"I love you, om!!
maaf Tari pergi tanpa pamit, karena ternyata selama ini perasaan Tari, bukanlah rasa sayang seorang ponakan pada pamannya, melainkan rasa sayang seorang wanita pada lawan jenisnya, maaf sekali lagi, Tari pergi tanpa pamit, dan semoga kita bertemu setelah Om menikah."
Itu adalah isi surat dari Mentari Putri untuk pamannya yang bernama Andre tian.
Putri pergi tanpa pamit, karena sungguh jika dia harus pamit secara langsung, rasanya tidak mungkin, Tari tidak akan kuat, sungguh.
Sementara itu yang membaca surat langsung meremas surat tersebut dengan sangat kuat, sampai urat ditangannya terlihat mengeras,-
Dan semoga karya saya kali ini, bisa dinikmati banyak pembaca Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesona Tian
Hari telah berganti, dan semenjak malam Itu Tian berjanji pada dirinya untuk menjerat Mentari pada pesonanya, dan seperti niatnya itu kini Tian keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk saja, dan hal itu sukses membuat Mentari yang sedang menunggu di meja makan untuk mandi, langsung bisa melihat Tian dan sungguh saat ini Mentari benar-benar terpesona pada sosok Tian.
Wajah Yang segar habis mandi, rambut basah yang semakin menunjang ketampanan Tian dan ya ampun...., mata Mentari semakin membola saat melihat betapa indahnya pahatan sang maha pencipta pada Tubuh Tian, otot dada yang terlihat kenyal jika disentuh, otot perut juga tangan. Ya ampuNnnnnnn.
"Sungguh sempurna" ucap Mentari tanpa berkedip, dan dia benar-benar tidak tahu jika tubuh Tian lebih sempurna dari tubuh Bayu abangnya.
"Heh apanya?" ucap Tian yang mendengar dengan sangat jelas gumaman Mentari.
"Tubuh Om, bagus banget lebih bagus dari bang Bayu" Puji Mentari masih dengan mata yang terfokus pada tubuh Tian.
"Wah apa benar, apa kamu Suka?" tanya Tian memastikan.
"Hem, suka andai kelak aku punya suami yang tubuhnya mirip kaya om pasti bangga banget, bisa ku pamerin sama orang-orang."
"Eh kok gitu, gak boleh dipamerin, nanti ada yang pengen rebutan bahaya." ucap Tian mengingatkan, terlepas entah siapa yang akan jadi suami Mentari kelak, karena untuk ucapan tian kali ini, dia benar-benar perduli akan rumah tangga Mentari kelak, yang takut jika benar-benar Mentari memposting tubuh kekar suaminya akan ada banyak pelakor yang mengincar.
"Bercanda kali Om, Ya udah Aku mandi dulu." ucap Mentari berlalu pergi dengan sikap biasa saja, ya biasa saja dimata Tian, namun sebenarnya dari tadi jantung Mentari sudah berdegup kencang dan karena pandai menyembunyikan perasaannya jadi terlihatlah sikap biasa Mentari.
"Huh percobaan pertama gagal" batin Tian sambil berlalu menuju kamarnya.
Sementara Mentari kini didalam kamar mandi, sedang memegang dadanya yang terus berdebar
"Ya ampun ada apa denganku?"
"Apa gara-gara semalam? Tidak-tidak ini tidak mungkin, masa aku suka sama Om tian,"
"Tidak, tidak, ini tidak benar, ini cuman perasan karena ini pertamakalinya bagiku melihat tubuhnya." batin Mentari mencoba menyangkal debaran didadanya, yang dia tahu debaran semacam ini pernah dia rasakan pada seseorang dulu saat masih duduk dibangku SMP.
***
Tari sedang menyajikan makan malam dan setelah semua tersaji Mentari langsung memanggil Tian dikamarnya " Om makan malamnya sudah siap."
"Ya" ucap Tian dan tidak berselang lama Tian keluar kamar dengan kacamata yang bertengger dihidungnya.
lagi dan lagi, Mentari menatap Tian dengan tatapan memuja dan hal itu tentu dirasakan Tian, apalagi Mentar berkata "Om sumpah, kalau pakai kaca mata, ketampanan Om makin naik, sampai sempurna dimataku."
"Apa kau suka?" tanya Tian.
"Hais, om ini, bukankah sudah kukatakan jika ketampanan Om, naik kelevel sempurna dimataku, dan itu artinya aku suka, sangat suka." jawab Mentari sambil mengikuti Tian yang sudah berjalan didepannya menuju dapur.
Mentari dan Tian sudah duduk dikursi makan dan siap untuk memakan makan malam dan sungguh tanpa disangka dan di duga Mentari berkata " Om izinkan Tari memandang Om sekarang."
Uhuk uhuk uhuk Tian terbatuk karena tidak dia sangka Mentari akan berucap demikian.
"Ini Om" ucap Mentari menyodorkan air pada Tian, yang masih menepuk-nepuk dadanya.
"Jika tidak di Izinkan tak masalah." ucap Mentari yang berpikir jika Tian tidak mengijinkannya.
"Pandang saja sepuasnya!!! mumpung belum ada yang punya." ucap Tian bersikap santai padahal hatinya kini bersorak ria, berucap Yes yes yes beberapa kali karena merasa jika Mentari benar-benar sudah jatuh pada pesonanya.
"Kalau diabadikan boleh?".
"Boleh" dan secepat kilat Mentari mengambil ponselnya yang ada dikamar.
Saat mentari mengambil Foto sang Om, dia bertanya tanya kenapa penampilan Tian berubah jadi seperti ini, gaya rambut ala anak muda jaman sekarang, tidak seperti kemarin-kemarin gaya rambut seorang guru pada umumnya dan satu lagi dia sekarang berkaca mata, dalam rangka apa coba?
"Tunggu apa Om Tian sedang jatuh cinta?" benak Mentari menerka-nerka. "Ya benar dia pasti sedang jatuh cinta." dan karena tidak mau terus menerka-nerka, Mentari pun langsung bertanya saat itu juga.
"Om, apa Om sedang jatuh cinta?" Sungguh sangat serius Mentari saat bertanya.
"Hem, apa begitu terliha".
"Ya, sangat, apa lagi melihat gaya Om yang sekarang,"
"Ya begitulah" akui Tian.
"Beneran???? Apa aku mengenal orang yang Om suka?" Tanya Mentari dengan penuh semangat.
semangat Thor 💪
makasih 🙏😘
jadi cowok munafik banget, sudah jelas tau kalo mentari mencintai nya dan dia pun mencintai nya kenapa gak mutusin indah saja
Sabar terus mau selebar apa tubuhku ini kalau harus sabar terus hik hik hik/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
plissssssss./Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
ku mohon.....
Jadi plis kasih bintangnya dong biar penulis amatir ini semangat nulisnya /Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
satu lagi jang lupa tinggalkan jejak dengan cara vote, dan like. makasih dan sehat selalu.