NovelToon NovelToon
Echoes Of Furry

Echoes Of Furry

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Anak Kembar / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sweety Pearl

Terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan bahkan tanpa kekurangan adalah impian dari seluruh anak yang ada di dunia, sebuah keberuntungan yang didapatkan 5 anak kembar keluarga Jiang.

Keluarganya merupakan pemilik perusahaan besar yang bergerak dalam industri perumahan dan juga perdagangan secara global. Memiliki koneksi dengan beberapa perusahaan besar dan beberapa negara mambuat perusahaan tersebut sangat maju.

Tapi dibalik segala kejayaan perusahaan keluarga Jiang tersebut, banyak rahasia kelam yang terselubung dibaliknya, perlahan satu-persatu rahasia tersebut mulai terkuak saat yang tertua dari Jiang Twins belajar mengambil alih perusahaan.

Sang tertua menelusuri perlahan segala celah rahasia lalu menceritakan semua informasi yang didapatinya kepada keempat kembarannya yang lain. Banyak kejutan-kejutan yang membuat mereka berlima hampir beberapa kali berpisah atau berpencar saat bersama-sama menguak berbagai rahasia tersebut.

tertarik dengan ceritanya? Yuk mampir!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweety Pearl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Musuh Bibi Helena.

❁ Happy Reading ❁

"Apa maksudnya?" tanya Bibi meminta kembali kertas yang tadi dipegang Guotin, membaca seluruh permukaan kertas tidak ada petunjuk apapun.

"Kayaknya kemungkinan terbesar kita pengirim pesan ini adalah saingan perusahaan Papa soalnya pesan ini yang dapat hanya kita berlima yang lain nggak," jawab Fangxi.

"Tapi sebenarnya apa yang kalian lihat di atas sampai kalian tunggang langgang begini?" Paman Jiang hendak berjalan menaiki tangga ke kamar atas.

"Ada topeng gitu gak tau topeng apaan, topengnya ngintip dari jendela." jelas Daxia memijit dahinya.

"Topeng?" tanya Paman Jiang memastikan, semua keponakannya mengangguk.

Bibi Helena menggigit bibir bawahnya pelan lalu memijit kepalanya pelan. "Kalian mandi sama sarapan aja dulu Bibi bakalan ke atas buat ngecek,"

Zianjiaxi mengangguk langsung beriringan berjalan ke meja makan menyantap masakan yang sudah disediakan, Paman dan Bibi berdebat sebentar sebelum naik menuju kamar atas.

Dengan langkah perlahan Bibi membuka satu persatu pintu kamar tapi tidak menemukan apapun, hanya kasur berantakan yang mungkin bekas keponakannya tadi berlari hendak keluar.

"Nggak ada apa-apa?" tanya Paman Jiang yang menunggu Bibi Helena di luar.

Istrinya menggeleng sesaat setelah menutup pintu kamar. "Nggak ada, aku liat ke jendela juga gak ada apa-apa. Tapi aku ngerasa aneh sama pesan yang dibaca Guotin itu,"

"Memang yang terkuat saat ini tapi bukan berarti tidak bisa dilengserkan, apakah ada saingan Huanrang yang ingin melengserkan kejayaan keluarga Fordamen?" ujar Paman Jiang menyimpulkan.

"Dan mereka juga bilang kalau ini udah keempat kalinya kayaknya selama ini mereka berlima udah diteror beginian tapi mereka milih buat diam-diam," Bibi Helena menimpali.

"Tapi kenapa mereka yang diteror? Ntar aku coba tanyakan ke yang lain apakah mereka juga mendapat teror yang sama." Paman Jiang berbalik hendak turun dari tangga tapi tiba-tiba Bibi Helena menahannya.

"Ingat dengan kabar Ayah dan Ibu yang menginap sementara di rumah keluarga Accendio katanya sering diteror sama bayangan hitam?"

Paman Jiang mengerutkan dahinya mengingat-ingat. "Iya .... Kayaknya Guozi sama Qianfang tau atau mungkin juga kena teror ini?"

"Jiang Zhaoran angkat,"

Merasa namanya dipanggil Paman Jiang memandangi sekeliling tidak ada siapapun selain ia dan istrinya, sedetik kemudian baru menyadari kalau panggilan tersebut berasal dari in-ear monitor yang dipasangnya.

"Iya ya Jiang Zhaoran di sini ada apa?"

"Operasi pemindahan hampir sampai ke lokasi tinggal menunggu kedatangan anda ke lokasi siang ini untuk menyaksikan dan memastikan pemindahan barang ini aman,"

"Aku akan segera ke sana,"

"Siapa?" tanya Bibi Helena melihat perubahan ekspresi suaminya yang menjadi tegang sesudah melakukan panggilan.

"Barang itu akan sampai di Beijing siang ini dan aku diminta untuk memantau pemindahan barang itu di lokasi secara langsung," jawab Paman Jiang dengan senyuman datar.

"Baiklah, segera bereskan barang-barangmu aku akan mengemas pakaian untukmu. Aku tidak akan ikut untuk kali ini, mereka harus ada yang mengawasi dan aku juga harus memastikan tentang anak buah Xiejing itu," Bibi Helena langsung mengajak suaminya untuk turun ke ruangan tadi di dekat dapur.

"Aku mengerti," tangan Paman terulur mengusap pipi istrinya yang halus, Zianjiaxi yang melihat hal tersebut tersenyum tipis.

...****************...

Mendekat sore hari Bibi Helena bersantai di ruang kerja Paman Jiang sambil memantau keadaan sekitar, Zianjiaxi duduk berkumpul di ruang dekat televisi dengan posisi yang berantakan.

Jiayi dan Daxia duduk berbaring di sofa memainkan ponsel, empat saudara Daxia bermain kartu uno bersama Guozi dan Chengsin, yang lainnya yaitu Qianfang dan Changrui tiduran di lantai.

Tidak ada kegiatan di luar rumah yang bisa mereka lakukan selama dua hari ke depan karena Bibi dan Paman tidak mengizinkan mereka keluar dahulu sementara mencari tau apa maksud topeng yang mengganggu mereka tadi pagi.

Bibi Helena mendapat pesan dari anak buahnya yang berada di Jepang dalam tugas memantau Xiejing, Xiejing adalah sebuah komplotan penyelundupan senjata yang pernah diciduknya setahun sebelum menikah.

Setelah menikah dengan Paman Jiang Xiejing ingin membalas dendam atas perbuatannya yang membubarkan komplotannya melakukan penyelundupan, oleh karena itu Bibi Helena selalu memantau pergerakannya di Jepang.

Sebagai seorang Agent terpercaya Kepala Kepolisian Beijing Bibi Helena membersihkan dan menyembunyikan identitasnya dengan sangat baik, tapi entah apa yang terjadi dua bulanan ini dia merasa anak buah Xiejing berhasil menemukan keberadaannya.

Bibi Helena yang tidak sengaja terlelap kaget mendengar bunyi suara panggilan dari komputer di depannya.

"Helena Dargiun, anak buah Xiejing akan ada yang datang ke rumah mu untuk memastikan lokasi keberadaanmu entah kapan aku tidak tau. Ada baiknya malam ini kamu pergi bersembunyi sementara," suara panggilan diseberang sana adalah wanita seumurannya, Bibi Helena menghela nafas lega.

"Tapi aku tidak bisa pergi kemana-mana malam ini, Marianne." tangan Bibi Helena mengetuk kecil meja saat berpikir.

"Memangnya ada apa? Apa yang menghalangimu?" suara di sana terdengar sedikit meninggi.

Beberapa detik menimbangi jawaban akhirnya Bibi Helena memilih untuk menceritakan yang sebenarnya. "Aku saat ini menjaga 10 keponakan suamiku dalam beberapa hari ke depan karena keluarga mereka sedang dalam bahaya diincar oleh musuh saingan perusahaan mereka,"

Hening sesaat dari seberang panggilan. "10 orang? Banyak sekali apakah mereka anak-anak?"

"Mereka semua remaja, hampir 20 tahunan." terdengar helaan nafas lega dari sana yang sangat jelas, Bibi Helena tertawa pelan karena dapat membayangkan wajah dari temannya itu.

"Bawa saja mereka ke kota Shanghai atau Tianjin aku akan menyiapkan sebuah rumah untuk mengamankan kalian, bagaimanapun mereka harus dibawa jika anak buah Xiejing mengetahui tentang mereka ini bisa menjadi celah Xiejing mendapatkanmu dan parahnya lagi keponakan suamimu akan dalam bahaya,"

"Baiklah, aku akan segera berkemas untuk membawa mereka ke Tianjin." Bibi Helena langsung membereskan berkas-bekasnya yang ada di meja dimasukkan ke dalam lemari besi yang ada di dekat meja komputer.

"Oke selama kalian di perjalanan aku akan langsung mengurusi pembelian rumahnya,"

"Terimakasih banyak, Marianne."

"Anytime my friend,"

Setelah dua kata penutup panggilan diakhiri dan Bibi keluar dari ruangan suaminya mencari keberadaan anak Zianjiaxi yang hilang dari ruang televisi.

Seketika wanita itu merasa panik dan mencari keberadaan mereka di seluruh rumah hingga naik ke kamar atas tapi tidak ada, saat ke taman belakang ia bernafas lega mereka semua berada di sana sedang bermain bola voli.

"Zianjiaxi Bibi punya kabar untuk kalian,"

Permainan mereka langsung berhenti saat Guotin meloncat meraih bola yang dioperkan dari Daxia yang berbeda tim dengannya, Fangxi berjalan duluan menghampiri Bibi yang berdiri di depan pintu.

"Ada apa, Bibi?" tanya Fangxi melihat ekspresi wajah Bibi yang terlihat gelisah.

"Sore ini juga kita harus ke Tianjin, musuh bibi berhasil melacak lokasi rumah ini dan akan memastikan kebenaran keberadaan bibi, teman bibi menyarankan untuk keluar kota dahulu mengamankan diri," penjelasan dari Bibi membuat mereka semua langsung pergi mengerumuni wanita itu.

"Kalau begitu ayo, kalau kita menetap di sini khawatirnya anak buah musuh mengenal kita dan bisa menjadi jalan mereka mendapatkan Bibi." Qinling menghampiri  dengan wajahnya yang tegang.

"Baiklah, kita ke dalam sekarang untuk menyiapkan senjata." Bibi berbalik langsung mengajak mereka ke ruangan Paman Jiang tadi.

Mendorong rak buku yang ada di pojokan hingga terlihat sebuah pintu besi di belakangnya, saat pintu besi tersebut dibuka isinya adalah sebuah ruangan yang di dalamnya banyak senjata yang terpajang di dinding.

Zianjiaxi tidak henti-hentinya menganga takjub melihat deretan pistol berbagai jenis yang tersusun rapi di dinding, Bibi mengambil beberapa pistol biasa yang diberikannya ke Jiayi dan Daxia.

"Jiayi Daxia nanti akan semobil dengan Bibi ini hanya sebagai pengamanan kepepet untuk kalian, Bibi akan membawa beberapa senjata MSG yang nanti akan Bibi sembunyikan,"

Jiayi Daxia menerima pistol yang diberikan lalu langsung menarik membuka kuncinya, Bibi lalu memberikan lagi masing-masing sekotak peluru untuk perbekalan.

"Kalian yang pria pada bisa pakai senjata gak?" tanya Bibi menatap para pria yang sibuk sendiri memperhatikan deretan senjata.

"Kita semua rata-rata bisa sih selain Qianfang sama Chengsin yang kayaknya yang gak bisa," jawab Guotin melirik satu-satu wajah sepupu dan saudaranya.

"Qinling sudah bisa pakai pistol? Seingat Bibi gak mau banget tuh diajak belajar barengan Fangxi Guotin," Bibi melirik ke Qinling yang tersenyum lebar.

"Sudah bisa aku Bibi Helena, aku diajak Wenhua buat gabung beberapa bulan yang lalu," Qinling tersenyum menjelaskan.

"Baiklah kalau begitu artinya Qianfang dan Chengsin harus menjadi pembawa motor, terserah membonceng siapa." Bibi berjalan ke lemari kaca di pojokan mengambil empat kunci motor lalu dilemparkan ke Chengsin, Qianfang, Guotin, dan Wenhua. "Qianfang dan Chengsin bisa bawa motor gak?"

Chengsin dan Qianfang mengangguk kompak mengiyakan, Bibi tersenyum langsung membagikan senjata MSG diberikan ke Fangxi, Changrui, Qinling, dan Guozi.

"Kita ke garasi sekarang."

❁ See You In The Next Part ❁

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!