NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:47.9k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Mata Hamdan mengitari sekitar lalu Hamdan meraih sapu lidi.

"Agh Abi sakit! Kenapa! Sakit! Ah! Ampun! Abi!Jangan! Agg!"

Dipukuli Anna dengan sapu lidi, yang biasa untuk membersihkan tikar. Dipukuli punggung itu di dalam tenda hingga terdengar suara tersedu-sedu disertai jeritan diantara suara pecutan. Ditarik cadar dengan kasar, rasanya dia ingin membunuh putrinya.

"Darimana kamu dapatkan ini? Tidak cukup kamu membuat malu dengan batalnya pernikahanmu, ha! Tidak cukup dengan apa yang calonmu lakukan pada keluarga kita, ha! Kini kamu makin membuat Abi tak punya muka? Abi diolok-olok gara-gara ini jadi salah apa Abi sama kamu, Anna Arista, jawab! Kamu sengaja bikin Abi marah!"

"Abi berhenti!" Sarah yang baru datang langsung memeluk suaminya.

Hamdan ngos-ngosan karena marah dan kecapekan memukuli Anna yang sudah merintih dengan keras.

"Istighfar Abi, istighfar! Tega sekali Abi? Dia putri kita, darah dagingmu yang kehadirannya ditunggu-tunggu sampai 10 tahun! Pukul saja Umi jangan Anna! Abi pernah janji untuk tidak pernah menyakiti Anna saat dia lahir ke dunia, ini yang dinamakan menjaga dengan baik? Abi sekarang saja tak pernah sholat! Bagaimana mau jadi kepala keluarga yang baik!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Seperti apa laki-laki orang yang melamarku, Abi? Apa dia jamaah di masjid Al A'la?" Tanya Ana membuyarkan lamunan panjang Hamdan.

"Kamu belum tidur?" suara Hamdan serak, mengelap pipinya yang basah. Dia bersyukur tempat ini gelap hingga istrinya tak melihat kerapuhan hatinya. Dia tak mau membuat istri yang dicintainya khawatir.

Sarah memiringkan badannya ke kiri, tangannya melewati tumpukan baju , menelusup ke balik tabir dan menyentuh kepala putrinya yang telah melepas hijab. Dielus rambut pendek itu. "Kamu sudah sangat penasaran banget, ya Nak?"

"Umi, kalau dia tidak sholat jamaah di masjid, Ana tidak mau menerimanya. Anna mencari pasangan yang mengutamakan Allah, karena dengan begitu aku tahu dia memiliki rasa takut kepada Allah. Kalau dia takut kepada Allah, tidak mungkin kan tega dia menyakitiku."

...****************...

Suara Adzan subuh yang terdengar merdu sampai menyentuh qolbu, banyak membangunkan jamaah yang kebanyakan tinggal di sekitar masjid Al A'la. Mereka langsung terduduk dengan hati sakit atas kerinduan pada suara merdu itu.

Tak terkecuali Damar yang langsung tersenyum bisa mendengar Adzan subuh dari Pak Hamdan. Selama di Kairo, inilah suara yang dirindukannya. Dia merindukan kebersamaan ngaji dengan Pak Hamdan.

Damar menuju kamar mandi dan bertabrakan dengan ayah yang keluar buru-buru.

"Apa itu suara Pak Hamdan?" Tanya Malik dengan serius pada putranya.

"Ya beliau yang punya suara merdu seperti itu, memang ada lagi? Lagian sejak Damar kecil, cuma Pak Hamdan yang adzan!"

"Tiga bulan ini beliau tak pernah ke mesjid," ucap Malik, tatapannya sendu.

"Kenapa? Pak Hamdan sakit? Kemarin sehat-sehat tuh!"

"Sudah ambil wudhu dan bangunkan Nak Azzaam."

"Saya sudah bangun, Tadz." Azzam muncul dari balik pintu menyusul Damar, sampai dia mendengar percakapan barusan.

Mereka berwudhu gantian dan pergi ke masjid.

"Ayah bilang kalau Pak Hamdan tak pergi ke masjid selama tiga bulan? Lalu yang adzan siapa dong!"

"Ada itu Ilham, anaknya Pak RT."

"Memang kenapa Pak Hamdan nggak ke mesjid?"

"Tanyakan saja langsung sambil silaturahim. "

Damar mengangguk-angguk. "Aku juga sudah tidak sabar ke rumahnya dan bertemu Rista!"

Azam mengerutkan alis, karena nada Damar barusan yang terdengar ada tekanan, seolah kalimat itu ditujukan padanya.

"Pak Hamdan tidak memiliki rumah lagi, Nak," ucap Malik pelan.

"Pindah rumah maksud Ayah, ya! Pindah ke mana?"

Deg. Malik menoleh ke belakang sampai bertemu manik hitam jelaga Azzam.

"Ayah?" Damar berhenti saat di depan masjid karena ayahnya kemudian melihat ke sudut kiri depan mesjid. Di sana gelap sampai muncul gerakan yang semakin jelas.

Seseorang yang memakai burkha tampak berjalan pelan dan langsung tertunduk setelah sempat melihat ke arah sini.

"Kenapa Ayah lihatin orang itu?" Tanya Damar deg-degan entah kenapa, aneh ... Itu orang datang dari arah sungai. Dia mengikuti ayahnya yang berjalan kembali tetapi kemudian Damar berhenti dan menoleh ke belakang.

Damar diam menunggu Azzam yang menatap perempuan itu. Anehnya, wanita bercadar itu bukan lurus ke pintu masjid, sedikit menjauh, seperti menghindari Azzam.

Mata perempuan dengan niqab itu sempat menatapnya selama empat detik kearahnya dan Damar jadi kebingungan. Warga baru?

Damar bahkan mengikuti arah pandangan Azzam ke perempuan berpakaian serba hitam yang baru melepaskan sandal jepit merah muda. Wanita itu tak terlihat lagi tetapi Azzam justru melihat ke sandal jepit. Apa di negaranya tidak ada sandal jepit!

"Zam, apa yang kamu lihat? Ayo, masuk!"

Azzam mengangguk. Apa Pak Hamdan sudah menyampaikan niatanku? Apa Anna menolak jadi menghindariku ?

Begitu masuk ke dalam, Azzam yang posturnya tinggi langsung matanya terpanah ke dekat mimbar. Ada Pak Hamdan dikelilingi orang-orang, dengan kebahagiaan terpancar dari mata mereka.

Pak Hamdan banyak disukai orang-orang. Suara adzanya indah dan menyentuh hati, sama merdunya seperti suara Ana. Batin Azzam.

Damar mengerutkan kening pada orang-orang yang mengerumuni sesuatu. Dia ikut mendekat. Mereka menyalami Pak Hamdan dengan pancaran kebahagiaan di wajah para jamaah.

Apa si yang tidak aku ketahui saat di Kairo? Kenapa orang-orang bersikap seperti itu pada Pak Hamdan? Batin Damar.

Ustad Malik selesai sholat sunah fajar lantas memanggil putranya dengan tangannya dan menunjuk jam.

Seakan sadar, Damar langsung melaksanakan sholat sunah fajar. Sementara Azzam selesai lebih dulu.

"Rumahnya bukan daerah sini ya Bang? Saya nggak pernah lihat Abang," ucap seorang ikhwan ke Damar yang baru selesai sholat sunah.

"Saya di rumah Ustad Malik."

"Oh, kamu barengan pengusaha muda yang bagi-bagi sembako itu?"

"Bukan, saya anaknya Ustad Malik."

"Anak nomer berapa, astagfirullah hal adzim !anak Ustadz Malik kam cuma satu! Kamu Jangan-jangan Bang Damar yang di Kairo?"

"Yah." Damar menganggukkan kepala dengan ekspresi datar.

"Udah besar aja Bang! Gue sarip, yang minjemin sepede ke elu Bang! Tapi elu tabrakin sepedanya ke rumah Pak Hamdan, kualat lu kan Bang pinjamnya maksa sih!"

"Hahaha." Damar tertawa. Dia menatap pemuda yang dulu hitam kini jadi putih. "Sarip, kamu betah di Jakarta ya."

"Eyalah! Gue kan asli Betawi akan selalu mencintai Jakarta." Sarip langsung menoleh ke kanan. "Mas! Dimas, lihat siapa yang kembali dari Kairo? Damar nih! Yang ngutilin kaos kaki sebelah punya elo waktu kemah pramuka, ingat nggak!"

*

Anna terusik oleh bisik-bisik dan tawa para Ikhwan di balik sekat, dia ingin pindah tetapi ini tempat kesukaannya sejak kecil, di shaf paling kiri.

Dulu, sekat pemisah jamaah laki-laki dan perempuan masih rendah, bercelah setiap tiga meter dan ada celah di bagian bawah sehingga dia dan teman-teman masa kecilnya suka mencari perhatian ke anak laki-laki seusianya, nyatanya sampai sekarang dia tak bisa move on dari titik ini.

"Ana!" bisik Winda yang baru datang sambil menata sajadahnya. Dia memakai rok mukena dalam posisi duduk. "Di sebelah rame-rame."

"Ada apa memang, Wind?"

"Anak Ustad Malik itu lho Damar, dia sudah pulang. Nah! ibu-ibu ikut penasaran, ngumpul di depan pintu buat lihatin dari luar. Aku mau ikut liat aja sampai ga bisa. Tahu kan keponya mak-mak sini sama anak lulusan Kairo itu?"

Ana menghentikan gerakan jari pada butiran tasbih, dia mau berbicara tetapi lalu terdengar suara iqomah.

1
Naila Sakielaputri
ga paham
Asiani Yani
/Heart//Heart//Heart/
Yenni Ajah Lah
Lumayan
Ai Maswah
Luar biasa
aca
pergi aja deh an keluarga Azzam toxic
Veronica Tri Widadi
lanjut thor
aca
lanjut donk
aca
hiv berarti Rustam gonta ganti pasangan
aca
Rustam sakit apa
aca
azam. mana saat di butuhin minggat
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!