Prolog.
Seorang artis populer tiba-tiba saja berpindah ke tubuh seorang perempuan yang gemuk dan selalu hidup dengan penghinaan hingga mengejutkan semua orang dengan perubahannya.
"Kenapa dia tiba-tiba jadi pandai?"
"Kemana perempuan bodoh yang selama ini mereka kenal?"
"Dia jadi cantik? Kalau begini, tuan muda pertama akan jatuh cinta padanya! Padahal akulah yang harusnya dicintai oleh Tuan Muda pertama!"
Gawat, banyak orang merasa terancam.
Tetapi Diana tidak akan berhenti sampai semua orang mendapatkan balasan atas semua perbuatan mereka selama ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Pengusiran
Semua kata-kata jelek yang diucapkan oleh Jessi terdengar dari rekaman tersebut membuat semua orang terkejut.
Jessi menggelengkan kepalanya, "tidak! Itu tidak benar! Dia pasti mengedit rekaman itu dan--"
"Mengedit kepalamu?" Diana menyala ucapan Jessi, "Rinciannya tertera di sini, aku baru merekamnya beberapa saat yang lalu!" Gerutu Diana memperlihatkan layar ponselnya tepat di mata Jessi membuat perempuan itu seketika menjadi lemas dan kembali terjatuh di kursi yang sebelumnya disiapkan untuknya.
Tidak ada lagi yang bisa ia katakan untuk membela diri. Dia baru menyadari bahwa perempuan di hadapannya bukanlah lawan yang bisa dianggap remeh.
"Ini,,, sayang, itu benar?" Diva menatap putrinya dengan panik, dia tidak tahu harus berkata apa untuk membela putrinya.
"Tentu saja tidak Bu! Ibu harus percaya padaku! Aku sudah sangat lama bekerja dengan Adrian, Jadi tidak mungkin aku mengatakan hal buruk seperti itu pada--"
"Bodoh!" Ayah Jessi memukul kepala putrinya dengan keras.
Plak!
Pukulan itu membuat Jesi terjatuh ke lantai sampai tersungkur di lantai.
"Cepat minta maaf sekarang juga!" Bentak sang ayah yang jelas tahu bahwa saat ini mereka tidak bisa lagi berdalih untuk membela Putri mereka.
Jadi lebih baik menyuruh putrinya meminta maaf untuk menyelamatkan hubungan kedua keluarga daripada terus berkeras kepala dan akhirnya mendengar keluarga Adrian memutuskan hubungan dengan mereka.
Jessi yang tersungkur di lantai berbalik menatap ayahnya dengan air mata menggenangi pipinya, "A,, ayah--"
"Minta maaf!" Bentak sang ayah membuat seluruh tubuh Jessi gemetar.
Perempuan itu meneteskan air matanya sampai membasahi lantai yang ada di bawahnya sambil memaksakan bibirnya untuk berbicara.
"M,,, ma,,, af,,," kata Jessi dengan suara dan tubuh gemetar menahan isakannya.
"Hah,, Aku tidak percaya ini!" Reta memalingkan wajahnya dari Jessi, dia tak percaya kalau ternyata perempuan yang selama ini berada di sisi putranya dan diperlakukan sangat baik ternyata bukanlah perempuan yang baik-baik.
Sementara Diana, dia menatap suaminya, "sayang," ucap Diana meminta suaminya lah yang mengambil keputusan di tengah-tengah masalah tersebut.
"Tentu saja kami akan memaafkannya,, tapi untuk ke depannya sebaiknya dia tidak lagi menjadi sekretarisku. Selain itu, aku tidak akan mengizinkan dia menginjakkan kakinya di rumah kami lagi!" Ucap Adrian sebelum merangkul istrinya pergi dari sana.
Pada saat itu juga, Brama berdiri menatap Ayah Jessi, "keluarga kami perlu membicarakan sesuatu, jadi silakan kembali terlebih dahulu," ucap Brama.
Ayah Jessi menganggukan kepalanya, dia jelas tahu bahwa tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk berbicara apapun di tempat itu sehingga pria itu dengan kesal menarik lengan putrinya dengan keras lalu menyeret perempuan itu keluar dari sana.
Setelah semua orang menaiki mobil, sang ayah yang bernama George menatap putrinya dengan kesal, "Bagaimana bisa kau begitu bodoh?! Sekarang apalagi yang bisa kau harapkan? Jangan pernah bermimpi untuk menjadi istri Adrian, karena seumur hidup kau tidak akan pernah bisa melakukannya!" Geram George penuh amarah.
Jessi tertunduk lemas, "perempuan itu menjebakku, dia sudah sengaja menyiapkan rekaman itu untuk merekam pembicaraan kami dan memancing aku untuk mengatakan sesuatu yang--"
"Ayah rasa yang terjadi tidak seperti itu. Semua orang mendengar rekaman itu, dan semua orang bisa mengetahui kalau kaulah yang lebih dulu memancing amarah Diana! Padahal tidak sulit untuk menyingkirkan perempuan itu seandainya kau menahan dirimu lebih baik lagi. Tapi sekarang tidak ada lagi kesempatan untukmu!" Geram sang ayah penuh amarah.
"Lalu apa yang terjadi sekarang? Apakah keluarga kita dengan keluarga mereka tidak bisa berhubungan lagi?" Tanya Diva cemas.
"Dilihat dari situasinya, sepertinya mereka tidak akan membawa masalah ini mempengaruhi hubungan kita yang lainnya. Tapi Jessi, tentu saja sudah tidak ada tempat baginya," ucap George.
"Lalu aku harus apa sekarang?" Tanya Jessi sambil mengusap air matanya yang terus berderai di pipinya.
"Apa lagi? Tentu saja tidak ada yang bisa kau lakukan! Mulai hari ini kau bekerja di perusahaan ayah!" Tegas George.
"Baik, hikss,, hikss, hiks,,," isak Jessi.
Diva terdiam sambil menatap putrinya, Tentu saja dia tahu apa yang dirasakan oleh putrinya.
Tidak hanya kehilangan kesempatan untuk menikah dengan pria yang dicintai, tetapi juga kehilangan kesempatan untuk mengejar karirnya dan harus dipermalukan oleh seorang perempuan yang seharusnya tidak bisa dibandingkan dengannya.
"Kau jangan menangis terus, Ibu yakin masih Ada kesempatan untukmu," kata Diva.
"Tentu saja ada kesempatan untuknya, kebetulan aku juga punya seorang rekan bisnis yang menawarkan untuk menjodohkan putranya dengan Jessi. Kalau Jessi menikah dengannya, maka kita punya peluang yang besar untuk mengembangkan bisnis kita meski tidak sebanding dengan peluang yang kita dapatkan jika bekerjasama dengan keluarga Adrian. Tapi itu satu-satunya jalan yang menguntungkan lewat hubungan pernikahan Jessi dan suaminya!" Kata George.
"Sayang! Bagaimana bisa kau langsung mengatakan hal seperti itu di saat-saat seperti ini?" Tanya Diva sambil melirik ke arah putrinya yang tampaknya semakin terisak gara-gara apa yang dikatakan oleh ayahnya.
"Lalu apa lagi? apa dia masih mau berharap untuk bisa menikah dengan Adrian? Aku akan mengurus perjodohan itu, dan kali ini dia tidak boleh keras kepala lagi! Dia harus mengikuti semua perkataanku tanpa terlewat setitik pun!" Tegas George.
...
Sementara itu, Adrian dan istrinya yang masih tinggal di rumah, keduanya duduk di ruang keluarga ditemani oleh Brama dan juga Reta.
"Hah,, Kau pasti sangat terkejut atas apa yang terjadi barusan. Ibu juga tidak menyangka dia akan berkata seperti itu padamu dan pada Adrian, Padahal selama ini Ibu sudah menganggapnya sebagai Putri sendiri," kata Reta menatap cemas Diana, dia takut perempuan itu mungkin akan memberikan penilaian buruk pada keluarga mereka setelah insiden yang baru saja terjadi hari ini.
"Jangan khawatir bu, aku sudah biasa menghadapi perempuan-perempuan seperti itu. Mereka memang penuh muslihat, jadi kita harus berhati-hati pada mereka. Tapi aku cukup sedih perempuan seperti itu sudah cukup lama berada di sisi Adrian, selama ini pasti ada banyak orang-orang yang merasa kesulitan karena keberadaan perempuan itu," ucap Diana sambil menatap suaminya.
"Untunglah dia menunjukkan sikapnya hari ini, dan untunglah kau merekam apa yang dia katakan di toilet. Jika tidak, maka dia akan terus berada di sini dan menusuk Adrian dari belakang," gerutu Reta kesal.
"Tapi, kau sama sekali tidak keberatan setelah mengetahui Adrian telah memiliki seorang Istri?" Tanya Brama yang dari tadi menyimpan pertanyaan itu dalam hati.
"Hm?" Diana tersenyum menatap ayah mertuanya sebelum melirik suaminya, "aku sudah mengetahuinya dari awal," ucap Diana.
"Benarkah?" Reta merasa sangat lega.
"Ya, dia sudah tahu," ucap Adrian.
"Kau tenang saja, Adrian sedang mengurus perceraiannya dengan istrinya itu," ucap Brama.
"Terima kasih Sayang," kata Diana menatap suaminya dengan senyuman indah di wajahnya.