Penyesalan Mantan Suamiku

Tomi yang tidak tau jikalau dirinya sedang mengalami kehamilan simpatik merasa heran, mengapa dirinya itu selalu mual dan kepingin makan rujak secara terus menerus seperti orang yang sedang hamil.

Sementara Istrinya Nyonya Lidia tidak mungkin lagi hamil karena sudah menopause lagi pula ia pun tak pernah lagi menyentuh istrinya itu karena faktor usia. Nyonya Lidia lebih banyak menghindar dan mengurus bisnisnya.

Ia mengingat jika belakangan ini dirinya hanya melampiaskan nafsu pada Tania. Bahkan hampir setiap hari mereka melakukannya.

"apa jangan-jangan Tania hamil anakku?" Gumam Tomi yang tersenyum, jikalau benar ia akan segera menikahi Tania dan meninggalkan Lidia.

Pesan Masuk

Tomi..

"Sayang aku tunggu di tempat biasa siang ini." Pesan dari Tomi terkirim dan Tania langsung menjawabnya.

Tania yang sudah siap ingin bergegas mengunjungi Tomi yang sudah menunggunya di hotel tempat biasa mereka check-in. Sementara Rein yang melihat Tania bertanya-tanya mau kemana kah gerangan Istrinya itu terlihat begitu rapi dengan setelan yang sedikit terbuka.

"Sayang, mau kemana sih siang-siang gini apakah kamu nggak pusing dengan kehamilan kamu ini harusnya kamu lebih banyak istirahat." Ucap Rein sambil memeluk pinggang istrinya dan mencium perutnya.

"Sayang, aku bosan di rumah. aku nggak ingin menjadi seorang wanita hamil yang manja. aku ingin belanja beberapa kebutuhan anak kita. nanti kalau capek aku bisa istirahat di restoran." Ucap Tania sambil mengelus kepala Rein.

"Yah sudah aku antar ya, aku nggak ingin kamu kenapa-kenapa apalagi calon bayi kita." Rein yang benar-benar khawatir akan kondisi Tania mulai menjadi suami siaga. ia berusaha menghilangkan rasa sakit hatinya pada Tania, semua untuk bayinya.

"Sayang, bukankah hari ini hari penting bagimu. hari final keputusan kerjasama kamu sama Tuan Setya? Kalau kamu menemani aku, lalu yang ikuta meeting siapa?" Ucapan Tania ada benarnya juga, gumam Rein.

"Okelah kalau begitu sayang. Tapi kamu janji ya jangan capek-capek. sayang jagain mommy baik-baik ya, jangan rewel nanti. kalau lapar minta makanan yang enak ke mommy oke." Kecupan lagi-lagi mendarat di perut Tania.

"oke daddy siap, adek bayi akan jagain mommy." Tania menjawab dengan senyuman yang manis tapi adalah maunya.

...****************...

Tania telah sampai ke hotel yang telah di reservasi oleh Tomi. Begitu masuk, Tomi langsung memeluknya dari belakang dan mengecup leher Tania penuh nafsu hingga membuat Tania menggelinjang hebat.

"aku sudah kangen berat sayang, junior ku tak lagi bisa di ajak kompromi." Ucapnya sambil memberikan gesekan-gesekan yang menandakan pedang samurai siap menghajar palung mariana milik Tania.

Tak butuh berapa lama untuk bermain aba-aba, kini keduanya sedang berpacu dalam kenikmatan masing-masing. Tania yang hiperaktif selalu lebih unggul dibandingkan Tomi yang selalu pasrah.

Tania sangat menikmati permainannya setiap kali bermain bersama Tomi. Gerakan demi gerakan ia lakukan, dan saat pembalasan Tomi di mulai. ia tersentak dan berkata pelan takut dede bayinya kesakitan.

Seketika Tomi langsung menghentikan permainannya dan menarik Tania, memandangi wajahnya dan berkata "dede bayi? jangan bilang kalau bayi ini.. bayi kita." tanya Tomi penuh selidik.

Tania mengangguk dan menundukkan kepalanya.

Tomi yang melihat pernyataan Tania langsung menangis dan memeluk Tania lalu mengecup, mengulum berkali-kali.

"aku bahagia sekali sayang, sangat bahagia. aku akan mengurus perceraian ku bersama Lidia dan aku akan menikahi kamu secepatnya." Ucap Tomi yang bercucuran air mata.

Tania yang mendengarkan ucapan Tomi seketika menggelengkan kepalanya. Ia tak mau jika itu terjadi, Ia tidak ingin di nikahi oleh Tomi. Yang ia mau hanyalah janinnya, karena itu akan memberinya banyak kebahagiaan.

"aku nggak mau sayang, aku nggak mau kamu cerai dengan Nyonya Lidia. biarlah pernikahan kalian terus berjalan dengan seiring waktu, nanti juga ia akan pergi lebih dulu kan?" Ucap Tania yang penuh dengan kebohongan.

"lalu kamu mau apakan anak ini, dia akan tumbuh menjadi anak yang haram jika kita tidak menikah. aku nggak mau itu terjadi." Celetuk Tomi mendengar penjelasan Tania.

"anak kita tidak akan tumbuh menjadi anak yang haram sayang, justru anak ini bakal menjadi anak yang bahagia. karena mendapatkan ibu dan ayah yang hebat seperti aku dan kamu." Ucapan Tania membuat Tomi jadi penasaran dengan apa yang ia jelaskan.

"sayang aku sudah menikah, menikah dengan Reinhard Davis. Salah satu pengusaha kaya dan sukses. Sementara kamu, kamu menikahi Lidia Angela. Sang janda tua yang memiliki harta kekayaan berlimpah. bukankah itu suatu keuntungan buat anak kita sayang." Bujuk Tania yang sambil bergulat diatas pangkuan Tomi.

"aku akan membuat Rein mengalihkan hartanya atas nama anak kita, dan tugas kamu pun demikian. Jika semua sudah berjalan sesuai rencana, maka kita akan pergi bersama keluar dari negeri ini." Goyangan Tania semakin tak menentu hingga membuat Tomi menuju puncak kenikmatannya.

"Sayang apakah menurut mu ini akan berhasil. Sampai kapan kita akan menyimpan rahasia ini?" Tanya Tomi penasaran dengan ide gila Tania.

"sampai kita mendapatkan apa yang kita mau sayang. ingat semua ini kita lakukan untuk masa depan anak kita." Ucap Tania yang berhasil membujuk Tomi.

Tomi yang sangat mencintai Tania itu rela melakukan apa saja asalkan Tania bahagia. Meskipun ia sedikit kecewa karena keinginannya untuk bersatu bersama Tania harus pupus karena mereka harus menjalankan misi demi buah hati mereka.

...****************...

Sepulang Tania bertemu dengan Tomi, ia sengaja singgah ke mall untuk membeli perlengkapan menghias kamar bayi. Ia juga sudah memesan box dan beberapa keperluan untuk menghias.

Kamar bayi yang baru berusia tiga bulan dalam kandungan Tania itu pun sudah rampung. Tania tersenyum bahagia, dan sangat bersemangat ingin menyambut kelahiran bayinya itu.

Di sisi lain Rein berusaha membujuk dan meyakinkan Setya agar mau menginvestasikan dana ke perusahaan Rein.

Setya setuju ingin menginvestasikan dana ke perusahaan Rein, asalkan Rein menandatangani surat perjanjian apabila dalam kurun waktu satu tahun Rein tidak dapat memberikan benefit maka lima puluh persen kepemilikan saham perusahaan jatuh ke tangan Tiara istrinya.

Sebelum perjanjian ini di seperti oleh Setya dan Rein, ada Rachel yang mengatur semuanya. Guna memberikan pelajaran bagi Rein yang sudah semena-mena terhadap Tiara dulu. Dan Setya pun setuju dengan apa yang di pikirkan oleh sahabat sekaligus iparnya itu.

Rein yang kaget mendengar penyataan Setya itu pun mau tidak mau harus ia terima karena jika tidak, perusahaannya akan hancur.

"Bagaimana Tuan apakah anda setuju?" Tanya Setya pada Rein.

"Baik Tuan saya setuju." Rein pun menyetujui pernyataan tersebut dan menandatangani surat perjanjian kerjasama secara sah dimata hukum.