Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Cover by @putri_graphic
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DGGM 15. Makan siang 2
Menu yang sederhana tapi Mario melihatnya dengan mata berbinar. Sudah lama ia tidak makan menu rumahan seperti ini. Biasanya ia hanya menyantap makanan cepat saji atau sesekali ke restoran langganannya untuk makan sebab ia hanya tinggal sendirian di apartemen. Orang tuanya berada di luar kota. Hampir sama dengan Mario, Arkandra pun tinggal sendirian. Bedanya hanya keluarganya masih tinggal di satu kota.
"Loe bakal nyesel Kan kalo nggak ikut makan. Ini benar-benar enak!" puji Mario saat sesendok capcay masuk ke dalam mulutnya. Ia mengunyah dengan mata terpejam seakan begitu menikmati makanan buatan Azura. Tapi sebenarnya Mario tidak benar-benar memejamkan matanya. Dari ekor matanya, ia melirik Arkandra yang berupaya acuh tak acuh padanya.
"Siapa dulu dong yang masak? Azura gitu lho. Azura kan calon istri idaman, pak dokter. Udah cantik, rajin, pandai menabung, penyayang, perhatian, pokoknya pintar dan hebat dalam segala hal." pujinya pada diri sendiri membuat Mario terkekeh melihat kepercayaan diri Azura.
"Ya ya ya, kalau dia nggak mau tanggung jawab, jadi istri aku aja gimana? Mau nggak? Aku nggak masalah misalkan kamu hamil terus si Arkan nggak mau tanggung jawab, aku aja yang nikahin. Aku akan menerimamu dengan senang hati." ujar Mario sambil tersenyum menggoda membuat Azura mengerutkan keningnya.
"Hamil? Kok Zura bisa hamil sama dokter Arkan, dok?" tanya Azura bingung.
"Segala kemungkinan itu bisa terjadi apalagi kata kamu tadi dia udah ambil keperawanan kamu, apalagi kalau kalian ngelakuinnya dalam masa subur kemungkinan besar nggak lama lagi kamu bakalan hamil." tukas Mario menjelaskan.
"Hah! Serius dok? Emangnya ciuman juga bisa buat seseorang hamil?" mata Azura melotot tak percaya saat mendengar penuturan Mario. Semua karena kata-katanya yang terpotong jadi Mario salah paham. Ia kira Arkandra telah benar-benar mengambil keperawanan Azura padahal Azura hendak mengatakan Arkandra telah mengambil keperawanan bibirnya.
"Ciuman? Ya nggak lah, aneh-aneh aja kamu, Ra!" sahut Mario sambil terkekeh.
"Lah tadi kata dokter? Kan dokter Arkan udah ambil keperawanan bibir Zura, Zura jadi takut, dok." lirih Azura.
Mereka sibuk mengobrol tanpa mempedulikan Arkandra yang telinganya sudah memerah panas mendengar obrolan absurd kedua orang itu.
Mario mencoba mencerna kata-kata Azura, seketika ia tergelak hingga terpingkal-pingkal. Mario memegangi perutnya yang terguncang karena terlalu puas tertawa hingga ekor matanya mengeluarkan air mata. Ia ternyata sudah salah paham.
"Bhuahahahaha ... "
"Hah! Jadi maksud kamu itu dia ambil keperawanan kamu itu keperawanan bibir? Karena dia cium kamu gitu, Ra?" tanya Mario yang sambil berusaha mengontrol tawanya.
"Tutup mulut kalian berdua!" sergah Arkandra sambil menggebrak mejanya membuat mulut Azura yang penuh jadi tersedak hingga terbatuk-batuk.
"Ukhuk ... ukhuk ... ukhuk ... " Azura menepuk-nepuk dadanya karena tersedak.
"Lho sih Kan, nggak kasian apa liat dia sampai tersedak gitu!" desis Mario sambil memberikan segelas air putih dan menepuk-nepuk pelan punggungnya.
Arkandra hanya berdecih saat mendengar protesan Mario.
"Lho itu sebenarnya kenapa sih, Kan? Marah-marah nggak jelas gitu?" Mario melirik Arkandra dari ekor matanya. Ia merasa temannya satu itu main hari makin aneh. Tiap hari kerjaannya marah-marah melulu.
"Iya nih pak dokter, pak dokter Arkan itu galak ya udah kayak singa mau nerkam aja. Udah ah pak dokter, cuekin aja. Nih, cicip udang goreng krispi nya. Enak nggak?" ujar Azura seraya menyuapkan udang goreng krispi ke mulut Mario. Mario pun membuka mulut dengan senang hati dan mengunyahnya.
"Hmmm ... so delicious." ujar Mario. "Duh, jadi pingin cepet punya bini nih apalagi istrinya itu kamu Ra, udah cantik, pinter masak, mau nggak Ra jadi istriku?" goda Mario sambil mengerlingkan sebelah matanya.
Belum sempat Azura menjawab, tiba-tiba saja Arkandra datang dan duduk di dekatnya. Sofa itu cukup panjang membuat Azura seketika terhenyak melihatnya.
Arkandra melirik sinis saat melihat ekspresi Azura yang seperti melihat hantu gentayangan.
Lalu tanpa basa-basi, Arkandra mengambil piring dan mengisinya nasi. Kemudian lauk pauk yang berada di dekat Mario ditariknya semua agar lebih dekat dengannya lalu ia pun menyantapnya dengan lahap dan acuh tak acuh tak peduli pada Azura dan Mario yang menatapnya horor.
"Sudah ngeliatinnya?" desis Arkandra sambil memasukkan semua udang di rantang ke dalam piringnya.
"Woy, jangan dihabisin curut! Udang gue itu. Kata loe tadi nggak mau makan." seru Mario yang kesal saat semua udang krispi dimasukkan Arkandra ke dalam piringnya.
"Kapan? Gue nggak ada bilang gue nggak mau makan." sahut Arkandra acuh tak acuh. Lalu ia menyendokkan telur balado dan sisa capcay ke piringnya.
"Anjir, nih orang kesurupan kali ya! Tadi kayak nggak minat makan, giliran orang mau makan malah dihabisin semua." ketus Mario yang kini hanya kebagian sisa ikan asin saja.
"Udah pak dokter, jangan menggerutu terus. Nggak baik. Nih, ambil yang Zura aja udangnya. Masih bersih kok , belum digigit." ujar Azura seraya ingin memasukkan beberapa potong udang goreng ke piring Mario. Tapi gerakan Mario malah kalah cepat dengan Arkandra. Ia lebih dulu menarik tangan Azura membuat udang-udang itu masuk ke dalam piringnya.
Mario menggeleng-gelengkan kepalanya heran melihat tingkah absurd Arkandra.
"Duh, maaf ya pak dokter, udangnya udah masuk ke piring dokter galak semua. Kapan-kapan deh Zura masakkin lagi." ucap Azura tak enak hati.
"Yah, kok kapan-kapan! Emang besok kenapa?"
"Zura mesti kerja pak dokter. Zura nggak enak minta gantiin temen terus. Ini aja temen Zura tuh kasi syarat biar bisa tolong gantiin sebentar jadi lain kali aja! Oke!"
"Syarat? Emang temennya kasi syarat apa? Nggak ikhlas banget nolongin." ujar Mario sambil membereskan bekas makannya.
Arkandra hanya mendengarkan saja tanpa ikut menimpali pembicaraan kedua orang tersebut.
"Eza minta temenin makan malam aja sih. Jadi nggak masalah." ujarnya santai lalu ia ikut membereskan rantang yang sudah kosong.
"Apa? Makan malam? Kayak kencan gitu?" seru Mario. Arkandra hanya memicingkan matanya, sedangkan Azura mengedikkan bahunya acuh sebab ia pun tak tahu. Toh hanya sekedar makan malam pikirnya. Tak masalah, bukan!
...***...
Sementara itu, Melodi baru saja sampai di cafe Starla. Melodi berdiri di depan pintu masuk. Ia bingung, haruskah ia menemui laki-laki itu. Melodi merogoh ponsel yang berada di saku celananya. Diliriknya sederetan angka yang belum ia simpan di kontak ponselnya. Tangannya bergetar bahkan berkeringat dingin. Dengan ragu, ia ingin menekan deretan angka tersebut. Belum sempat ia menekan ikon bergambar gagang telepon, ponselnya sudah berbunyi terlebih dahulu membuatnya tersentak kaget dan hampir menjatuhkan ponselnya.
Dengan gugup ia mengangkat panggilan itu.
"Ha-halo." cicit Melodi.
"Temui pelayan cafe, katakan saja kau ingin bertemu Gerald." tukasnya kemudian terdengar suara panggilan yang ditutup membuat Melodi membulatkan matanya.
Sesuai instruksi, Melodi pun mengatakan perihal ia yang ingin menemui Gerald. Pelayan pun mengantarkan Melodi ke sebuah ruangan privat di cafe Starla.
Jantungnya berdegup kencang. Melodi berdiri di depan sebuah pintu bercat coklat. Dengan peluh yang mulai mengembun di pelipisnya, ia pun mengetuk pintu kemudian masuk setelah mendengar suara dari dalam sana.
Jantung Melodi makin berdetak dengan kencang saat ia melihat sosok yang sedang duduk dengan angkuhnya di sofa ruang VIP cafe Starla. Sambil meneguk ludahnya, ia berjalan mendekati pria yang bernama Gerald itu.
"Ha-halo, saya ... saya Melodi." ujar Melodi terbata.
Melodi kian tertegun di tempatnya saat melihat lelaki itu melirik ke arahnya. Ia begitu tampan, rahangnya tegas dengan jambang tipis di sisi kanan dan kirinya. Rambutnya disisir klimis. Pakaiannya terlihat santai tapi berkelas. Semua yang melekat di tubuh pria itu dapat ia pastikan merupakan barang-barang bermerk.
"Silahkan duduk!" titahnya dengan suara tegas membuat Melodi tersadar dari kekagumannya.
"Ah, i-iya." Melodi pun segera duduk di seberang Gerald.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Cerita yang lucu dan menggemaskan karakter tokoh utamanya Azura Arkan 😊😊😊