"Ahhh, sakit sekali. Apa yang kau lakukan?”
“Maaf, aku tidak sengaja.”
“Aku tidak akan memaafkanmu, kecuali kamu bertanggungjawab atas apa yang terjadi padaku.”
“Ya. Kalau perlu Aku akan menikahimu!” Siapa yang akan menyangka perkataan tanpa pikir panjang itu, mendatangnya kepada masalah yang rumit dan mengubah hidupnya sangat jauh hingga tak ada jalan untuk kembali.
Kecelakaan hari itu, membawa mereka berdua pada ikatan paksa bernama pernikahan.
____
Pernikahan yang semula indah dan damai seolah pernikahan pada umumnya, hingga Ia lupa, bagaimana pun Ia adalah penyebab kehancuran suaminya. Ia layak untuk di benci.
Kau bersabar atas luka di sekujur tubuhmu
Aku bersabar atas sikapmu yang menyakitiku.
Jika kau tak pernah selembut itu mungkin perubahanmu tak begitu menyakitiku. Figuremu di hatiku seindah itu, sebelum sifatmu berubah membekukanku.
#Nikahpaksa
#Cintahadirkarnaterbiasa
Jangan lupa tinggalkan tanda di setiap partnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Light_Ryn23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Minggu Tanpa Jefri
Setelah beberapa hari mengamati Toko dan cara dagang suaminya, Fidzah mulai memberanikan diri untuk memberi saran, sebab keadaan tokonya masih jauh dari kata rapi. Ada beberapa barang yang susunannya masih ditumpuk dan letaknya berjauhan.
"Kak boleh lihat kertasku?" Fidzah menyerahkan selembar kertas coret-coret gambaran kasar peletakan barang yang dibuatnya.
"Bagus."Komentar Yamani singkat dan kembali meneruskan pekerjaannya.
Mulanya Yamani bersikeras dengan pendiriannya, yakin dengan pengelolaan tokonya yang sudah cukup baik dan Ia juga puas dengan keadaan tersebut. Penjualaannya juga tergolong stabil, Ia punya pelanggan tetap dan beberapa kerjasama dengan kontraktor sebagai penyedia barang untuk beberapa pembangunan besar.
Fidzah tak banyak bersuara lagi, mungkin sarannya tak cukup baik dan tak cukup layak untuk dipertimbangkan. Ia hanya ikut memperhatikan suaminya dengan duduk di sampingnya, sesekali melembar senyum pada para pembeli.
Sampai akhirnya salah satu kontraktor yang biasa datang untuk membayar tagihan melihat sketsa kasar Fidzah yang tergeletak di samping meja kasir. Beberapa kali terinjak oleh para pembeli, tentunya Fidzah kecewa. Ia mencoba tenang dan bersikap sebagai pendukung bagi suaminya, walau Ia tak mampu menjadi pendorong.
"Wah kenapa gak realisasikan gambaran ini Pak?" Kontraktor tersebut bernama Pak Iman, Beliau bertanya sambil mengamati kertas yang baru saja diambilnya karna tak sengaja diinjak.
"Engga, itu cuma gambaran istri Saya. Cari cari kesibukan aja dia kalau lagi bosan pak." Yamani yang sedang menghitung Uang itu mendongak dan menyahut asal, seolah istrinya hanyalah anak-anak yang tak mengerti apa-apa.
Di sampingnya Fidzah sempat tertegun mendapati perkataan suaminya. Memang seenggak berharga itu ya? Pikirnya. Kecewa pada dirinya yang sendiri yang lancang memberikan pendapat.
"Suka saya pak sama sketsanya, bagus rancangannya. Lulusan design atau biasa belajar bagian marketing Mba?"
"Mama saya agen catering Pak, Say-"
"Gak Pak, kerjaannya dia cuma mangku Kitab." Sela Yamani yang masih tak memperhatikan Istrinya. Kontraktor itu hanya mengangguk tapi masih ingin melanjutkan topik pembicaraannya tanpa sadar kedua suami istri itu sudah bergelut dengan pikiran masing-masing.
"Ada gambaran lebih bagusnya? Ini aja udah oke sih Pak menurut Saya. Soalnya barang ini, sama ini memang cocok untuk dijadikan bedampingan, walau pun agak teracak antara barang berat dan ringan. Tapi ini bisa meningkatkan penjualan, walau pun barang ini hanya sebatas dekorasi bangunan ya Pak tapi oke kalau di jadikan satu. Seperti wallpaper yang ada di ada di samping cat-cat. Nah kalau alat pencampur cat ini bagus di depan, dekat sama tatanan keramik. Semen ini di paling belakang juga gak papa sih, kan kalau ada keramik pasti orang tau kalau ada toko bangun yang pasti jual semen." Pak Iman berkeliling Toko sembari menunjuk beberapa barang, memberi arahan.
Yamani diam tak menanggapi, Ia hanya melirik istrinya di sampingnya yang seolah asik dengan dunianya. Membaca buku serial sejarah islam, salah satu Aulia Allah yang terkenal membuat orang-orang tertawa dengan tingkahnya, Abu Nawas. Fidzah seolah tak terganggu, walau didapatnya Ia mengusap mata sebab tertawa karna mendapati kisah lucu itu.
"Ouh Iyaa, daripada bosen gak ada kerjaan, bantu-bantu kami design interior aja Mba. Siapa tau penilaian Mba sangat membantu dalam memberi saran proyek baru kami Mba." Pak Iman akhirnya faham, bahwa si bos toko seolah menyembunyikan kemampuan terpendam sang istri.
"Gak Pak. Saya cuma tukang catering, itu saya buat bukan atas pengalaman dan pengetahuan dibidang interior semacamnya. Hanya feeling Saya sebagai orang yang suka menata makanan."
"Yaiyalah makanan sama bangunan beda." Yamani yang sedang memberi stempel toko pada nota kertas pelunasan berkata dengan tajam.
"Tapi Mbanya ada bakat loh dalam mengamati Pak. Setidaknya jangan biarkan kertas ini jadi milik oranglain Pak." Desis Pak Iman saat mendapati kesarkasan Yamani pada istrinya. Di depan oranglain saja seperti itu, bagaimana jika hanya berdua, sekejam apa mulutnya.
Cinta yang rela menunggu, tapi bukan sebagai kekasihmu 🤕
Ditunggu Partnya Satriaa ya Thor