Novel ini berkisah tentang kehidupan seorang gadis jelita bernama Alea, yang kehilangan kebahagiaan semenjak kepergian ibundanya
Hingga ayahnya memutuskan untuk menikahi seorang janda dengan harapan mengembalikan semangat hidup putri tersayangnya
Namun alih-alih mendapat kebahagiaan dan kasih sayang seorang ibu, hidup Alea semakin rumit karena dia dipaksa oleh ibu tirinya menikahi seorang pria dingin di umurnya yang masih belia
Akankah Alea bisa menemukan kebahagiaannya bersama suami pilihan ibu tirinya yang kejam?
Yuk... Simak terus cerita hidup Alea...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Alea membuka matanya perlahan karena silau akan cahaya matahari yang menerobos masuk kedalam celah-celah gorden kamarnya. Hal pertama yang selalu menarik perhatiannya ketika bangun dari tidur adalah sesosok wajah rupawan yang sedang terlelap di sampingnya.
Raut teduh dan damai itu selalu berhasil membuat Alea terpaku cukup lama. Ingatannya kembali pada adegan tadi malam, saat Mahesa membuai Alea di atas ranjangnya yang panas. Lenguhan dan desahan mereka seakan tak ada habisnya.
Mahesa berhasil membuat Alea mabuk kepayang, menikmati setiap belaian tangan suaminya dan selalu terpuaskan saat Mahesa menggagahinya di atas ranjang.
Tak hanya sekali Mahesa berhasil membuat Alea memekik tertahan karena sensasi kenikmatan yang luar biasa, bahkan sampai berkali-kali hingga Alea benar-benar merasa lemas kehabisan tenaga.
"Mikirin yang semalam ya?"
Alea terhenyak dari lamunannya, seakan tersihir dia sampai tidak menyadari jika suami yang dia pandangi sejak tadi sudah membuka kedua matanya lebar-lebar.
Senyuman nakal khas Mahesa dan sorot mata jenakanya berhasil membuat Alea kikuk dan salah tingkah. Mahesa hanya terkekeh kecil sembari meraih kepala istri tercintanya untuk dia benamkan kedalam dadanya.
"Terimakasih yang semalam sayang" Mahesa mengecup kening istrinya. Alea tersipu malu, membayangkan seperti apa ekspresinya semalam.
"Lagi yuk" Ajak Mahesa mulai merayu Alea kembali. Alea membelalak kaget mendengar ajakan bercinta dari suaminya itu. Meski terasa nikmat, tapi Alea tidak se-hyper itu untuk terus menuruti nafsu suaminya yang besar.
"Ih, Mas Hesa... Aku kan ada jam kuliah pagi mas" Rengek Alea sembari mencoba melepaskan diri dari rengkuhan suaminya.
Alea mencubit kecil pinggang suaminya yang tak kunjung melepaskan dirinya, membuat Mahesa meringis kecil dan terpaksa melonggarkan tangannya mengikhlaskan Alea kabur dan berlari ke arah kamar mandi dengan kaki mungilnya.
Pagi ini Alea ada kelas, dia harus buru-buru menyelesaikan mandi besarnya dan segera bersiap sebelum pukul 8 pagi.
Mahesa yang memperhatikan istrinya berlarian kesana kemari membuatnya tertawa kecil, tak disangkanya istri kecilnya sekarang jadi mahasiswi super sibuk melebihi dirinya.
"Mau ku antar sayang?" Tawar Mahesa pada Alea yang sedang asyik mengunyah roti isinya di atas meja makan.
Dengan cepat Alea menggelengkan kepalanya. "Vivi janji mau menjemputku hari ini"
Dikampus, Alea punya sahabat, Vivi namanya, Mahesapun sudah mengenal Vivi, hampir setiap hari dia menjemput Alea untuk pergi ke kampus bersama-sama karena tempat mereka memang searah.
Alea sedikit malu jika harus di antar supir ke kampus yang jaraknya hanya beberapa kilometer. Apalagi jika Mahesa yang mengantar, karena sampai saat ini Alea masih merahasiakan statusnya yang sudah berkeluarga.
Untuk saat ini hanya Vivi satu-satunya teman yang dipercaya Alea. Dan Mahesa juga merasa jika Vivi anak yang baik. Jadi dia sama sekali tidak keberatan jika Alea harus pergi bersama sahabatnya itu.
Hujan lebat sempat menyapa kota tadi malam, Vivi mengendarai skuternya dengan hati-hati. Karena jalanan cukup licin dan becek. Terlihat beberapa pohon tumbang yang sudah hampir selesai di bersihkan. Membuat jalanan sedikit padat.
"Lea.."
Alea yang baru turun dari skuter milik Vivi segera mengalihkan pandangannya ke sumber suara yang menyapanya barusan.
Tak jauh dari tempat mereka parkir, ada Dimas yang sepertinya juga baru selesai memarkirkan motor sport miliknya.
"Hai Dim..." Malah Vivi yang menjawab sapaan Dimas, sedangkan yang disapa hanya diam tak bergeming.
Dimas hanya tersenyum simpul, sembari melambaikan tangannya pada Vivi. Namun sedetik kemudian pandangannya kembali beralih pada Alea.
Alea segera menyeret lengan Vivi saat menyadari Dima mulai melangkahkan kaki kearahnya.
"Kenapa buru-buru sih?" Tanya Vivi keheranan melihat temannya berjalan cepat menuju kelasnya. Vivi yang tidak mendapat jawaban pasrah saja saat dirinya di seret untuk masuk. Sedangkan Dimas hanya bisa mematung memandangi kepergian Alea.
"Kamu kenal Dimas, Lea?" tanya Vivi antusias.
"Dulu, teman SMA" jawab Alea singkat.
Vivi masih belum tahu ada hubungan apa antara Alea dan Dimas di masa lalu. Dan terlihat sangat jelas jika Vivi tertarik pada mantan kekasihnya itu.
Ya, siapa yang tidak tertarik pada Dimas, lelaki jangkung berwajah tampan itu cukup populer di kampusnya. Dia aktif dalam organisasi pecinta alam yang juga di ikuti oleh sahabatnya itu.
"Beneran? Katanya dia masih jomblo loh"
"Terus?" Alea mengernyitkan dahinya keheranan.
"Ya.. Kamu kan kenal, comblangin kita dong" Vivi mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba merayu Alea.
"Ogah" Tolak Alea mentah-mentah.
Bukan tanpa alasan, sebenarnya dalam hati Alea tidak ikhlas jika Dimas dekat dengan wanita lain. Apalagi Vivi, sahabatnya.
Vivi anak yang sangat energik dan ceria. Kulitnya putih langsat khas orang asia, wajahnya manis tidak membosankan untuk dipandang berlama-lama. Tubuhnya juga proporsional, tinggi semampai. Tidak seperti Alea yang sering mendapat julukan 'Botol yakult' dari teman-temannya.
Vivi yang mendapat penolakan langsung dari Alea hanya bisa memonyongkan bibirnya. Melihat itu Alea hanya tersenyum sambil sedikit mengejek.
"Bukannya kamu sering naik gunung sama dia? Deketin sendiri dong"
"Naik gunungnya kan rame-rame Lea, masa iya aku ngedeketin dia duluan. Malu dong"
Alea cuma tertawa kecil mendengar penjelasan dari sahabatnya itu.
"Plissslah... Keburu dia punya gebetan" Kembali Vivi merayu Alea.
Alea hanya bisa menghela nafas berat, dia sendiripun bingung harus bersikap seperti apa. Dia juga dilema pada perasaannya sendiri, kenapa mudah sekali perasaannya berubah-ubah. Dia sudah menjadi milik Mahesa, tapi kenapa dia tidak bisa mengikhlaskan Dimas menjadi milik orang lain. Seegois inikah dirinya.
Hari ini Alea pulang di jemput pak Muji. Karena Vivi sedang ada kegiatan tambahan di kampus. Sudah lebih dari 40 menit dia berdiri di depan gerbang namun batang hidung sang supir belum juga kelihatan.
"Sedang menunggu suamimu ya?"
Alea yang sejak tadi bengong seketika tersentak kaget mendengar suara yang tiba-tiba datang dari arah belakangnya. Terlihat Dimas yang duduk di atas jok motornya, wajahnya ditutupi helm teropong khas anak motor. Sorot matanya tajam menatap Alea.
"Eemm... Nunggu supir" Jawab Alea ragu-ragu.
"Sepertinya supirmu tidak akan datang, mau kuantar?"
"Tidak, terimakasih" Alea menolak dengan tegas tawaran Dimas.
"Bisa kita bicara Lea" Dimas turun dari jok motornya, kemudian beranjak mendekati Alea yang masih berdiri di tempatnya.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi Dim, semuanya sudah selesai"
"Bagimu sudah, tapi belum bagiku Lea"
Dimas berusaha meraih tangan Alea, namun Alea dengan sigap beringsut mundur menjauh.
"Jangan lancang Dim, kita sudah bukan siapa-siapa lagi"
"Kenapa? Bukankah kau harus bertanggung jawab karena sudah menyakitiku?"
Alea terhenyak, tak mengira jika Dimas akan berkata seperti itu. Mungkin Dimas masih dendam terhadapnya, karena telah egois menerima pinangan Mahesa dan memutuskan hubungan mereka secara sepihak.
"Maafkan aku..."
Alea tertunduk, terdengar isak tangis mulai keluar dari bibirnya. Membuat Dimas terenyuh setelah sekian lama dia akhirnya bisa bertemu kembali dengan kekasihnya.
.
.
tapi gapapalah, kan suami sendiri 🤭🤭
joss banget ceritanya /Drool//Drool/