🏆Juara 1 You Are A Writer 2024 Genre Pria🏆
Xiao Chen, seorang pendekar muda yang sejak kecil dihina karena lahir dari seorang ibu yang menikah secara tertutup dengan anggota Klan yang berseberangan.
Sebagai seorang anak laki-laki ia diperlakukan seperti anak perempuan di rumah keluarga besarnya di Klan Xiao. Ia mengikuti marga ibunya dan menjadi anak yang menyendiri sejak kecil.
Hingga suatu hari ia mengalami kecelakaan, ruang penyimpanan rahasia keluarga Xiao terbuka saat ia sedang bertugas membersihkannya. Sebuah kekuatan ajaib memasuki tubuhnya, kekuatan gelap yang haus akan darah dan juga pertempuran.
Keadaan ini mengubah kepribadian Xiao Chen, membawanya ke petualangan bertemu dengan ayah kandungnya. Di saat itulah keajaiban lain terjadi, energi hitam di tubuh Xiao Chen menghilang dan menjadikan ia memiliki kesadaran untuk bertanggungjawab atas perbuatan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nenek Tua Xiao Hua
Xiao Chen termenung setelah mendengar perkataan dari ibunya, rasa bencinya kepada sosok lelaki yang menjadi ayahnya kini semakin memudar. Ada rasa kerinduan yang saat ini ia rasakan, ada keluh kesah yang akan ia utarakan jika bertemu dengan ayahnya saat ini.
"Ibu, aku akan mencari ayah" ucap Xiao Chen penuh tekad.
"Jika sudah ditakdirkan maka kalian akan bertemu, hanya saja kamu harus menjadi kuat. Jika tidak maka perjalananmu dalam mencari ayahmu hanya akan membawa mara bahaya" Xiao Nie ketakutan, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya sendiri.
Xiao Chen kembali terdiam, ia menyadari jika memang kekuatannya masih sangat lemah. Meski ia sudah bisa berkultivasi secara diam-diam namun itu seperti sebutir pasir di pantai. Kekuatan yang ia latih baru sebatas kekuatan melatih tubuh, bekal yang ia gunakan untuk menghadapi segala tindakan kasar dari saudara-saudaranya di Klan Xiao.
Dengan perlakuan anak-anak di Klan Xiao setiap harinya, mau tidak mau Xiao Chen harus membiasakan diri untuk bisa bertahan. Hal ini juga yang membuatnya termotivasi untuk merangkum sebuah catatan usang di perpustakaan dan menggabungkannya dengan beberapa pengetahuan lain yang secara tidak sengaja ia temukan dari kebiasaannya menghafal cepat.
"Berhati-hatilah, kelak jika ibu sudah tiada maka kamu harus bisa menjaga dirimu lebih baik. Kamu juga bisa menunjukkan identitas mu di keluarga Ye dengan menunjukkan kalung yang baru saja ibu berikan" ucap Xiao Nie dengan penuh keyakinan, ia tidak tega melihat putranya selalu ditindas di Klan Xiao.
"Ibu akan baik-baik saja, aku akan selalu menjaga ibu" jawab Xiao Chen dengan tegas, tangannya mengepal.
Xiao Nie mengangguk puas, ia benar-benar melihat bayangan pria yang ia cintai di dalam diri putranya. Xiao Nie juga tahu jika putranya tersebut sudah membangkitkan energi internalnya, beruntung beberapa tahun lalu ia mengajarkan Xiao Chen teknik menyembunyikan kultivasi. Teknik itu merupakan hadiah dari Ye Chen ketika mereka masih bersama, kini dengan melihat pertumbuhan Xiao Chen dalam keterbatasan membuat Xiao Nie merasa bahagia.
Selama ini ia sudah diliputi kesedihan dan penderitaan, hanya dengan melihat Xiao Chen ia benar-benar bahagia dan dapat bertahan hidup dengan baik. Baginya Xiao Chen adalah representasi dari Ye Chen, tidak hanya fisiknya yang mirip tetapi juga sikap dan mentalnya yang begitu kuat. Xiao Nie yakin jika Xiao Chen ke keluarga Ye maka Patriark Ye akan sangat terkejut, Xiao Chen akan mewarisi Klan Ye di masa depan.
Setelah mendengar kenyataan tentang kehidupan ayah dan ibunya, Xiao Chen bertekad untuk menjadi kuat. Dalam hatinya ia bersumpah akan menjadi sosok yang akan mengguncang Kekaisaran dan membuktikan jika Xiao Chen adalah putra yang dilahirkan oleh dua orang manusia terbaik di Klan Xiao dan Klan Ye.
Xiao Chen kemudian merawat ibunya sebelum tidur, ia membersihkan kaki ibunya dan memberikan selimut wol yang ditenun oleh tangan halus ibunya sendiri. Meskipun musim dingin telah berlalu, kesehatan ibunya harus selalu terjaga. Xiao Chen hanya menyesali ia terlalu miskin, tidak mampu membeli obat-obatan untuk merawat ibunya. Sambil berlinang air mata, Xiao Chen menuju kamar tidurnya yang memiliki sekat tipis sebagai pembatas dengan kamar ibunya.
"Jika saja ayah dan ibuku bisa bersama dalam keadaan yang berbeda, aku sebagai keturunan langsung dari Klan Ye pasti tidak akan berakhir seperti ini, dan ibu juga tidak akan menderita seperti ini..." gumam Xiao Chen sambil berkhayal.
Xiao Chen kemudian duduk sila, melakukan meditasi dengan tekad yang semakin membulat. Ia ingin keluar dari keterpurukan dan membuat perubahan dari situasi yang menghimpitnya selama ini. Dengan teknik kultivasi yang ia pelajari secara diam-diam itu, ia mulai tenggelam dalam suasana khusyu sepanjang malam.
Keesokan paginya Xiao Chen bangun lebih awal dari biasanya, ia harus bangun lebih awal karena hari ini akan ada perhelatan orang-orang Klan Xiao untuk memilih bakat muda. Ia harus membersihkan arena beladiri tempat berlatih serta aula pertemuan keluarga. Ia juga harus bekerja ekstra di musim gugur untuk menjaga kebersihan halaman dan juga kebersihan perpustakaan Klan Xiao, jika tidak ia akan mendapatkan pukulan serta makian dari para Tetua.
"Aku masih membutuhkan waktu yang panjang untuk mempelajari buku yang sudah aku salin, semua teori yang tertulis di dalam buku ini memang sangat baik, tetapi beberapa hal terlihat sedikit lebih rumit saat mempraktekkannya tanpa tenaga dalam yang cukup." Bisik Xiao Chen sambil menatap buku yang selalu ia bawa di dalam saku bajunya, wajahnya terlihat sedikit putus asa.
Dari luar rumahnya tiba-tiba terdengar suara seseorang melangkahkan kaki dan berusaha membuka kunci pintu rumahnya yang kemudian membuyarkan lamunannya. Ekspresi wajah Xiao Chen terlihat waspada, ia dengan segera bangkit dan menuju pintu untuk mengetahui siapa yang datang di pagi hari seperti ini.
Pintu depan rumahnya pun akhirnya terbuka, lalu terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekatinya. Seorang wanita tua melangkah menuju ke arah Xiao Chen dengan membawa rotan kecil, wanita tua itu memukulkannya ke sisi ranjang usang tempat tidur Xiao Chen.
Xiao Hua yang merupakan nenek dari Xiao Chen itu lalu berteriak kepadanya,
"Apakah kamu masih bermalas-malasan? Apakah kamu sedang mengkhayal menjadi tuan muda dari Klan Xiao? Bangkit sekarang juga! Kamu harus bekerja sekarang!"
Ucapan keras Xiao Hua membuat Xiao Chen terdiam, ini bukan pertama kalinya wanita yang merupakan neneknya tersebut membuat tindakan yang sangat menjengkelkan. Jika bukan karena ibunya yang sedang sakit, maka Xiao Chen akan membalas ucapan kasar tersebut.
Wanita yang terlihat menyebalkan ini memiliki tampang yang keji, rambut putih yang tumbuh di kepalanya tidak membuat dirinya untuk bertindak bijak. Ia sama sekali tidak terlihat bijak di usianya yang sudah beranjak tua tersebut, hanya sorot kebencian yang ia miliki saat menatap ke arah Xiao Chen.
"Kau terlihat semakin menyedihkan, namun putramu juga anak yang tidak berguna. Seharusnya kau sudah menyesali perbuatanmu selama belasan tahun.." ucap Xiao Hua kemudian, tatapannya jatuh pada Xiao Nie yang juga ikut terbangun.
Sebagai seorang anak, Xiao Nie hanya terdiam mendengarkan kata-kata ibunya tersebut. Entah sudah berapa ribu kali ibunya mengatakan hal demikian, Xiao Nie juga sudah terlalu sering menjelaskan dan tidak ada gunanya. Selama ini ia terdiam dan menerima perlakuan kedua orangtuanya asal Xiao Chen tidak diusir dan tetap berada di sisinya.
Xiao Chen memandang penuh permusuhan kepada wanita tua tersebut, tidak ada rasa hormat sama sekali baginya terhadap wanita yang seharusnya ia puja tersebut. Kelakuan wanita tua tersebut dalam bersikap kepada Xiao Chen tidak lebih buruk kepada babi. Bahkan babi di keluarga Xiao diperlakukan lebih baik, hewan ternak dianggap membawa nilai bagi keluarga Xiao.
semoga sampai TAMAT....
tap....tappppl