Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Bertiga
"To."
"Iya, Miss?"
"Gimana semalam rasanya lihat tubuhku?"
Tito tertegun mendengarnya. Tangan yang sedang berada di depan mulut Binbin pun spontan berhenti gerakannya. Tito ingin menoleh ke arah wanita yang melempar pertanyaan, tapi rasa malu menyeruak dalam dirinya. Tapi kalau tidak menoleh, Tito takut disangka macam macam. Jadi serba salah.
Tito sendiri juga merasa heran, bagaimana mungkin ada seorang wanita yang dengan enteng menanyakan hal seperti itu? Tidak terlihat marah saat ada pria yang melihat barang berharganya? Bukankah seharusnya tidak perlu di ungkit lagi? Anggap saja tidak pernah terjadi apa apa? Berbagai pertanyaan bermunculan di dalam benak Tito.
Seharusnya Miss A moy tidak perlu menanyakan hal itu. Semua laki laki pasti akan berpikiran sama, tubuh Miss A moy sangat indah walau sedang tidak memakai apa apa. Seandainya Tito tidak mempunyai rasa malu, pasti Tito akan mengatakan tubuh A moy sangat bagus. Sayang, Tito hanya bisa memujinya dalam hati. Dia belum terbiasa berbicara terlalu nakal dengan seorang wanita.
Di saat rasa canggung sedang melanda, Bibi Nur masuk ke dalam kamar membawa nampan berisi sarapan untuk Tito. Setelah menyerahkan sarapan, Bibi Nur juga tidak langsung pergi. Dia mengambil alih sarapan anak anak dan menyuruh Tito segera menyantap hidangan yang dia bawa.
Bibi Nur juga diminta Miss A moy menyiapkan beberapa perlengkapan buat Zoe karena mereka akan Untungnya anak anak mau mengerti, Tito pun mulai menikmati sarapannya. Sedangkan Miss A moy, dia pergi ke kemarnya untuk bersiap diri.
Sedangkan di dalam kamar, Yoyo berhasil lepas dari godaan empat wanita cantik yang sepertinya memang sengaja ingin melakukan godaan tersebut. Entah ini disebut kesialan atau keberuntungan bagi Yoyo. Setelah pagi harinya Yoyo bisa melihat, bahkan memegang tubuh A win, Yoyo kembali dihadapkan dengan cobaan lainnya di sekitar kolam renang tadi.
Bagaimana bisa para wanita yang cantiknya keteraluan itu, dengan entengnya mengusap tubuh seorang pria? Bahkan berkali kali kata pujian juga terlontar dari mulut para wanita itu? Apa ke empat pria tua yang bekerja di sana juga diperlakukan seperti itu? Tito hanya mampu bertanya tanya dalam hati.
Hingga beberapa puluh menit kemudian.
"Kamu mau kemana? Kok berpakaian rapi?" tanya Yoyo yang baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat Tito memakai kemeja warna maroon, celana panjang putih dan sepatu santai yang memang disediakan oleh majikan mereka.
"Mau pergi dengan Miss A moy dan Zoe. Kamu disuruh jagain Binbin dan Miss A win," balas Tito yang masih bercermin memperhatikan penampilan. "Masa kerja kok pakaiannya kayak gini? Kayak mau kencan?"
Yoyo terkekeh lirih. Yoyo pun mengambil kaos dan celana pendek. "Pantesan ya, waktu kita menerima pekerjaan ini, kita ditanyain sama agen, ukuran sepatu dan pakaian kita. Mungkin tujuannya untuk pakaian kerja kita."
"Iyaz tapi aku tetap nggak nyangka aja, pakaian yang disediakan untuk kita membuat aku merasa semakin tampan aja, Yo."
"Hahaha ... percaya diri banget kamu! Eh tapi benar sih. Aku juga ngerasaainya seperti itu."
"Nah kan! Ya udahlah, aku pergi dulu. Mending kamu segera ke kamar Binbin deh, takutnya dia rewel karena Zoe mau pergi."
"Oke, oke, oke. Aku udah siap ini. Yuk keluar."
Pemuda itu keluar kamar bersama sama. Benar saja, Binbin agak merajuk saat Zoe mau berangkat. Untung ada Yoyo dengan segala bujuk rayunya. Dengan di janjikan akan belajar bela diri, Yoyo berhasil membuat Binbin tak rewel lagi.
"Miss yakin, nyuruh aku yang bawa mobil?" tanya Tito begitu mereka sudah ada di depan mobil yang akan mereka gunakan.
"Yakinlah, makanya, tadi, kan, aku bilang kita pergi bertiga. Lagian kata Pak Li, kamu lumayan lancar bawa mobilnya. Sekarang anggap saja kamu sedang berlatih."
Jawaban Miss A moy membut Tito akhirnya pasrah. Zoe duduk di belakang menggunakan kursi tambahan. A moy duduk di samping Tito agar lebih mudah mengarahkan arah jalan. Mobil pun segera meluncur meninggalkan rumah.
"Pelan pelan aja, To. Yang penting nyampe," ucap A moy memperingati.
Padahal Tito memang pelan mengemudikannya. Kecepatan yang di ambil juga kecepatan standar. Hingga ketika mereka berada di sebuah lampu merah.
Miss, sepertinya kita ada yang mengikuti?" ucap Tito sambil melirik kaca spion memperhatikan mobil warna hitam di belakangnya.
"Aku tahu," jawab A moy yang tentu saja membuat Tito terkejut.
"Miss udah tahu? Sejak kapan?"
"Sejak kita keluar rumah."
"Wah! Bahaya ini!"
...@@@@@...
semangat
author bikin cerita nya nalar dikit
canda aja thoor