" Om om, mau jadi ayah Aga ndak. Aga ndak punya ayah. Ibu Aga tantik lho Om."
" Hahaha, anak ini lucu bener."
Seorang bocah kecil tiba-tiba bicara seperti itu kepada pria asing. Wajah polosnya tersebut tidak bisa membuat si pria marah meskipun dia dipinang dadakan oleh bocah itu.
Tapi siapa sangka anak kecil itu datang bersama dengan seseorang yang ia kenal.
" Kamu, ini anakmu?"
" Maaf, kami permisi."
Wanita itu langsung pergi membuat si pria penasaran.
Siapa sebenarnya mereka dan apa yang terjadi? Dan mengapa Aga mengatakan bahwa tidak punya ayah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JAYO 31: Huuu Dasar Nggak Tahu Malu!
Dara seketika langsung meminta izin kepada atasannya untuk pulang lebih awal. Beruntung hal itu ia dapatkan dengan mudah. Rasa takut bercampur khawatir ketika mendengar Davka yang datang menemui Aga memenuhi hati dan pikirannya. Dara tentu sangat yakin bahwa pria yang mengaku sebagai ayah Aga itu adalah Davka. Bahkan tanpa harus mendengar namanya sekalipun, ia tentu bisa langsung menebaknya.
" Sial, mau apa lagi dia hah! Nggak cukup dengan apa yang udah dia lakuin ke aku dan Aga. Sekarang udah mau nikah tapi malah terang-terangan ngegganggu. Kamu emang selamanya brengsek Dav."
Grttttt
Dara mengeratkan gigi-giginya, tampak sekali saat ini dia tidak bisa membendung amarahnya. Bagaimana bisa dia tidak marah dan kesal, semua nampak jelas bahwa Davka telah memulai dalam mengganggu ketenangannya selama ini.
Ckiiit
Dengan terburu-buru Dara bergegas masuk ke dalam lingkungan sekolah setelah memarkirkan mobilnya. Beruntung dia sudah sangat mengenal tukang parkir di depan sekolah sehingga Dara bisa meminta tolong untuk membantu memarkirkan mobilnya.
Drap drap drap
Suara sepatu beradu dengan lantai menimbulkan suara yang begitu keras. Dan pertanyaan dingin dari mulut Dara langung meluncur membuat Davka terkejut.
" Apa yang kamu lakuin di sini?"
" Oh hai Dara, aku? Aah, aku kemari buat ketemu sama anak aku lah. Mau apa lagi?"
Dengan senyuman tapa memiliki beban, Davka menjawab pertanyaan Dara. Raut wajah pria itu begitu tenang dan santai, berbanding terbalik dengan wajah Dara yang mengeras.
Bisa Dara lihat, Davka memang sungguh tidak tahu malu. Datang mengaku sebagai ayah, ya walaupun memang dia ayah biologisnya, namun selama ini pria itu sama sekali tidak bersikap layaknya seorang ayah.
" Jangan ngomong sembarangan kamu!" ucap Dara. Ia menahan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain. Bagaimanapun juga itu merupakan lingkungan sekolah. Dara tentu tidak bisa mengutarakan semua kekesalannya terhadap Davka. Ia tidak ingin semua orang tahu bahwa hubungan mereka saat ini tidaklah akur.
" Dar, aku nggak ngomong sembarangan. Duduklah dulu, kita nggak mungkin bicara sambil berdiri kayak gini. Dar, aku cuma mau memperbaiki hubunganku dengan Aga, itu aja."
Dara mengernyitkan keningnya, ucapan dari sang mantan suami itu tentu tidak bisa ia percaya begitu saja. Bagaimana tidak, selama ini dia tidak pernah muncul. Dan kini tiba-tiba dia hadir lalu berkata demikian.
Sedikitpun Dara tidak percaya. Sedikitpun Dara tidak akan pernah bisa menerima setiap apa yang Davka ucapkan sebagai sebuah ketulusan. Dalam hatinya dia memiliki keyakinan bahwa Davka saat ini hanya tengah menjalankan sebuah peran saja dimana kata tulus menjadi sebuah barang yang langka.
" Aku tahu kamu tidak akan percaya dengan mudah, tapi aku beneran mau nebus semua kesalahanku selama ini Dar," ucapnya kembali. Wajah pria itu nampak memelas, matanya juga sedikit berembun. Namun meskipun demikian Dara tentu tidak luluh hanya degan satu dua ucapan manis.
Drap drap drap
" Sayang, kenapa kamu pergi duluan sih. Kita kan janji mau jemput Aga bareng."
Shaaaah
Suara pria lain tiba-tiba muncul. Sosok pria itu merangkul dan mencium pipi Dara dengan begitu mesra membuat Davka terhenyak. Bukan hanya Davka sebenarnya, tapi Dara pun merasa begitu. Ia amat sangat terkejut dengan kehadiran Kaivan. Ya, orang yang memangilnya sayang dan mencium pipinya secara tiba-tiba itu adalah Kaivan.
Beberapa saat yang lalu dari orang yang ia perintahkan untuk menjaga Aga, Kaivan mendapat laporan perihal kedatangan Davka. Tentu saja ia terkejut, dan tanpa pikir panjang dirinya langung bergegas menuju ke sekolah.
Kaivan takut kalau Davka akan membawa pergi Aga untuk menekan Dara. Dugaan ini tidak Kaivan pikirkan sebelumnya, namun saat mendengar laporan Davka mengunjungi sekolah, Kaivan seketika terbesit akan hal itu.
Beruntung sampai di sekolah Kaivan melihat mobil Dara, jadi sudah bisa dipastikan bahwa Dara pun mendapat berita akan kedatangan Davka. Dan pemandangan Davka yang tampak menyesal sehingga melabuhkan kata-kata manis tadi tentu saja tidak luput dari mata Kiavan. Sehingga sebuah tindakan impulsif Kaivan ambil dengan merangkul dan mencium Dara tepat di depan Davka.
Seperti yang sudah ia duga, Davka tampak kesal. Namun hal itu cukup membuat Kiavan puas.
" Van ... ah iya, aku tadi buru-buru ke mari. Jadi lupa ngasih tahu kamu." Dara mengimbangi ucapan Kaivan yang sebelumnya.
" Ya, nggak masalah. Aah maaf, kalian ada yang diomongin ya. Ya udah lanjut, aku yang akan ambil Aga."
Dengan senyum penuh arti, Kaivan melenggang pergi meninggalkan Dara dan Davka. Setidaknya Dara pasti mengerti maksud ucapan Kaivan.
" Nah sekarang pulanglah, soal kamu yang mau ketemu Aga, aku bakalan ngomong ke dia pelan-pelan. Akan sedikit membuatnya bingung kalau tiba-tiba pria asing datang mengaku sebagai ayahnya bukan?"
" Huft. Oke begitu saja. Tapi, apa kamu serius sama laki-laki tadi. Kayaknya dia bukan pria yang baik."
Tawa Dara seketika lepas. Bisa-bisanya Davka mengatakan bahwa Kiavan adalah pria yang tidak baik. Agaknya Davka tidak melihat ke cermin, agaknya dia lupa tentang sosok dirinya sendiri.
" Sebelum menilai orang lain, nilailah dirimu sendiri Dav. Permisi."
Shaaaaaah
TBC
tunggu aja tnggal mainnya... seorang loe bleh aja diatas angin tpi nnti kehancuran siap memelukmu 😏😏