Pada masa modern jaya pura, Krani, seorang pendidik yang bekerja di sekolah negeri favorit terlibat dalam sebuah drama politik, forum pencitraan dan manusia seribu topeng yang menyebabkan ia harus berurusan masalah tiada henti. Sebuah peristiwa membuatnya tidak sadarkan diri, kemudian dia menemukan dirinya berada di era jaya pura zaman lalu dan terperangkap dalam tubuh seorang perempuan bernama Renggana yang ternyata akan menikah dengan Raja Paku bumi.
Sejak saat itu Krani dalam tubuh Renggana harus menyesuaikan diri dengan jaman Jaya wilayah wangsa selatan sebagai ratu Renggana juga terlibat dalam intrik kerajaan. Berbagai kejadian yang tidak terduga muncul selama Krani hidup sebagai Renggana. Berhasilkan kah kembali ke masa modern dan keluar dari tubuh Renggana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARSY AL FAZZA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekacauan
Ratu Renggana dan selir Tingkat tiga bercengkrama di ruangan kebesaran Istana Barat. Ratu mengabarkan Kesehatan ibu suri yang menurun. Dia menunggu isi hati dayang yang dahulu sangat dekat dengan cucu pertamanya. Pengurus pangeran Yeon memiliki sifat mudah di tebak dan tidak berpendirian.
“Yang mulia ratu, aku sore ini akan menjenguk ibu suri. Terlebih lagi, ibu suri mungkin tidak sabar menunggu kabar pangeran Bogem yang masih bertahan dalam kompetisi.”
“Ya, aku membacanya. Kemampuan pangeran Bogem lebih cepat menguasi pengetahuan.”
“Heheh, yang mulia. Sejujurnya aku sangat berharap pangeran Bogem memenangkan kompetisi ini. Aku sedikit lega mengetahui ibu suri berpihak padanya.”
“oh ya? Aku sarankan secepatnya engkau menemuinya.”
“Ya yang mulia. Hamba pamit undur diri..”
Kedatangan selir Um menambah amarah selir Wa yang mengetahuinya memasuki ruangan ibu suri. Dayang yang di utus melihat mereka menyampaikan Wa menerima pemberian cincin dan tusuk konde peonix dari ibu suri. Meski Wa mendapatkan hukuman dari ratu Renggana, dia masih memiliki pengaruh dari kepemerintahan perdana Menteri pertahanan.
Di dalam ruangan ibu suri, wanita Tingkat penguasa tertinggi itu membisikkan sesuatu yang mengejutkan selir Um. Misi pertentangan di mulai dari selebaran pengumuman di setiap sudut daerah rakyat.
“Yang mulia ratu, hamba menemukan ini di luar Istana.”
“Aku sudah mengetahuinya dayang Kribo. Mereka semua pasti menyerang, melemparkan seribu anak panah untuk menjatuhkan ku. Pantas saja ibu suri semakin percaya diri. Teruas awasi perkembangan di Istana Timur.”
“Baiklah yang mulia ratu…”
Aula Agung
Ujian tertutup yang di selenggarakan sangat tertib dan rahasia. Raja mengawasi secara langsung, para guru besar memberikan lembar ujian kemudian penguji langsung dalam pertanyaan terakhir dari raja yang berbentuk lisan.
Tiga pangeran yang tersisa di dalam kursi panas diantaranya pangeran agung Buming, pangeran Dong dan pangeran Bogem. Pintu-pintu tertutup rapat tanpa ada celah, para pengawal menjaga dari luar hingga tidak ada penukaran bantuan jawaban.
“ahahah! Mereka tidak tau, di dalam ruangan penguji itu salah satunya adalah kaki tangan ku yang mendukung pangeran Bogem.”
----------------
“Rencana ibu suri mendukung pangeran Bogem atas dasar memegang kekuasaannya. Aku mendengar sendiri tadi dari dayang mata-mata. Ayah harus bertindak menggunakan semua kekuatan untuk menempatkan pangeran Hot sebagai putra mahkota.”
Selir Wa menekan Menteri pertahanan. Pertarungan kedua musuh yang sangat unggul, ratu mendengar pesan berantai dari dayang Kribo seusai pertemuan tertutup di kedua klan tidak menggetarkan hati ratu Renggana yang terlihat sangat tenang.
“Yang mulia ratu kenapa belum bertindak?” tanya Selir Pegih.
“Justru dalam situasi ini menguntungkan ku. Kita tetap mengamati dari jarak jauh..”
“Hamba akan memberi kabar tentang situasi di Istana Timur..”
Selir Pegih dominan mendukung ratu Renggana. Orang-orang kepercayaan ratu bergerak sedangkan ratu berjalan keluar Istana melihat keadaan wilayah Sambung Senja. Yeon meminta ijin pada penjaga Sambung, walau ratu melarangnya untuk mendekati pangeran Krisan. Dia memilih tinggal di dalam tempat perkumpulan penampungan wanita khusus di bawah naungan Istana Ratu.
Ratu mendekati kerumunan rumah bangsawan. Ada seorang budak wanita yang di lempari batu. “Kau budak pembawa sial. Kau merayuku dan memfitnah ku mengatakan aku memperkosa mu! cepat kalian semua lempari dia batu dan kotoran!”
“Hentikan! Kau tidak boleh memperlakukannya seperti ini.”
“Siapa kau? Tubuh dan wajah mu lumayan juga.” Bisik pria tua memakai topi hitam.
Plakkk___
“Bajingan! Cepat minta maaf padanya sebelum kesabaran ku habis.”
“Siapa kau? Beraninya kau menampar ku?”
“cepat pergi Nyonya. Tubuh mu akan terluka dan terkena lemparan kotoran.”
“Aku tidak perduli. Berdiri di belakangku..”
“Yang Mulia Ratu. Apa yang terjadi? Kami akan di penggal raja Wangsa jika terjadi sesuatu pada anda.” Anggota keamanan panglima garda depan berlutut.
Semua orang ikut berlutut tidak terkecuali pria berlagak berkuasa. Tangisan budak wanita meminta sang ratu pergi. Dia meminta tolong agar ratu jangan menyuruh majikannya meminta maaf padanya. Dia menerangkan, masalah akan timbul lebih besar.
“Kau sudah terlanjur memasuki dunia ku. Raih tangan ku..”
Ratu Renggana mengulurkan tangan pada budak wanita. Tangisan budak mengucapkan terimakasih. Majikannya juga meminta maaf pada ratu dan budak wanita tersebut. Ratu Renggana membawanya wilayah perlindungan. Kembalinya ratu di Istana, dia semakin banyak mendengar berbagai macam rencana musuh.
Isu yang memberatkan kasus pangeran Hot, Menteri pertahanan dan selir Tingkat dua berpikir keras menutupinya.
“Aku masih belum menemukan jalan keluarnya.”
“Ayah, ini pasti ulah ibu suri. Jadi, Cuma dia yang bisa menarik laporan itu”ucap Wa.
Perdana Menteri dan Wa menemui ibu suri. Mereka meminta maaf karena menentangnya. Ibu suri tertawa terbahak-bahak, dia menanyakan siapa diantara ketiga pangeran yang harus di eliminasi. Wa dan perdana Menteri pertahanan memilih pangeran agung Buming.
Istana Ibu Suri.
Selir Tingkat lima dan putranya di panggil ke ruangan kebesaran ibu suri. Wajah Pegih berbinar melihat pangeran Bogem di rangkul ibu suri. Dia di giring duduk berhadapan dengan mejanya. Ibu suri mengingatkan pada selir, pemberian buku petunjuk menjadi putra mahkota.
“Yang mulia ibu suri, apakah maksud panggilan ini untuk membantu membahas pengangkatan pangeran Bogem?”ucap selir tersenyum ceria.
“Ahaha. Aku meminta pangeran untuk mundur.”
“Apa? Kenapa nenek tega memintaku untuk gugur?”
“Aku menagih janji ibu mu. Dan kau selir Pegih, apakah kau lupa ucapan mu waktu itu?”
“Tidak. Ku mohon ibu suri. Jangan lakukan itu.”
Pegih menangis dan berlutut kepada ibu suri. Namun, tidak ada yang bisa dia lakukan. Ibu suri mendesak, mengusir mereka dari ruangan. Di dalam kamar, selir Pegih menangis. Dia membanting semua barang-barangnya.
“Selir Tingkat lima, anda di panggil ke Istana Barat” kata dayang Kribo dari luar.
Sebelumnya, ratu Renggana memanggi pangeran Bogem. Pertemuan yang berputar-putar di dalam Kerajaan. Bogem menahan tangis, tekanan yang dia terima atas desakan ibu suri sampai dia terpaksa mengambil plat Namanya.
Ratu menyampaikan ke pangeran Bogem bahwa ibunya selir Pegih akan di hukum. Bogem meminta keringanan pada ratu supaya mengurangi masa hukuman ibunya.
“Pangeran, kau tetap putra ku. Aku akan mengabulkan keinginan mu, asalkan kau ingin merubah diri lebih baik lagi, membedakan mana yang salah dan benar.”
“Terimakasih atas kebaikan yang mulia ratu.”
Istana Barat.
Ratu menetapkan hukuman ringan kepada dayang Pegih. Penurunan kedudukan sebagai dayang. Pegih mulai mengganti pakaiannya. Dia menimba air, menyapu, mengepel dan mengurus ruangan kebesaran ratu.
Tidak ada satupun dayang berani membantu. Dia sangat kelelahan, tanpa sadar tertidur lelap di tempat tidur Ratu.
“Yang mulia ratu, dayang Pegih__”
Dayang Kribo menunjuk ke tempat tidur. Ratu menyuruh dayang Kribo dan dayang pendamping pergi. Sepanjang hari, ratu membaca buku di samping dayang Pegih yang terlelap.
“Maafkan hamba yang mulia ratu. Hamba__” ucap dayang Pegih terbangun dari tidurnya.
“Tidak apa-apa. Masa hukuman mu telah berakhir. Cepat dadan yang cantik. Bogem pasti mau melihat mu seperti ini. Dia meminta ku meringankan hukuman mu.”
“Yang mulia ratu. Terimakasih banyak. Hiks. Aku semakin merasa bersalah padamu. Ratu__hiks..”