NovelToon NovelToon
Rahim Sewaan

Rahim Sewaan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:4.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Nana Hutabarat

Raina harus rela menyewakan rahimnya demi membiayai pengobatan putranya yang menderita gagal ginjal pada seorang konglomerat bernama Adry dan istrinya Nita.
Selidik punya selidik ternyata pria itu adalah ayah dari anaknya. Leon akhirnya diperebutkan oleh Adry dan Raina hingga akhirnya Raina mengalah untuk memberikannya seorang bayi lagi asal Leon tidak diambil Adry.
Menukar seorang anak, demi kehidupan satu anaknya yang lain. Akankah seorang ibu tega melakukannya?

Area dewasa...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Hutabarat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anak Gelap

Belaian tangan itu membuat Raina terbuai. Dia masuk ke dalam pelukan pria yang tidak kenal atau temui sebelumnya. Rasanya hangat dan menenangkan hatinya.

Bau parfum yang dia gunakan terasa menenangkan hingga dia masuk dalam kegiatan panas yang mereka lakukan tidak berpikir bagaimana nasibnya ke depan karena suatu rasa menuntutnya untuk kegiatan gila ini. Rasa ini mendorongnya untuk melakukan hal jauh. Pikirannya menolak tetapi tubuhnya sangat menginginkannya.

Wanita itu sempat menyentuh tatto bergambar bulu yang memanjang dari bawah ketiak hingga bagian perut kanannya. Sangat unik menurutnya.

Raina menatap manik mata Jamrud pria itu sebelum penyatuan itu membuat dia meringis karena sakit.

"Sial! Ternyata kau masih gadis," umpat pria itu kesal. Dia lalu diri dan membuat karet pengaman. Dia tidak ingin menyiakan kesempatan yang tidak pernah dia dapatkan selama ini.

"Jika kau merasakan nyeri kau boleh memegang erat lenganku," ucap pria itu sambil menatap mata wanita itu. Suasana kamar itu temaram sehingga pria itu tidak bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas di tambah minuman alkohol yang telah dia konsumsi membuat pikirannya tidak fokus. Namun dia bisa melihat tanda hitam di punggung wanita itu walau sekilas.

***

Sepuluh tahun kemudian.

"Sudah kukatakan jika anak itu hanya buat sial untukmu saja!" ucap Ina, kakak dari Raina.

"Kakak, sudah cukup! Kau tidak perlu mengatakan hal itu lagi!" seru Raina tidak terima. "Kalau tidak mau menolong tinggal katakan saja tidak perlu menghina anakku!"

Tangis Raina mulai terdengar.

"Kenapa kau tidak mau mendengar kenyataan ini! Dia datang ke dunia ini dan membuat masa depanmu hancur. Kau harus berhenti kuliah selama setahun karena hamil dan melahirkan anak ini. Tetangga dan saudara menghujat kita karena kau punya anak tanpa suami. Ayah sakit-sakitan dan akhirnya meninggal karena menahan perasaannya. Ibu akhirnya berjuang membesarkan anakmu agar kau bisa meneruskan pendidikan mu dan pergi bekerja. Ketika kau baru saja bekerja anakmu mulai sakit-sakitan dan butuh banyak biaya sehingga aset milik keluarga habis untuk membiayai pengobatannya."

"Ibu baru saja meninggal dan kau datang untuk meminjam sejumlah uang yang besar untuk pengobatan putramu itu. Dari mana kau bisa membayar hutangmu itu? Sedangkan aset rumah saja sudah kau gadaikan. Kenapa tidak kau biarkan saja putramu itu mati, kau jadi bisa menikah lagi dan mencari pendamping yang bisa menopang biaya hidupmu ke depannya. Jangan sampai kau dan anakmu nantinya keluar dari rumah warisan itu dan menjadi gembel!"

"Kakak! Kau memang keterlaluan. Aku sudah cukup diam menghadapi semua hinaan dan cacian darimu. Namun, kini tidak lagi! Hingga aku mati aku tidak akan pernah meminta pertolongan darimu." tunjuk Anjani. Dia hendak berbalik ketika Ina membalas perkataannya.

"Buka matamu, Raina. Anak itu memang selalu membuatmu susah. Jika kau bisa cari ayah ini dan minta bantuan darinya agar anak itu bisa menjalani operasi transplantasi ginjal. Namun, sayangnya, kau sendiri tidak tahu seperti apa wajah pria itu. Menyedihkan," ejek Ina. Wanita itu kesal karena dia tidak mendapatkan apapun dari kematian orang tuanya karena semuanya habis untuk pengobatan Leon, putra Raina.

Raina sendiri menyeka air matanya ketika meninggalkan rumah besar milik Ina kakaknya. Kakaknya beruntung mendapatkan suami seorang pengusaha travel. Dia juga punya anak-anak yang sehat. Di samping itu dia masih bekerja di sebuah bank swasta dengan gaji besar. Sesuatu yang Raina impikan selama ini. Namun impiannya hilang tatkala kantor memecatnya setelah dia tidak pergi bekerja selama beberapa hari karena harus mengurus pemakaman ibunya dan membawa Leon ke rumah sakit.

Dengan langkah gontai Raina keluar dari rumah kakaknya, satu-satunya saudara yang dia miliki. Dia mendekati motornya dan mengendarai hingga sampai ke rumah. Netranya menangkap bayangan Leon sedang duduk di teras rumah seraya memegang buku pelajaran miliknya.

Laju kendaraannya dia hentikan di depan pintu garasi. Dia mendorong masuk sepeda motor matic itu masuk ke dalam lalu menutupnya. Setelah itu dia mendekati Leon yang sudah menunggunya. Senyuman selalu terlihat dari wajahnya yang pucat.

"Kau tidak masuk ke dalam, udara di luar dingin sedang gerimis pula," kata Raina mengajak putranya masuk.

"Aku sedang menunggu Ibu pulang," ujar Leon menutup buku dan berdiri. Raina lalu memeluk bahu putranya dan mereka masuk ke dalam rumah.

"Kau sudah makan?" tanya Raina.

"Belum, tidak enak makan sendirian, Bu. Biasanya ada nenek yang menemani makan jika ibu sedang tidak ada namun kini telah berpulang pada Yang Kuasa." Terdengar suara helaan nafas dari Leon. Dia masih sangat terpukul dengan kematian neneknya. Hubungan mereka sangat dekat karena hanya Ibu Raina yang menemani keseharian Leon jika dia sedang pergi bekerja.

Mereka lalu menuju meja makan. Raina sendiri pergi ke kamarnya terlebih dahulu untuk mengganti bajunya.

Beberapa saat kemudian mereka telah berada di meja makan dan sedang menikmati makana. sederhana yang tersaji. Hanya sayur bayam dan telor goreng untuk Leon dan beberapa potong tempe.

"Bagaimana keadaan Bude Ina, Bu?" tanya Leon.

Raina menarik dua sudutnya dengan terpaksa.

"Bude dan Pakde dalam keadaan sehat. Mereka titip salam padamu," ucapnya. Leon tersenyum kecut. Walau masih kecil dia bisa merasakan tatapan tidak suka keluarga ibunya jika sedang berkumpul. Dia pernah bertanya pada Ibunya mengenai hal ini. Namun, Raina hanya menjawab mungkin Bude dan Pakde sedang lelah sehingga bersikap seperti itu.

Leon hanya bisa diam. Suatu hari dia juga pernah mendengar dari Budenya ketika kakek meninggal jika dia biang masalah keluarga ini. Saat itu Leon baru berumur lima tahun tetapi ingatan itu masih terpatri jelas dalam benaknya.

Soal Ayah, Leon tidak mau bertanya lagi karena hanya akan membuat Ibunya menangis di malam hari. Walau dia jadi bahan ejekan kawannya di sekolah yang mengatakan bahwa dia anak haram, dia akan tetap menutup rapat mulutnya. Dia tidak ingin membuat wanita yang telah berjuang untuk hidupnya terlihat bersedih. Dia ingin melihat ibunya tertawa keras tanpa beban seperti ibu yang lain.

Leon masih kecil tetapi dia telah mengalami banyak cobaan hidup hingga membuatnya harus berpikir dewasa sebelum masanya. Masa kecilnya hanya dia isi dengan belajar di rumah. Dia tidak ingin keluar karena hanya akan mendapat cibiran dari tetangga atau mendengar para ibu-ibu menggunjing atau menyindir Ibunya.

"Di makan telornya Leon, ini baik bagi tubuhmu," ucap Raina.

"Aku sudah bosan makan telor dan daging, itu buat Ibu saja," ucap Leon berbohong. Ibu dan neneknya selalu mendahulukan menu makanannya tetapi mereka makan sayur seadanya.

"Kau tahu jika Ibu tidak suka telor. Dari pada nanti Ibu buang alangkah baiknya jika kau makan," bujuk Raina memberikan telor itu ke piring Leon. Leon lalu menuruti perkataan Ibunya walau dia tahu ibunya sedang berbohong mengatakan jika tidak suka telor.

''Bu, apa besok kita jadi cuci darah?" Leon melihat air muka Raina berubah drastis terlihat sedih.

"Jika Ibu tidak ada uang, kita tunda saja, Bu," ucap Leon. Raina ingin menangis mendengar perkataan Leon. Menundanya hanya akan memperburuk penyakit Leon. Dia bisa saja Anfal jika itu mereka lakukan.

"Ibu sudah dapat uangnya dari Bude Ina," kata Raina berbohong. Padahal uang di sakunya hanya tinggal sepuluh ribu. Dari mana dia dapat tambahannya lagi.

1
Sunarmi Narmi
Kubu Roy akhirnya Kalah telak dgn kubu Mertua Lampir ibu dn nenek Durjana..ini kan cerita diluar negeri jdi yg salah selalu menang kyak kafir quraishi 😬😬😬😬
Badai Z
di culik lg? hadeh kpn selesai'a???
Badai Z
ada konspirasi antara hani dan maruli kah??? hani jahat ya padahal sama kembarannya sendiri.... rela melakukan semua itu karena uang atau sakit hati kah???
wina kemal
Luar biasa
Asyfa Sekar
sabar raina
Sunarmi Narmi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/pasangan yg saling cemburu tpi lucu /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Watie fadzrus
Luar biasa
Sunarmi Narmi
Janeta kan sdh tua walau msih cantik kamu bikin Strok atau mati saja Thor biar ngak semena mena..aku jg seorang mertua tpi ngak kejam macam ni kisah
Ema Pelupessy
lanjut
Sunarmi Narmi
Cerita ngak ada solusi....🥱🥱🥱🥱
Asyfa Sekar
ksihsyng ibu tiada batasnya
Sunarmi Narmi
Harusnya Raina cerdas..siapkan hp buat rekam suara ibu mertua....es bikin mls baca klo yg benar jdi hancurrr
Sunarmi Narmi
/Cry//Cry//Cry//Cry//Cry/
Sunarmi Narmi
Mertua berhati busukkk.....bikin emosi 😬😬😬
edf_15
Luar biasa
Ema Pelupessy
seru deh pokoknya
Badai Z
sweet roy
Badai Z
kya bukan suami istri ya.... tp kya ke anak sendiri... roy dewasa dan romantis
Badai Z
roy nakal... lg sakit jg masih aja 🤣🤣🤣🤣🤣
Badai Z
romantis roy ternyata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!