Saffana gadis 23 tahun yang sering di gunjing, di hina, di pojokkan, di anggap wanita tidak benar oleh tantenya sendiri bernama Rachel yang memiliki putra bernama Aksa yang taat agama dan sering di bandingkan dengan Saffana.
Malam di hari proses lamaran Aksa putra pertama Rachel dengan wanita pilihan Rachel. Saffana sakit hati dengan perkataan Rachel yang juga mengutuk dirinya dengan kata-kata pedas yang membuat kesabaran Saffana habis. Gadis itu nekat bertindak gegabah dengan menjebak Aksa. Agar-agar orang-orang memberikan makian dan hinaan seperti apa yang dirasakannya yang sering dilontarkan oleh mulut ibu Aksa kepadanya.
Saffana dan Aksa ditemukan di dalam kamar berduaan dengan hasil jebakan Saffana. Yang membuat orang-orang schok. Mungkin apa yang diinginkan Saffana terbalas dengan sakit hati dari Rachel.
Tetapi Saffana berpikir semuanya akan selesai saat itu juga. Ternyata tidak Saffana justru terjebak dalam pernikahan akibat jebakan yang di lakukannya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Canggung
Saffana dan Aksa yang sudah berada di dalam kamar Saffana. Jika sudah berada di dalam kamar pasangan itu akan kembali sama-sama canggung. Apalagi ini hal baru bagi Aksa masuk ke dalam kamar Saffana.
Kamar Saffana tidak kalah luas sama dengan kamar miliknya. Hanya saja kamar Saffana terlalu dominan dengan warna pink. Namanya juga wanita, belum lagi ada beberapa foto artis K-Pop yang menempel di dinding kamarnya.
Kepala Aksa berkeliling melihat isi kamar tersebut. Terdapat tempat tidur king size dengan seprai berwarna pink, lemari pink dan meja rias yang penuh dengan alat make up dan juga peralatan wanita pada umumnya.
Di dalam kamar itu terdapat meja belajar yang lengkap dengan rak buku. Namun tidak terdapat sofa seperti berada di kamar itu. Jadi kamar Saffana emang lebih terlihat seperti kamar gadis pada wanita seperti biasa.
"Hmmmm, aku akan mengosongkan 1 lemari untuk mu!" ucap Saffana gugup yang langsung berjalan menuju lemari dengan cepat.
Saffana memang melakukan pekerjaan yang ada saja agar tidak menciptakan rasa kecanggungan di dalam kamar itu.
Saffana membuka lemari dari pintu satu ke pintu yang lain dan ternyata lemari itu penuh dan tidak tahu mau dibagi kemana pakaiannya.
"Bagaimana ini?" batin Saffana bingung.
"Jika tidak ada maka tidak apa-apa!" sahut Aksa Yang sepertinya tahu jika Saffana mengalami kesulitan.
"Pasti ada. Tapi butuh waktu lama untuk merapikan sebentar. Karena ini sangat banyak. Kalau kamu mau istirahat ya sudah tidak apa-apa kamu istirahat terlebih dahulu," ucap Saffana.
"Aku ingin bicara dengan ayah sebentar," ucap Aksa.
"Oh begitu!" sahut Saffana.
"Aku keluar sebentar!" sahut Aksa. Saffana menganggukkan kepala.
Akhirnya Aksa juga pergi.
"Huhhhhh kenapa perasaanku yang menjadi tidak tenang seperti ini. Ini sangat aneh!" batin Saffana yang memegang dada sejak tadi berdebar.
Mungkin situasi yang dia hadapi sekarang benar-benar membuat dia kebingungan.
***********
Setelah mengobrol dengan David, Aksa kembali ke dalam kamar. Kamar Saffana terlihat kosong. Namun terdengar suara air di kamar mandi yang mungkin Saffana sedang beraktivitas dia kamar mandi.
Aksa melihat ke arah jendela dan yang gorden jendela itu tertiup angin yang sangat kencang membuat Aksa menutup jendela kamar itu. Setelah menutup jendela kamar Aksa tiba-tiba melihat ke arah nakas terpajang tempat foto-foto yang terpajang rapi.
Namun salah satu foto yang menjadi fokus dari Aksa. Yaitu foto 2 anak kecil di dalam bingkai kecil. dalam satu bingkai itu terdapat tiga foto yang menempel yaitu dua foto anak kecil.
Aksa yang tertarik untuk melihat foto itu yang menghampiri bingkai tersebut dengan mengambil bingkai tersebut.
"Saffana kamu di tengah sayang! Aliyah kamu di samping kakak kamu," ucap Rachel yang mengarahkan saat mengambil foto anak-anak kecil yang menggemaskan itu.
"Oke kalian tersenyum dan lihat Mama!"
Aksa terbayang pada saat kecil dan mengingat foto itu.
"Lalu di mana Aliyah?" tanya Aksa heran
Seingatnya saat itu memang mereka berfoto bertiga dan ternyata diantara tiga foto yang menempel itu satupun tidak ada foto adiknya dan hanya dia dan Saffana.
Ceklek.
Pintu kamar mandi terbuka, keluarlah Saffana dari dalam kamar mandi. Mata Saffana langsung terbuka lebar yang melihat Aksa sudah memegang bingkai itu yang membuat Saffana langsung berlari dengan kencang.
"Ini bunda yang menaruh di sini!" ucap Saffana yang langsung mengambil bingkai tersebut dan menyembunyikan di belakangnya.
Aksa sampai terkejut dengan tindakan Saffana yang membuat Aksa terus melihat Saffana dengan tatapan curiga.
"Astaga seharusnya aku punya pikiran untuk menyimpan terlebih dahulu tadi. Aisss dia melihat foto ini" batin Saffana yang seolah malu di depan Aksa seperti ada sesuatu yang ketahuan membuat dia panik.
"Hmmm, a-- aku tidak merobek foto Aliyah kok, memang mendapatkan foto ini dalam keadaan seperti ini dan aku tidak tahu apa-apa," ucap Saffana dengan cepat yang padahal Aksa tidak mengatakan apa-apa.
"Aisss Saffana kenapa kamu malah bicara, dia bahkan tidak bertanya," batin Saffana keceplosan dengan memejamkan mata yang semakin malu.
Aksa tersenyum tipis yang membuat Saffana bertambah malu.
"Aku akan menyimpannya jika ini membuatmu tidak nyaman," lanjut Saffana yang berlalu dari hadapan Aksa. Namun Aksa menahan Saffana yang membuat Saffana bingung.
"Letakkan lah pada tempatnya. Bukankah Bunda akan sangat marah, jika melihat foto itu tidak ada di tempat semula," ucap Aksa dengan lembut. Aksa mengambil foto tersebut dari belakang Saffana dan Aksa kembali meletakkan foto itu pada tempat semula.
"Iya kamu benar bunda pasti akan marah," sahut Saffana yang mencoba untuk tenang.
"Hmmm, ya sudah jika mau ke kamar mandi maka ke kamar mandilah aku sudah selesai," ucap Saffana.
"Oke!" sahut Aksa singkat yang pergi begitu saja. Saat Aksa berjalan kekamar mandi Aksa tersenyum.
"Aku tidak mengatakan apapun sejak tadi, tetapi dia yang berbicara, sangat terampil dan saking terampilnya harus merobek Aliyah. Jika Aliyah melihat apa dia tidak akan marah," batin Aksa dengan tersenyum geleng-geleng.
Aksa juga mempunyai foto itu di album masa kecil yang dia miliki. Aksa juga membawa saat melanjutkan pendidikan di Maroko. Jadi Aksa jelas sangat ingat dan sangat tahu foto itu seperti apa. Ada sang adik yang dulu memang selalu bermain bersama mereka dan ternyata Saffana mengeluarkan ide kreatif untuk menggunting salah satu orang pada foto tersebut dan supaya hanya dia dan Aksa yang ada di foto itu.
Tidak tahu apa maksud Saffana. Aksa seharusnya tadi mencecar Saffana dengan beribu pertanyaan. Tetapi Aksa sudah terlanjur kasihan dengan wajah Saffana yang panik dan sampai memerah. Jadi Aksa yang sebenarnya mengerti, pura-pura tidak tahu saja dan menahan senyum di hati. Aksa jadi merasa spesial jika hanya foto mereka berdua yang terpanjang dan foto sang adik terpaksa di crop.
"Hhhhhhhh!" Saffana mengenal nafas panjang.
"Aku yakin dia pasti tidak mengingat apa-apa tentang foto itu. Itu juga sudah lama sekali dan pasti kak Aksa tidak akan berpikir apa-apa. Lagi pula jika Aksa mengingat foto itu dia pasti juga mengingat janji itu dan dia malah lupa," batin Saffana dengan wajah sedih.
**********
Saffana yang tertidur di atas ranjang dengan berbaring miring ke arah jendela kamar. Ternyata meski di kamar Saffana dan maupun kamar Aksa, mereka berdua tetap tidak satu ranjang. Walau sudah sempat berciuman, ternyata tidak ada pembicaraan ke arah sana yang membuat hubungan mereka harmonis.
Tetap Saffana yang berada di atas ranjang dan Aksa duduk di sofa singel yang hanya untuk satu orang di dekat jendela yang di sampingnya ada meja. Sofa itu tidak bisa untuk berbaring dan hanya bisa untuk menyandarkan kepala saja.
Aksa yang sejak tadi membaca buku, tiba-tiba melihat ke arah Saffana yang tertidur dengan lelap. Wajah Saffana tampak teduh sangat berbeda jika dia bangun wajah itu akan berubah menjadi ketus dan sangat cerewet yang kerjanya marah-marah, keras kepala dan tidak mau mengalah.
"Aku tidak tahu apa yang membuat mama harus membenci mu Saffana!" batin Aksa.
Flashback
"Aksa kamu harus ingat jika nanti di Maroko kamu tidak boleh melupakan Saffana, kamu pulang harus melamar Saffana!" tegas Rachel.
"Mah Aksa masih 12 tahun dan sekarang sudah di suruh untuk memikirkan wanita. Mama tidak masuk akal," ucap Aksa.
"Kamu harus mengingat hal itu tidak boleh memiliki hubungan apa-apa selama di Maroko dengan wanita manapun karena ingat kamu punya Saffana di sini dan Saffana juga punya kamu!" tegas Rachel dengan penuh penekanan pada setiap kata yang di ucapkannya pada sang putra.
"Iya mah!" sahut Aksa dengan mengayun suaranya.
Flashback of
Bersambung
jika suatu saat tau kebenarannya
Kasian banget Safana,hamil muda tapi tidak dapat perhatian dari Aksa
Gak usah lama2 kalau marahan
Jujur saja pada Saffana bagaimana kondisi kesuburanmu
Kehamilan Safana adalah sebuah keajaiban dan berkah dari Tuhan,jangan kau sia siakan
Mau AQ getok aja kepala Aksa, otaknya kayaknya kebalik ada di kaki
wkwkwk 😁😁
makasih kak udah update 👍👍❤️❤️
Dan Saffana hamil🤗
Arif menjawab "Ya ma"(Dalam hati Arif berkata,akan AQ tikung Saffana,biar dia jadi mantumu )
Jangan punya pikiran jadi pebinor ya Arif,cari aja yg lain😁😁
masih banyak yg antri jadi bini kamu🤭🤭
oh.....saling percaya ya,biar langgeng
ini ujian RT kalian 👍👍
Biar adem ayem , langgeng sampai kakek nenek
Kena semprot kan..sama mama Rachel wkwk
Gak usah kamu masukan hati,tuh udah mulai rukun sama mertua 👍👍
Tambah romantis nih sama Aksa
kapan nih MPnya🤭🤭
wkwkwk 🤭🤭
Aliyah ada aja yg ditanya😜😜
Tetap semangat berkarya kak 💪💪👍👍