Demi bisa masuk ke keluarga besar Dirgantara, Nayya menggunakan trik licik dengan menjebak Keyvan sehingga mereka di tuntut untuk menikah.
Tentu Keyvan menolak tegas. Bahkan ia menatap Nayya penuh kebencian. Tapi keputusan keluarga Dirgantara sudah bulat dan Keyvan tidak bisa menolaknya.
Keyvan meminta sedikit waktu untuk memikirkannya. Namun kemudian, tiba-tiba Keyvan menyetujuinya dengan senang hati, hingga pernikahan pun terjadi.
"Aku akan mengikuti permainanmu." ~ Keyvan
"Kini aku berhasil menjadi bagian dari keluarga Dirgantara." ~Nayya
Apa tujuan Nayya sebenarnya? Dan rencana apa yang akan Keyvan lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Setelah tahu tujuan Nayya mengambil cuti hanya untuk menemui Jerry, Keyvan memutuskan untuk memberi banyak pekerjaan pada wanita itu sebagai hukuman.
Dia tidak mau Nayya dalam bahaya, dan jika tujuan Nayya untuk balas dendam, maka ia bersedia untuk menggantikan nya.
Dia berencana membuat bangkrut bisnis Jerry dan mengakuisisi perusahaan pria itu. Tapi semua itu butuh proses karena selain mereka tidak mempunyai masalah, akan sangat aneh jika tiba-tiba ia melakukan hal itu pada Jerry.
Bagi keluarganya, Jerry tidak ada apa-apanya dan mereka sudah memaafkan Jerry saat pria itu melakukan kesalahan di masa lalu. Tapi sekarang, Jerry sedang berurusan dengannya karena menggunakan Istrinya sebagai alat balas dendam.
Mungkin hal itu cukup untuk menjadi alasan dia membalas Jerry, tapi ia menghargai perjuangan Jerry yang membesarkan Nayya.
"Astaga, kenapa pekerjaan ini tidak ada habisnya? Aku lelah sekali." Nayya terus merengek karena tidak sanggup dengan pekerjaannya yang menumpuk.
Hal itu hanya membuat Keyvan tersenyum melihatnya. Pria itu beranjak dan mendekati meja Nayya. "Semua berkas-berkas ini harus selesai hari ini juga. Dan nanti malam, temani aku menghadiri pesta ulang tahun pernikahan klien kita. Apa kau mengerti?"
Nayya menegakkan kepalanya, menatap Keyvan dengan wajah cemberut. "Kau ingin membunuhku, ya? Bagaimana mungkin aku bisa menyelesaikan semua pekerjaan ini, hari ini juga? Apalagi aku juga harus bersiap untuk acara nanti malam," gerutu Nayya.
"Kau tenang saja, aku akan menunggumu menyelesaikan pekerjaan ini. Jadi, semangat ya!!"
Nayya menggeram kesal. Dia mengambil beberapa map yang ada di depannya dan melemparkannya pada Keyvan yang berlari sambil meledeknya.
"DASAR MENYEBALKAN!!" teriaknya.
Sementara itu, Hendra tengah menemui Jerry di rumahnya untuk meminta tanda tangan. Pria itu juga melaporkan perkembangan perusahaan beberapa hari terakhir selama Jerry tidak memimpin.
"Baguslah jika semuanya stabil. Mungkin besok, aku sudah bisa datang ke perusahaan," ujar Jerry.
"Syukurlah kalau begitu, Tuan. Saya sangat senang mendengarnya," ujar Hendra. "Oh iya, anda mendapat undangan dari tuan Vino." Hendra memperlihatkan undangan digital yang di kirim langsung oleh pihak Vino.
"Undangan ulang tahun pernikahan? Malam ini?" tanya Jerry.
"Benar, tuan. Aku dengar, banyak pengusaha yang hadir dalam acara tersebut. Ini juga bisa menjadi kesempatan untuk kita, bertemu dengan pengusaha-pengusaha besar, tuan," seru Hendra.
Jerry terdiam sesaat. Benar apa yang dikatakan Hendra. Jika ia menghadiri pesta tersebut, ia bisa bertemu dengan pengusaha-pengusaha besar, termasuk dari keluarga Dirgantara.
Ya, dia yakin jika Keyvan dan Nayya akan datang menghadiri acara tersebut dan ia akan membuat keduanya menanggung rasa malu yang tidak akan pernah bisa mereka lupakan seumur hidup.
Setelah kedatangan Nayya kerumahnya terakhir kali dan dengan apa yang terjadi padanya, membuatnya ragu dan curiga pada Nayya. Untuk itu, ia akan mencari tahu nanti, saat ia bertemu dengan Nayya di pesta. Baru kemudian, ia akan menjalankan rencananya itu untuk menghancurkan keluarga Dirgantara.
"Baiklah, aku akan datang nanti malam. Tolong kau siapkan semuanya!" perintah Jerry.
"Baik tuan," sahut Hendra. Dia pamit undur diri untuk kembali ke perusahaan, meninggalkan Jerry yang terlihat senang karena akhirnya ia mempunyai cara untuk membuat keluarga Dirgantara hancur.
"Kita lihat, apakah kau masih berpihak padaku atau tidak, Nayya? Jika tidak, maka kau juga akan masuk ke dalam daftar orang-orang yang akan aku hancurkan," seringai Jerry.
...****************...
Waktu terus berlalu, tidak terasa hari sudah malam. Keyvan dan Nayya sudah bersiap untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan klien mereka yang bernama Vino Anggara.
Keduanya terlihat sangat Cantik dan tampan dengan menggunakan busana mewah dari desainer terkenal. Dan kini, mereka baru saja sampai di hotel, tempat acara pesta itu di gelar.
"Wah, hotel yang sangat besar," gumam Nayya.
"Jika kau mau, kita bisa merayakan ulang tahun pernikahan kita di sini nantinya," ucap Keyvan.
"Aku tidak mau, buang-buang uang saja," gerutu Nayya.
"Sepertinya kau lupa siapa suamimu?" ledek Keyvan yang membuat Nayya mendengus kesal.
"Cih, dasar sombong," gerutu Nayya pelan.
Keyvan hanya tersenyum. Dia menyodorkan lengannya yang langsung di peluk oleh Nayya. Kini keduanya berjalan beriringan, masuk ke ballroom hotel yang sudah di dekorasi dengan begitu mewah oleh pemilik acara.
"Aku paling tidak suka menjadi pusat perhatian," gerutu Nayya.
"Kau harus membiasakan nya, nyonya muda Dirgantara," sahut Keyvan.
Ya, saat masuk ke ballroom tersebut, keduanya berhasil mengambil alih perhatian semua tamu undangan. Tidak hanya berasal dari keluarga kaya, tapi keduanya juga terlihat sangat menawan malam ini.
Tentu saja semua itu tidak lepas dari seseorang yang tengah menatap keduanya dengan tatapan tajam. Orang itu adalah Jerry.
"Sepertinya kau benar-benar menikmati hidupmu, Nayya," batin Jerry. Dia terus memperhatikan keduanya dan mencari celah untuk menemui Nayya.
Dan setelah menyapa pemilik pesta, keduanya terlihat berbaur dengan tamu lainnya. "Sepertinya aku harus memintamu untuk menemui ku, Nayya." Jerry mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Nayya.
Untuk beberapa saat, Nayya terlihat membaca isi pesan darinya dan melihat kesana kemari mencari keberadaannya.
"Melihat mimik wajah mu, sepertinya kau takut, Nayya," batin Jerry. Dia keluar dari ballroom dan menunggu Nayya datang menemuinya.
"Om!!" panggil Nayya.
Jerry tersenyum sinis dan berbalik, menatap Nayya. "Apa kabar Nayya? Sudah lama kita tidak bertemu," ujar Jerry.
"Jangan basa-basi lagi, Om. Cepat katakan, ada apa kau memintaku datang kemari? Aku tidak ingin Keyvan curiga," ujar Nayya.
"Baiklah, aku hanya ingin bertanya, sudah sampai mana kau menjalankan rencana kita?" tanya Jerry
"I-itu, a-aku ... " bola mata Nayya melirik kesana kemari, mencari alasan yang tepat. Dan hal itu di perhatikan oleh Jerry. "A-aku sudah melakukan apa yang kau perintahkan, Om. Tapi semua itu juga membutuhkan proses. Sampai saat ini memang belum ada tanda-tanda. Tapi aku yakin, cepat atau lambat efeknya akan terlihat," ucap Nayya.
"Bagus kalau begitu. Sekarang, kau kembalilah pada pria itu. Jangan sampai dia curiga," perintah Jerry.
"Baik om, kalau begitu aku pergi dulu." Nayya kembali ke ballroom, dimana suaminya berada, sedangkan Jerry hanya tersenyum sinis menatapnya.
"Aku tahu, kau berbohong Nayya," gumamnya. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Lakukan sekarang!" perintah Jerry. Setelah mengatakan hal itu, ia menutup sambungan telepon dan menyimpan kembali ponselnya. "Setelah ini, akan ada pertunjukan menarik dan aku tidak akan melewatkan nya," seringai Jerry.
Sementara itu, Keyvan terlihat kebingungan mencari Nayya yang tidak kunjung kembali. Dia bahkan hendak mencari Nayya, tapi tiba-tiba wanita itu menghampirinya.
"Van!!
"Astaga, Ai!! Kau lama sekali, hah," ucap Keyvan khawatir.
"Ck, aku kan hanya ke toilet sebentar," gerutu Nayya.
"Tapi tetap saja, aku ... "
"Minumannya, Tuan, nyonya!" seorang pelayan menghampiri keduanya untuk menawarkan minuman yang membuat Keyvan menjeda ucapannya.
Keduanya mengambil masing-masing satu gelas, baru kemudian pelayan itu pergi dengan seringai yang mencurigakan.
"Sudahlah, jangan marah lagi. Kita datang kemari untuk bersenang-senang, bukan." Nayya mengangkat gelasnya, mengajak Keyvan untuk bersulang. Tentu pria itu tidak menolak. Mereka saling mengadu gelas dan mulai meneguk minuman masing-masing.
Hal itu tidak lepas dari Jerry yang terus memperhatikan keduanya. Dia menyeringai dan kembali mengirim pesan untuk Nayya.
"Aku lupa mengatakan padamu tadi, jika ada satu barang peninggalan ibu mu yang masih aku simpan sampai saat ini. Jika kau mau, kau bisa mengambilnya di kamar hotel nomor 2243."
Ting
Satu pesan di terima. Nayya buru-buru membaca pesan tersebut dan terlihat mengkerutkan keningnya. "Kamar hotel?" gumam Nayya.
"Em, Van! Tiba-tiba aku merasa sedikit pusing. Aku keluar dulu mencari udara segar, ya," ucap Nayya.
"Jika kau tidak enak badan, kita bisa pulang lebih dulu," seru Keyvan.
"A-aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh udara segar saja. Lagipula, acara belum di mulai, tidak enak jika kita pergi begitu saja."
"Baiklah, cepat kembali, ya!" pinta Keyvan.
Nayya mengangguk dan buru-buru keluar dari ballroom, mencari kamar hotel yang dimaksud oleh Jerry.
Melihat hal itu, Jerry segera menghubungi seseorang lagi untuk melakukan perintah darinya. "Dia datang!" Jerry menyeringai karena sebentar lagi kehancuran keluarga Dirgantara akan segera di mulai. "Selamat bersenang-senang," seringai Jerry. Dia mulai berbaur dengan tamu lainnya dan menunggu kabar baik esoknya.
Sementara itu, Nayya sampai di lorong hotel. Dia mencari kamar 2243 dengan langkah yang tidak stabil. "Astaga, ada apa denganku? Kenapa tiba-tiba kepalaku benar-benar pusing?" gumam Nayya. Dia berhenti sambil menopang tubuhnya di dinding. Sesekali ia menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan rasa sakit di kepalanya.
Namun sayang, pandangannya mulai kabur dan tidak berapa lama, ia kehilangan kesadarannya.
Tap
Tap
Tap
Terdengar suara langkah kaki mendekat dan menatap Nayya dengan seringai aneh. Orang itu mengangkat Nayya ala bridal dan membawanya bersamanya.