NovelToon NovelToon
Di Balik Layar HP

Di Balik Layar HP

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Iqbal Maulana

Dimas Ardiansyah, seorang pria dari desa yang merantau ke Kota Malang untuk bekerja. Ia bekerja di sebuah perusahaan ternama di kota tersebut. Namun, ia harus menyadari bahwa bekerja di perusahaan ternama memiliki tekanan yang jauh berbeda.
Ketika ia merenungi semua masalah dan melampiaskannya ke hp hingga senja tiba. Dimas yang akhirnya pulang ke kos tak sengaja bertemu seorang gadis yang sangat menawan hingga beban pada pekerjaannya hilang sejenak setelah melihat gadis tersebut.
Apa yang akan dilakukan oleh Dimas setelah ia bertemu dengan gadis itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iqbal Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ending

Dimas duduk di samping tempat tidur Maya, di Rumah Sakit Sumber Waras, menggenggam tangan kekasihnya yang lemah. Mereka sudah menjalani hari-hari bersama selama dua bulan di sini, berjuang melewati masa-masa sulit. Maya terlihat semakin membaik dan semangatnya untuk pulih juga semakin besar. Mereka sering mengobrol tentang masa depan, impian, dan rencana pernikahan mereka. "Sayaaanngg, kamu tahu gak? Aku udah gak sabar buat keluar dari sini dan mulai hidup baru sama kamu," kata Maya dengan senyum lemah. "Aku juga ga sabar Sayang. Kita udah rencanain banyak hal. Aku yakin semua akan terwujud," jawab Dimas sambil mengelus rambut Maya.

Namun, suatu hari, kondisi Maya tiba-tiba memburuk, ia merasa sangat lemah. Dimas panik dan segera memanggil dokter. "Dokter, tolong! Maya tiba-tiba demam tinggi," teriak Dimas. Dokter segera memeriksa Maya dan memberikan penanganan terbaik. "Mas Dimas, kami akan lakukan yang terbaik. Mohon tenang dan tetap berdoa." Dimas merasa hancur. Ia tidak bisa menahan air matanya. Ia terus berdoa, berharap Maya akan segera pulih. "Maya, tolong bertahan. Aku butuh kamu," bisik Dimas di telinga Maya. Maya hanya bisa menggenggam tangan Dimas dengan lemah. "Sayang... Aku cinta kamu... Jangan sedih..."

Malam itu, kondisi Maya semakin kritis. Dokter dan perawat sibuk di sekelilingnya, berusaha menyelamatkan hidupnya. Dimas terus berada di samping Maya, menggenggam tangannya dengan erat. "Sayang, kamu harus kuat. Kita udah lewatin banyak hal bersama. Kamu gak boleh nyerah sekarang," ujar Dimas sambil menangis. Maya membuka matanya perlahan, menatap Dimas dengan mata yang penuh cinta. "Dimas, aku selalu cinta kamu. Tolong jaga diri kamu..." Dimas mengangguk sambil menangis. "Aku janji, Sayang. Aku janji..."

Maya tersenyum lemah dan menghembuskan napas terakhirnya, masih menggenggam tangan Dimas. Dunia Dimas terasa runtuh seketika. Ia tidak bisa menahan tangisnya, merasa seperti kehilangan seluruh hidupnya. "Maya... Jangan tinggalkan aku... Tolong... Jangan pergi..." tangis Dimas. Ibu Siti yang berada di luar kamar segera masuk dan memeluk Dimas erat. "Nak, ikhlaskan Maya. Dia sudah tidak merasa sakit lagi." Dimas hanya bisa menangis di pelukan ibunya. Ia merasa sangat hampa dan tak berdaya.

Keesokan harinya, jenazah Maya dibawa ke Semarang untuk dimakamkan. Keluarga dan sahabat-sahabatnya berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir. Dimas berjalan di belakang keranda, merasa seperti dalam mimpi buruk yang tak pernah berakhir. Setelah prosesi pemakaman selesai, Dimas tetap di makam Maya, tidak mau beranjak. Ia duduk di samping pusara, menatap nisan dengan nama Maya terukir di atasnya.

"Maya, aku gak percaya kamu udah gak ada. Kita masih punya banyak mimpi yang belum terwujud. Kamu ingat, kan, kita mau punya rumah kecil di pinggir kota, punya anak-anak yang lucu, dan hidup bahagia selamanya?" kata Dimas sambil menangis. Ia terus berbicara dengan nisan Maya, menceritakan semua impian dan kenangan indah mereka. "Aku selalu janji buat jadi suami yang baik buat kamu. Aku akan tetap ingat semua yang kita rencanain, dan aku akan hidup untuk kedua kita."

Ibu Siti dan keluarga Maya mencoba mengajak Dimas pulang, tapi Dimas bersikeras ingin tinggal lebih lama di makam Maya. "Dimas, kita harus pulang. Kamu butuh istirahat," kata Ibu Siti dengan lembut. "Bu, aku belum siap. Aku butuh waktu. Aku pengen di sini sama Maya," jawab Dimas dengan suara serak. Ibu Siti mengangguk dan membiarkan Dimas tinggal di makam Maya. Ia tahu, anaknya butuh waktu untuk menerima kenyataan pahit ini.

Hari-hari berlalu, dan Dimas tetap sering datang ke makam Maya. Ia membawa bunga, duduk di samping pusara, dan berbicara dengan Maya seolah-olah dia masih ada di sana. "Maya, hari ini aku dapat promosi di kantor. Tapi aku gak bisa senang tanpa kamu. Kamu yang selalu dukung aku selama ini," kata Dimas sambil meletakkan bunga di makam Maya. Ia merasa kehadiran Maya masih sangat kuat di dalam hatinya. Setiap kali ia merasa sedih atau butuh dukungan, ia selalu datang ke makam Maya, menceritakan semua yang terjadi dalam hidupnya.

Suatu hari, Ibu Siti dan Rina datang untuk menjenguk Dimas di makam Maya. Mereka khawatir melihat Dimas yang terus-menerus murung dan kehilangan semangat hidup. "Dimas, kamu gak bisa terus begini. Maya pasti gak mau lihat kamu sedih terus," kata Rina sambil memegang tangan Dimas. "Iya, Nak. Kamu harus coba bangkit lagi. Maya pasti ingin kamu bahagia," tambah Ibu Siti. Dimas hanya diam, menatap nisan Maya. "Aku tahu, Bu. Aku tahu, Rina. Tapi rasanya sangat sulit. Aku merasa kehilangan setengah dari diriku." Rina memeluk Dimas erat. "Kita semua sayang sama kamu, Dimas. Kita akan selalu ada buat kamu. Kamu gak sendiri."

Dimas merasa sedikit terhibur dengan kehadiran orang-orang yang peduli padanya. Ia tahu, ia harus mencoba bangkit dan melanjutkan hidup, meskipun tanpa Maya di sisinya.

Bulan demi bulan berlalu, dan Dimas perlahan mulai menerima kenyataan. Ia kembali bekerja, meskipun dengan hati yang masih terasa kosong. Setiap kali ia merasa sedih, ia selalu mengunjungi makam Maya, berbicara dan menceritakan segala sesuatu yang terjadi. "Maya, aku mulai terbiasa hidup tanpa kamu. Tapi aku selalu ingat semua kenangan kita. Kamu akan selalu ada di hatiku," bisik Dimas sambil menatap nisan Maya.

Pada akhirnya, Dimas menyadari bahwa cinta mereka tidak pernah benar-benar hilang. Maya selalu ada dalam setiap langkah hidupnya, memberikan kekuatan dan semangat untuk terus maju. Dimas berjanji pada dirinya sendiri untuk hidup dengan baik, seperti yang Maya inginkan. Ia tahu, Maya pasti bahagia melihatnya bangkit dan melanjutkan hidup, meskipun tanpa dirinya di sisinya.

Sepi Dalam Kenangan

Dalam remang senja yang memudar,

Ku tatap langit yang berbisik pelan,

Kenangan kita terurai di angkasa,

Seperti bintang yang perlahan padam.

Engkau yang pernah menjadi pelita,

Dalam gelap, engkaulah cahayaku,

Kini hilang, tak terjangkau lagi,

Meninggalkan sepi yang menggantung pilu.

Aku masih ingat senyum manismu,

Yang mampu menyejukkan hati yang gundah,

Namun kini hanya bayangmu,

Menghiasi relung hati yang patah.

Langkahku terasa berat tanpa hadirmu,

Kata-kata terjebak dalam bisu,

Hanya gema rindu yang terus memanggil,

Menggetarkan jiwa dalam rindu yang tak terpenuhi.

Setiap sudut kota mengingatkanku,

Pada tawa dan cerita kita yang dulu,

Sekarang hanya sepi yang menemani,

Dalam kesendirian yang tiada akhir.

Aku mencari dalam angin yang berhembus,

Menelusuri jejak yang kau tinggalkan,

Namun semua hanya bayang semu,

Engkau telah pergi, takkan kembali.

Kini aku berdiri di atas makammu,

Menceritakan impian yang kita rajut,

Dengan air mata dan doa yang tulus,

Semoga kau tenang di alam sana.

Selamanya kau akan tetap di sini,

Dalam hati yang takkan pernah lupa,

Meski ragamu telah tiada,

Cintamu abadi dalam kenangan kita.

Dalam sepi ini, aku belajar,

Bahwa cinta tak pernah benar-benar pergi,

Engkau hadir dalam setiap hembusan napas,

Sebagai bintang yang menuntun di malam kelam.

1
jeju94
hai thor aku udah mampir nih semangat ya buat karya selanjutnya
Iqbal Maulana: oke makasi masih proses yg hembusan angin
total 1 replies
Durahman Kedu
sudah selesai apa masih terus nih.. ceritanya bagus...
Iqbal Maulana: sudah bikin karya kedua judulnya "Hembusan Angin" dengan cover cewek yg diselimuti dedaunan /Grin/
Durahman Kedu: oke.. bikin lagi gan... sukses selalu pokoknya
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!