Spin off DELMAR
Gadis baik-baik, bertemu dengan badboy sekolah. Sepuluh kali putus, sepuluh kali juga balikan. Seperti itulah hubungan cinta antara Naomi dan Aiden. Perbedaan diantara mereka sangar besar, akankah cinta mampu mempersatukan mereka?
"Naomi hanya milik Aiden. Tidak ada yang boleh miliki Naomi selain Aiden. Janji," Aiden mengangkat kelingkingnya.
"Janji." Tanpa fikir panjang, Naomi menautkan kelingkingnya pada kelingking Aiden.
Janji gila itu, membuat Naomi selalu gagal move on.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKU HAMIL, MIK
Naomi menatap Aiden yang tampak marah-marah di telepon. Entah kenapa, feelingnya mengatakan jika cowok itu tidak sedang telepon dengan papanya, melainkan seseorang yang punya masalah dengannya, tapi dia tak tahu siapa. Hatinya mendadak gelisah.
Saat mengalihkan pandangan kedepan, dia tersenyum melihat Delmar yang tengah menyuapi Killa. Dia senang melihat perkembangan hubungan mereka, berharap jika nanti, dia dan Aiden juga bisa menikah dan bahagiabahagia laiknya Delmar dan Killa.
"Del," panggil Naomi. "Lo tahu gak, kalau Sasa, pacarnya Miko, pernah selingkuh sama Aiden?"
Mendengar itu, Delmar langsung mengalihkan pandangan menuju Naomi. "Darimana lo tahu?"
Naomi menunduk dalam sambil menggigit bibir bawahnya, menahan sakit saat ingat sesuatu. "Aku pernah mergokin dia di apartemen Aiden. Dia juga ngaku, kalau sering tidur dengan Aiden."
"Damn!" Delmar langsung mengumpat. Dia menarik rambutnya kebelakang sambil melihat nyalang ke arah Aiden. "Gila! Dan lo," dia kembali menatap Naomi. "Lo masih mau sama dia?"
Naomi mengangguk. "Ai udah berubah sekarang. Dia udah janji gak akan melakukan itu lagi."
Delmar tertawa dengan raut pengen nangis. Sumpah demi apapun, dia tak rela jika Naomi memaafkan Aiden. "Lo itu bego, apa gob lok?"
Naomi terkekeh. "Sama aja artinya, Del."
"Gila!, Cowok berengsek kayak gitu, lo masih mau."
"Dia rela mati buat aku."
"Konyol," Delmar terkekeh. "Kalau beneran mau bunuh diri itu, terjun dari rooftop apartemennya, jangan dari lantai 2 rumah bokapnya, cuma patah tulangkan jadinya," dia berdecak pelan. Beberapa bulan yang lalu, Aiden memang pernah mencoba bunuh diri hanya demi bisa baikan dengan Naomi.
"Gak hanya itu, dia juga pernah nyelamatian gue yang hampir di perkosa preman. Kalau saja Aiden gak nyelamatin gue waktu itu, mungkin saat ini, gue udah gak sanggup hidup setelah digilir 4 orang preman." Naomi menatap Aiden dengan mata berkaca-kaca.
Delmar memikirkan Miko, mungkinkah temannya itu sudah tahu soal ini? Akhir-akhir ini, dia melihat Miko tak seperti biasanya, cowok itu berubah, lebih pendiam, seperti orang yang punya masalah berat.
...----------------...
Aiden dibuat kesal dengan kelakuan Sasa yang terus berusaha meneleponnya hingga tengah malam. Malas berurusan dengan wanita itu, dia memilih memblokir nomor Sasa. Tapi ternyata, diblokir tidak membuat Sasa menyerah, siang ini, cewek itu menemuinya di parkiran kampus.
"Kita harus bicara," ucap Sasa sambil memegang lengan jaketnya.
"Lepas!" Aiden menarik kasar lengannya hingga terlepas dari Sasa. "Gak ada yang perlu kita bahas." Dia melihat sekeliling, jangan sampai ada yang mendengar obrolannya dengan Sasa, untung sedang sepi.
"Banyak, Den, banyak yang harus kita bahas," Sasa mulai menangis. "Kita harus segera menikah sebelum perutku semakin besar."
"Jangan mimpi!" tekan Aiden di depan wajah Sasa. "Sampai kapanpun, gua gak akan nikahin lo. Camkan itu!"
"Tapi aku hamil anak kamu," Sasa makin sesenggukan.
"Itu anak Miko, bukan anak gue."
"Anak kamu, Den." Sasa meraih tangan Aiden, meletakkan di perutnya, tapi dengan segera, Aiden menarik tangannya. "Aku bersedia melakukan tes DNA kalau kamu gak percaya. Ini anak kamu, bukan anak Miko."
Aiden membuang nafas kasar sambil mengacak rambutnya frustasi. Dia memegang kedua bahu Sasa, menatap kedua netranya. "Kamu tahu pelacur, Sa? Pelacur yang hamil, tak akan minta tanggung jawab pada pelanggannya."
"Tega kamu ngomong kayak gitu, Den?"
Aiden tersenyum sambil menyeka air mata Sasa. "Gak usah ngelak. Kamu yang nawarin diri ke aku, jadi apa bedanya kamu dengan pelacur?"
Sasa memegangi dadanya yang terasa sangat sesak. Kalimat Aiden terasa seperti belati yang menikam jantungnya, sakit, sakit sekali. Cinta membuatnya seperti ini. Dia memang salah, pernah berharap hamil anak Aiden agar bisa mendapatkan cowok itu, tapi ternyata, semua tak sesuai harapannya. Tubuh, perhatian, cinta, dan semua yang dia berikan, tak mampu meluluhkan hati seorang Aiden.
"Aku akan transfer uang untuk menggugurkan anak itu, sebutkan saja berapa nominalnya. Tapi kalau kamu tidak mau, minta saja Miko yang menikahimu. Aku yakin, kekasihmu yang baik itu, akan bersedia menikahimu. Miko sudah selesai ujian, sudah lulus, kalian bisa segera menikah."
Dengan langkah gontai, Sasa meninggalkan Aiden. Sepertinya, meski dia menangis darah, Aiden tetap tak akan mau tanggung jawab. Dia menghentikan langkah di halte dekat kampus, duduk di kursi panjang dimana tak ada seorangpun disana. Fikirannya menerawang jauh, memikirkan solusi apa yang harus dia ambil. Apakah dengan menggugurkan janinya, masalah ini akan selesai?
Tak sengaja, matanya menatap seorang laki-laki yang sedang menggendong seorang anak, di sebelahnya, istrinya berjalan sambil sesekali bersenda gurau dengan putri yang ada di gendongan suaminya. Mereka terlihat sangat bahagia. Dia mengusap perutnya yang masih rata, rasanya tak tega untuk membunuh janin yang tak bersalah itu. Dia mengambil HP di dalam tas, menelepon seseorang.
"Mik, bisa jemput aku di kampus?"
Sekitar 30 menit kemudian, Miko sudah ada di depan halte. Cowok itu melepas helm lalu menghampiri Sasa. "Kamu kenapa?" dia khawatir mendapati Sasa matanya bengkak. "Dimarahi ayah tiri kamu?"
Sasa menggeleng. "Aku hamil, Mik."
jadi nom nom
bagus aku suka, ditunggu karya barunya tor👍