EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan di tempat lain artinya plagiat. Tolong laporkan🔥
Baru dua bulan menikah, Arumi Safitri harus rela mengikhlaskan kepergian suaminya yakni Letda Laut (P) Yuda Kusuma yang meninggal dalam tugas. Pahami jati diri sebagai prajurit angkatan laut bahwa air yang memiliki semboyan wira ananta rudira, yaitu tabah sampai akhir.
Hidup Arumi selepas kepergian suaminya, diterpa banyak ujian. Dianggap pembawa sial oleh keluarga suaminya. Ada benih yang ternyata telah bersemayam di rahimnya, keturunan dari mendiang suaminya. Beberapa bulan kemudian, Arumi terpaksa menikah dengan seorang komandan bernama Kapten Laut (E) Adib Pratama Hadijoyo hanya karena kejadian sepele yang menyebabkan para warga salah paham dengan mereka berdua.
Bagaimana kehidupan pernikahan Arumi yang kedua?
Apakah Kapten Adib menjadi dermaga cinta terakhir bagi seorang Arumi atau ia akan menyandang status janda kembali?
Simak kisahnya💋
Update : setiap hari🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Operasi
Mbak Saroh pulang ke rumah usai berbelanja dari pasar dalam kondisi terkejut. Ia mendapati fakta mencengangkan dari Yuni bahwa Arumi tak sadarkan diri dan dibawa ke rumah sakit oleh Bambang dan Wulan.
"Ya ampun, Bu Arumi." Mbak Saroh seketika dilanda cemas dan gelisah. Ia pun bergegas pergi ke rumah sakit. Namun sebelum ke rumah sakit, ia pun menghubungi sang komandan yang tengah bertugas jauh di negara konflik demi misi kemanusiaan.
Namun sayang berulang kali ia menghubungi Adib tetapi belum juga diangkat. Mbak Saroh sangat paham kondisi Adib di sana pasti tak bisa sesuka hati menggunakan ponsel pribadi. Terlebih di tengah laut terkadang susah jaringan.
Bu Retno hanya menatapnya sinis sambil menggendong bayi Bimo yang terus menangis. Mbak Saroh merasa kecolongan.
Setiap hari sebenarnya Mbak Saroh jarang berbelanja ke pasar. Seringnya ia berbelanja di tukang sayur yang selalu lewat depan rumah. Akan tetapi tadi pagi Arumi menyuruhnya untuk berbelanja ke pasar karena tukang sayur langganan mereka mendadak sakit. Arumi ingin sekali masak tumis cumi balakutak hitam dan sambal teri kecombrang.
Namun saat berangkat ke pasar, mendadak wajah Arumi sedikit pucat. Mbak Saroh khawatir jika Arumi ikut ke pasar nantinya berujung kelelahan. Arumi pun menyuruh Mbak Saroh berangkat sendiri ke pasar untuk berbelanja.
Dan tak lama berselang saat Arumi tengah merapikan bajunya di dalam lemari, ia tak mendapati perhiasan mendiang orang tuanya. Saat mengecek C C T V ternyata salurannya terlihat sengaja diputus oleh seseorang. Otaknya segera bekerja dengan cepat dan akhirnya mengerucutkan satu nama yang patut dicurigai menjadi tersangka yakni Bambang.
☘️☘️
Rumah Sakit.
"Keluarga Nyonya Arumi," panggil seorang dokter laki-laki.
"Kami keluarganya, Dok." Bambang dan Wulan berdiri seraya menghampiri dokter tersebut dan kompak menjawabnya.
"Segera tanda tangani prosedur operasi caesar untuk pasien Nyonya Arumi," pinta sang dokter.
"Ope_rasi? Bukankah usia kehamilan Arumi masih delapan bulan?" tanya Wulan terbata-bata.
"Iya, Bu. Pasien tak sadarkan diri dan ketuban sudah pecah serta kondisi pinggul pasien juga kecil maka jalan operasi harus kita tempuh demi menyelamatkan nyawa ibu dan juga bayinya," jawab dokter.
"Sus, tolong segera minta tanda tangan salah satu perwakilan keluarga pasien. Operasi harus segera dilakukan,"
Dokter itu pun menyuruh suster segera melakukan tugasnya.
"Baik, Dok." Suster pun menjawabnya.
Dokter kembali masuk ke dalam ruang operasi.
"Silahkan tanda tangan di sini," ucap suster pada Wulan dan Bambang seraya menyodorkan selembar kertas persetujuan operasi caesar Arumi.
"Mas saja yang tanda tangan," pinta Wulan seraya menyenggol lengan suaminya.
"Ya kamu dong, Lan. Kamu kan adik iparnya. Arumi kan istri mendiang kakakmu. Gimana sih!"
"Idih, ogah. Aku takut kalau kenapa-napa sama Arumi dan bayinya terus yang tanda tangan surat operasi ini maka yang harus tanggung jawab," ujar Wulan.
Suami istri itu pun tanpa sadar melakukan aksi eyel-eyelan di depan suster hanya karena masalah tanda tangan untuk persetujuan operasi Arumi. Suster pun dibuat geram karena melihat tingkah konyol keduanya.
"Kalian berdua ini gimana sih! Yang di dalam itu kan keluarga kalian sendiri. Nyawa pasien dan bayinya sedang kritis. Masak tanda tangan begini saja susahnya minta ampun. Seperti mengalahkan Presiden atau sekelas artis saja hanya untuk minta tanda tangan," cibir suster pada Bambang dan Wulan.
Alhasil Wulan yang merasa terpojok, akhirnya bersedia menandatangani kertas persetujuan operasi caesar Arumi.
Ketika keduanya tengah duduk di depan ruang operasi, mendadak ketakutan melanda mereka terutama Wulan.
"Mas, aku takut."
"Takut kenapa?" tanya Bambang.
"Kalau Arumi atau bayinya meninggal, gimana? Misal suami barunya yang namanya Adib itu menuntut kita, bagaimana Mas?"
"Kamu sih pakai emosi duluan tanpa pikir panjang. Sudah tahu Arumi lagi hamil besar begitu malah didorong kenceng sampai jatuh ke lantai terus kepalanya terbentur. Kalau Arumi sampai gegar otak gimana coba?"
"Habisnya dia ngeselin banget. Salah dia sendiri sudah berani dorong kamu duluan yang notabene suamiku. Aku enggak terima kamu dihina sama dia," ujar Wulan terlihat menggebu-gebu. Ia tetap bersikukuh membela dirinya bahwa tindakan yang dilakukannya pada Arumi tak sepenuhnya salah. Karena Arumi menyerang Bambang duluan. Hal itu yang ada di benak Wulan.
"Gimana kalau kita pergi saja dari rumah Arumi? Kan kita ada perhiasan mendiang orang tua Arumi yang berhasil aku curi semalam. Nanti, kita gasak barang lainnya yang ada di kamarnya terus kabur yang jauh."
Wulan tampak berpikir dan terdiam sejenak. Tak lama ia pun tersenyum seraya mengangguk-anggukkan kepalanya perlahan setelah mendengar ide cemerlang dari suaminya barusan.
"Ide bagus, Mas. Ayo kita segera pergi dari sini," jawab Wulan seraya berdiri dan langsung menggandeng lengan suaminya untuk bergegas pergi dari area rumah sakit.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Ngomong2 lokasi setting novel kota J itu dimana ya thor? mohon di jawab, hatur nuhun.