Racun Kesesatan

Setelah urusan bisnisnya selesai di sepakati, dia kembali pulang ke rumahnya karena sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Genya.

Sesampainya di rumah, Genya menyambut kedatangan nya dengan berpura-pura tidak pernah melakukan apapun tadi. Raphael juga tidak membicarakan hal itu, dia berpura-pura tidak mengetahuinya.

Saat duduk-duduk di sofa, Genya memberanikan dirinya untuk meminta ijin keluar sebentar dari rumah itu dengan alasan ingin membeli sesuatu di supermarket.

"Kau mau keluar?" Tanya Raphael sambil menghisap rokok nya.

"Iya Tuan, ada yang ingin aku beli. Itu sangat penting!" Sahut Genya berupaya agar Raphael mempercayainya.

"Baiklah, kau boleh pergi saat aku pergi nanti sore. Pastikan kau pulang sebelum aku pulang ke rumah, jika kau terlambat maka kau harus siap dengan hukumannya." Kata Raphael yang kemudian melempar Genya dengan segepok uang merah-merah.

Genya terkejut saat Raphael yang tidak memarahi nya, dia malah memberikan Genya uang yang sangat banyak. Raphael pergi meninggalkan Genya tanpa menyuruh nya melakukan apapun.

......................

Singkat waktu, seperti yang dikatakan oleh Raphael tadi, di sore harinya Raphael pergi lagi. Dia mengijinkan Genya untuk keluar, tapi harus bersama Dante.

Raphael juga menyuruh Genya untuk menggunakan uang yang tadi ia berikan kepada gadis itu.

"Pakailah uang yang tadi ku berikan padamu, kau boleh menghabiskan nya karena nanti akan ku berikan lagi kepadamu." Kata Raphael yang membuat Genya terkejut.

Raphael benar-benar pergi, tanpa menyuruh Genya melakukan apapun seharian, bahkan Raphael tidak menyentuh Genya sedikitpun di hari itu.

Genya yang terbiasa dengan sikap kasarnya Raphael merasa aneh jika Raphael tiba-tiba baik seperti itu. Tapi gadis itu tidak mau ambil pusing, yang penting dia sudah mendapatkan ijin untuk keluar malam itu.

Para pembantu pun berbisik-bisik membicarakan Genya. Mungkin kejadian beberapa tahun lalu akan kembali terulang, Raphael luluh dengan seseorang hingga menghamburkan seluruh uangnya untuk si orang tercinta.

Genya bersiap dengan memakai pakaian yang di belikan oleh Raphael sejak Genya resmi menjadi miliknya Raphael sebagai budaknya.

Semua pakaian itu adalah pakaian mahal yang sangat mahal, tapi Genya tidak mengetahui apapun tentang harga baju yang sedang dia pakai sekarang.

Dia keluar diantarkan oleh Dante, Genya terlihat seperti seorang Nona keluarga konglomerat.

Saat di supermarket, banyak mata memandanginya. Apalagi dengan penampilan mencoloknya bersama seorang pengawal yang selalu berada di samping nya.

Dante merasa keheranan karena Genya dari tadi hanya berjalan-jalan mengelilingi lorong-lorong makanan disana, tanpa membelinya sama sekali.

"Genya, kau-"

"Kage!!" Teriak seorang anak kecil yang sangat nyaring.

Dante yang awalnya ingin berbicara dengan Genya di sela oleh teriakan anak kecil yang sepertinya memanggil Genya.

Genya yang mendengar nama panggilan itu pun tersentak, dia menoleh ke sumber suara. Anak kecil yang dilihatnya itu ternyata adalah Tata, yaitu putri bungsu paman Yudi dan bibi Sherly yang mengusirnya di bab awal cerita.

"Kenapa kamu ada disini? Apa kamu sendirian?" Tanya Genya mendekati Tata yang berjalan sendirian di lorong supermarket.

Genya memeluk Tata dengan sangat erat, dia begitu merindukan sepupu kecilnya yang sudah lama dia tinggalkan. Dia masih mengingat janjinya untuk mengajak Tata bermain bersama.

Namun, mengingat keadaannya sekarang Genya tidak bisa mengatakannya kepada Tata.

"Apa kau mengenal anak kecil ini, Genya?" Tanya Dante yang terlihat mencurigai si Tata kecil dan mewaspadainya.

"Dia sepupuku, namanya Tata. Tata perkenalkan paman ini namanya Dante." Kata Genya memperkenalkan keduanya.

Dante terkejut saat di perkenalkan sebagai seorang paman. Padahal umurnya masih 25 tahun. Tapi mau tidak mau dia menerimanya, dia berkenalan dengan Tata kecil.

"Paman, apa paman pacarnya Kage? Paman terlihat tampan!" Kata Tata yang membuat Genya dan Dante merasa malu. Apalagi Dante baru saja di puji oleh si kecil Tata.

"B-bukan! Kami tidak memiliki hubungan yang seperti itu!" Genya menyangkalnya. Dante juga mengangguk membenarkan apa yang Genya katakan.

Tak lama kemudian, si Bibi Sherly datang dengan wajah panik dia mencari-cari anaknya yang hilang dari pandangan nya.

Begitu melihat anaknya berbincang-bincang dengan dua orang yang tidak ia kenal dari belakang, Bibi Sherly mengira Genya dan Dante adalah seorang penculik.

"Hei!" Bibi Sherly memegang pundak Dante yang secara cepat di pelintir oleh Dante kebelakang.

Bibi Sherly kesakitan, Genya terkejut dengan Dante yang tiba-tiba.

"Dante, lepaskan! Dia bibiku!" Suruh Genya yang langsung dituruti oleh Dante.

Bibi Sherly memijat-mijat tangannya yang baru saja di balikkan oleh Dante secara paksa. Genya mendekati bibinya itu,

"Bibi, kau baik-baik saja?" Tanya Genya yang ingin menyentuh tangan Bibi Sherly yang terlihat memerah.

PLAKK!!

Tamparan renyah itu melayang di pipinya Genya, Dante terkejut, dia ingin membalas bibi Sherly dengan pukulan karena telah menyakiti Genya.

Genya menghentikan Dante agar tidak membuat keributan disana, dia memegangi pipinya.

"Ibu??" Tata terkejut melihat sikap ibunya yang seperti itu kepada sepupunya.

Bibi Sherly menatap Genya dengan lekat, dia memandangi tubuhnya Genya dari atas sampai bawah. Dia tidak percaya Genya memakai pakaian yang sangat bagus dan mahal.

Dia juga memandangi Dante dengan seksama, Dante sudah tidak bisa menahan emosinya lebih lama lagi. Tapi tangannya di genggam erat oleh Genya.

"Apakah kalian adalah pasangan suami istri?" Tanya bibi Sherly mengejutkan keduanya.

"Tidak, saya adalah pengawalnya Nona." Jawab Dante yang balik membuat bibi Sherly terkejut.

"Genya, setelah kau keluar dari rumah saat itu, ternyata kau mendapatkan nasib yang baik ya? Melihat penampilan mu... Apakah kau menikah dengan orang kaya sekarang?" Tanya bibi Sherly.

"Tidak bibi." Sahut Genya.

Dante yang dari tadi sudah tidak tahan, kini mengeluarkan kata-kata kasarnya kepada Bibinya Genya itu.

"Dasar tua! Berani-beraninya kau menyebut-!"

"Hentikan Dante!" Teriak Genya yang membuat Dante lagi-lagi berhenti padahal dia tidak ingin berhenti.

Andai saja Raphael tidak menyuruh nya untuk mengikuti apapun perintahnya Genya, mungkin saat itu bibi Sherly sudah di rujak oleh Dante di tempat itu.

"Apa-apaan pengawal mu ini?! Aku ini bibi majikanmu tau! Pecat saja dia! Anak kasar seperti nya tidak cocok berada di posisi ini!" Kata Bibi Sherly yang membuat Dante semakin membara.

Genya yang tidak ingin masalah menjadi lebih besar, segera membawa Dante pergi dari tempat itu, apalagi mereka berdua sudah cukup lama berada di luar.

"Eh tunggu!" Bibi Sherly menghentikan mereka. Genya berhenti dan kemudian menoleh.

"Apa kau akan pergi begitu saja? Setidaknya bayar kan lah tagihan belanjaan bibi sekarang. Bukankah kau menikah dengan orang kaya?" Kata Bibi Sherly yang sangat menjengkelkan.

Agar masalah kembali membesar, Genya bersedia untuk membahayakan tagihan belanjaan bibinya yang sangat banyak itu. Saat di kasir, Genya mengeluarkan uang yang diberikan Raphael kepadanya.

Matanya si bibi Sherly terbelalak begitu melihat segepok uang di tangannya Genya. Dia menyesal telah memperlakukan keponakannya itu dengan buruk.

Dia melihat peluang yang sangat besar ada pada diri Genya yang sekarang. Setelah itu bibi Sherly berperilaku baik dan bicaranya juga halus saat mengetahui Genya sekarang benar-benar memiliki banyak uang.