafas. Matanya sembab dan juga merah sebab terus menangis, seragam yang masih di pakainya pun basah oleh air matanya.
"Awas dong, mau kangen-kangenan ini." Ucap Bara berusaha mencairkan suasana, ia menggeserkan tubuh Hamzah agar bisa leluasa dekat dengan Alea.
"Ih, si setan." Protes Hamzah.
"Aa saja Mumu aja, daripada aa di situ jadi nyamuk." Ucap Mutiara menarik lengan Hamzah untuk berdiri di sampingnya.
"Pepet terus Mut, sampai aa nya muntah." Cibir Leona.
"Gak bakalan muntah kok, paling mual dikit. Tenang aja, nanti Mumu siapin obat anti mual." Ucap Mutiara.
"Serah loe aja deh Mut, ngeladenin loe yang mulai centil sama aja ngundang gue yang waras jadi was-was." Ucap Leona.
"Yang kayak gini, gigit gak sih Al?" Tanya Hamzah menatap ke arah adiknya.
Alea terkekeh mendengar ucapan kakaknya. "Gigit kak, makanya ngejar terus." Jawab Alea.
"Sialan." Kesal Mutiara.
Alea terkekeh melihat wajah kesal Mutiara, lumayan untuk hiburan. Bara duduk di sebelah Alea, ia menggenggam tangan sang kekasih yang tidak terpasang jarum infus.
"Udah makan?" Tanya Bara.
Alea menggelengkan kepalanya pelan. "Belum." Jawab Alea.
Pletak.
Bara menyentil kening Alea dengan wajah datarnya, Alea hanya meringis mengusap keningnya yang memerah akibat ulah Bara.
"Aduh, kekerasan dalam berpacaran ini mah kak." Keluh Alea.
"Siapa suruh bandel, tiap hari udah di ingetin jangan sampai lewat makan. Kakak udah sering wanti-wanti kamu soalnya kamu punya penyakit magh, kenapa gak di dengerin, hah?!" Omel Bara.
"Iya maaf, jangan marah kak. Kakak enggak kasihan apa, kan aku lagi di rawat harusnya di sayang loh kak. Masa yang katanya kangen-kangenan malah jadinya marah-marah gini? Sakit sekali hati mungilku ini." Ucap Alea.
"Huft, untung sayang. Yaudah, sekarang kamu makan." Ucap Bara yang masih dengan wajah kesalnya.
"Btw, ini makananya kak. Omelin aja Alea nya kak, kalo kita yang ngomel gak bakal di dengerin." Ucap Leona menyerahkan satu bungkus nasi uduk pada Bara.
Bara mengambil nasi dari tangan Leona, dia menyuapi Alea dengan mulut yang terus mengoceh sampai Alea diam tak berkutik. Hamzah dan kedua temannya hanya menahan tawanya melihat wajah kusut Alea.
Setelah selesai menyuapi Alea, Bara keluar dari ruangan Alea bersama Hamzah. Ia mengeluarkan ponselnya menghubungi seseorang, Hamzah hanya diam di samping Bara sambil mendengarkan percakapan yang tersambung di hp Bara.
"Zah, rumah sakitnya dimana?" Tanya Bara menoleh kearah Hamzah.
"Pelita Harapan." Jawab Hamzah.
"Nama Nyotir loe? Sama nyokap?" Tanya Bara lagi.
"Nyotir, Mala Nabila Zahrani. Kalo nyokap, Sandra Permata Basuni." Jawab Hamzah.
"Loe tahu nama anaknya nyotir loe? Apa ada fotonya?" Tanya Bara dengan telpon yang masih menempel di telinganya.
"Gue gak pernah ketemu sama dia, jadi gak punya fotonya. Katanya sih dia tinggal di negara UK sama kakek neneknya, kalo untuk namanya kalo gak salah, Dewangga Naveen Alfareez."Jawab Hamzah.
"Heem, Thanks." Ucap Bara.
Bara kembali berbincang melalui telponnya, Hamzah mengernyitkan dahinya bingung. Pasalnya, Bara menanyakan nama anak dari ibu tirinya juga.
"Cari informasi perihal operasi tersebut, cari tahu juga mengenai anak itu. Setelah itu, kirimkan semua datanya padaku. Aku beri waktu satu minggu untuk mencari informasi tersebut, jika dalam waktu tersebut kau masih tidak mendapatkannya, bersiaplah." Ucap Bara. Setelah mengatakannya, Bara menutup telponnya sepihak.
"Kau punya nomor guru sekolah Alea?" Tanya Bara.
"Ada." Jawab Hamzah.
"Berikan padaku." Titah Bara.
Hamzah mengotak-atik ponselnya, ia menyerahkan ponselnya pada Bara saat ia sudah menemukan salah satu kontak guru di sekolah Alea. Entah apa yang akan di lakukan oleh Bara, Hamzah sama sekali tidak bisa menebaknya.