NovelToon NovelToon
Lily ( From The Hill To The Valley)

Lily ( From The Hill To The Valley)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Careerlit
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Meg Yorah

Lily, gadis muda yang menjadi tulang punggung keluarga. Lily adalah anak kedua dari keluarga Brown, seorang pengusaha yang bangkrut dan meninggal dalam kecelakaan mobil bersama sang istri. Tidak ada harta yang ditinggalkan. Semua dijual untuk menutupi utang perusahaan. Nyonya Hannah, nenek Lily adalah wanita yang tidak bisa menerima keadaan. Dia tetap merasa kaya walau harus mengontrak di kawasan kumuh di pinggiran ibu kota. Begitu juga kakak Lily, Amber Rose yang tidak bisa melepaskan kehidupan hedon masa remajanya. Dia melakukan apa saja demi uang walau itu salah. Lily berjuang sendiri menghidupi keluarganya dengan cara halal. Adik Lily dan Rose, Corey yang masih SMA bisa dibilang berandalan. Tapi dia sangat menyayangi dan menghormati Lily walau sering membuat masalah yang membuat pusing keluarga itu.

Lily jatuh cinta pada Jared Watson, anak pengusaha kaya yang ternyata hanya memanfaatkan Lily sebagai bahan taruhan. Bagaimana akhir kisah Lily? Kita ikuti bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meg Yorah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makan Malam

(POV Lily)

Tidak terasa sudah hampir satu tahun aku bekerja sebagai sekretaris pribadi dari Antoinne Numa. Sesuatu yang samasekali tidak pernah terbersit di dalam pikiranku.

Bayangkan saja, setelah sebelumnya aku "hanya" seorang office girl lalu sekarang jadi orang yang paling dekat dengan boss.

Antoinne adalah atasan yang baik. Dia juga sabar mengajariku hal-hal baru. Dan Antoinne adalah pria yang sangat sopan.

Aku ingat, saat pertama kali datang ke kantor dengan rok pensil mini di atas lutut dan blouse yang potongannya lumayan membentuk badan. Cocok sih sebenernya, dan masih cukup sopan. Tapi itu bukan aku banget. Hanya saja karena aku akan bekerja sebagai seorang sekretaris, penampilanku memang harus seperti ini. Aku sempat ingat drama Korea yang menceritakan tentang kehidupan seorang sekretaris, dan saat aku browsing tentang outfitnya selama bekerja, tampilannya mirip-mirip seperti yang aku pakai saat ini.

Antoinne nampak sedikit terkejut melihat tampilanku. Katanya aku kelihatan cantik dan sangat berbeda dari yang kemarin.

Kalau kemarin aku pakai celana panjang hitam, baju lengan panjang putih dan blazer hitam dengan rambut yang diikat ekor kuda, hari ini aku memakai mini skirt abu muda dengan blouse berwarna ungu pastel. Rambutku pun kugelung rapi, walau sekretaris di drakor itu tetap mengikat rambutnya dengan ikatan ekor kuda.

"Lily, kamu nyaman pakai baju seperti itu ke kantor?" tanyanya setelah tadi memujiku.

"Nggak sih, Pak." jawabku santai.

Antoinne sendiri yang bilang, saat hanya ada kami berdua, kami tidak perlu bersikap formal.

"Dengan baju itu, kamu cantik jujur saja. Sangat menarik. Tapi sepertinya, melihat kepribadian kamu, saya rasa kamu nggak perlu maksain diri buat pakai baju seperti itu. Kamu bisa pakai dress, celana panjang, atau apapun selama itu nyaman dan yang pasti sopan. Jangan terlalu memperlihatkan terlalu banyak kulit, too much skin, kita nggak tahu pikiran orang seperti apa. Am I right?"

Kata-kata yang sangat bijak dari seorang atasan. Dengan itu, Antoinne juga menunjukkan bahwa dia laki-laki yang baik, tidak mata keranjang dan tidak memanfaatkan peluang yang ada seperti banyaknya kisah "tidak benar" antara boss dan sekretaris.

Begitulah hari-hariku berlalu. Mendampingi Antoinne meeting kemana-mana. Bahkan kadang di ajak makan bersama dengan keluarganya.

Bukannya tidak professional, tapi Antoinne hanya ingin menunjukkan rasa terimakasihnya karena aku di anggap telah menyelamatkan Lily, anak semata wayangnya.

Saat beberapa kali di ajak makan keluarga itulah aku bertemu dengan Jared. Aku heran, saat bersama keluarganya, tatapan mata dan wajahnya masih sama seperti saat bertemu pertama kali dulu, meremehkan. Tapi saat kami hanya bertemu berdua, maksudku, kalau kami ketemu tanpa sengaja seperti waktu itu, sikapnya sangat manis.

Aku curiga dan bertanya-tanya apa dia punya dua kepribadian.

Malam itu, Antoinne mengundangku makan malam lagi. Katanya sebenarnya bukan dia yang mengundang, karena ini ulang tahun pernikahan mertuanya, Pak Joshua dan Bu Karmila.

Kalau sebelumnya perayaan ulang tahun pernikahan mereka sudah dirayakan dengan kolega dan para wartawan, sekarang acara yang lebih intim, bersama keluarga.

Acaranya bukan di restaurant mewah, tapi di belakang rumah. Bu Karmila sangat bahagia melihat kedatanganku. Dia menciumi pipiku berulang kali saat aku membawakan hidangan spesial untuknya. Aku membawa masakan khas Karo andalanku, Ayam Cipera. Tapi kali ini aku menggunakan jagung muda yang kublender, bukan tepung cipera seperti seharusnya. Dan rasanya tidak kalah enak.

"Aduh, Nang. Mirip kali sama makanan Nande ini. Tante sampai mau nangis makan ini."

Aku hanya tersenyum mendengarnya, dalam hati aku bertanya, masakanku mirip masakan siap sih? Waktu itu, si Sorta, temanku di Samosir Raya Boga (kantorku yang lama, milik Pak Joshua dan Bu Karmila) bilang masakan ayam ciperaku mirip masakan ibunya, sekarang Bu Karmila juga mengatakan hal yang sama. Ahhh, nggak jadi soal sih. Yang penting masakanku di sukai semua orang.

Bu Karmila bahkan tanpa canggung makan dengan tangan. Padahal yang lain pakai sendok dan garpu. Aku pun sebenernya gatal ingin makan dengan tangan tapi masih malu dengan yang lain.

"Kamu nggak makan pakai tangan aja, Ly? Kan enak pakai tangan makan kayak gini tuh, liat Tante nih, langsung pakai tangan" Bu Karmila yang akhir-akhir ini membahasakan dirinya sebagai tante membuatku kagum dengan kepribadiannya yang nggak malu-malu. Suaminya, Pak Joshua hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan sang istri.

"Enak loh ini, kenapa kita nggak masukin ke daftar menu exclusive di tempat kita, Dad?" Giorgina.

Pak Joshua terlihat berpikir sambil mengunyah ayam cipera buatanku. Dia bertanya bahan apa saja yang aku gunakan di dalam resep ini. Dia manggut-manggut.

"Makanan ini mirip sama makanan Kolumbia, namanya Sanchoco. Cuma disana pakai labu kuning. Terus ada potongan wortel, kentang dan jagung. Tapi vibesnya sama."

"Bener kamu Gina, boleh ini masuk daftar menu exclusive kita. Gimana pendapat kamu, Jared?"

"Biasa aja." jawab si sombong dengan wajah datarnya.

'Ishhh...emang sombong banget nih cowok.' aku menggerutu dalam hati.

"Bilang aja enak kali, Jared. Pakai malu-malu gitu."

"Mom, I'm not malu-malu." seru Jared.

"Oh iya, keluarga Joseph kemana, nggak di undang ya, Mom?" Giorgina bertanya pada ibunya. Tapi sepertinya itu hanya basa-basi. Dari tadi aku perhatikan istri bossku ini sibuk terus dengan ponselnya. Dia sepertinya tidak benar-benar ada disini bersama keluarganya.

Kulihat Lily yang mencuri pandang pada ibunya sesekali, tapi ibunya samasekali tidak menyadari itu.

"Ma Chérie, do you wanna eat something?" Antoinne bertanya sangat lembut pada sang putri.

"Aku mau pudding yang itu, Dad." jawab si gadis kecil.

"Pudding buah yang ini?" Antoinne menunjuk pudding buah yang ada di hadapan istrinya.

Giorgina nampak melihat arah Antoinne menunjuk tapi kemudian melihat ponselnya lagi.

Bu Karmila sepertinya tahu kalau aku canggung dengan suasana ini.

"Taruh dulu hape kamu, Gina. Kita kan lagi makan bareng. Ini ulang tahun Papa Mama yang ke 36 loh."

"Bentar, Mom. Lagi ada tender nih di Nuwasena International School. Sayang kalau dilewatin."

"Mama bilang taruh. Itu kan bisa nanti. Rezeki nggak bakal ketuker." Ada ketegasan dan sedikit kemarahan di suara itu.

Giorgina meletakkan hapenya di meja dengan wajah cemberut.

Terlihat Jared tersenyum sinis melihat kakaknya.

"Kamu tadi nanya kenapa keluarganya Sheila nggak ada disini? Soalnya Mama emang nggak undang mereka. Kan ini acara keluarga."

Entah kenapa jawaban Bu Karmila membuatku merasa aneh. Acara keluarga katanya, aku kan bukan bagian dari keluarga ini.

Aku sempat melihat Antoinne dan Giorgina menatapku. Mungkin mereka juga berpikir yang sama denganku.

"Kalau Lily kan udah Mama anggep anak. Jadi emang sengaja Mama undang."

Aku lagi-lagi kaget. Aku memang dekat dengan Bu Karmila, tapi tidak sedekat itu sampai dia menganggapku anak.

"Udah ayo, terusin makannya. Lily sayang, cucu Oppung boru, mau apalagi, Nang?"

Untuk kesekian kalinya hatiku menghangat setiap ada ibu-ibu yang berbicara dengan logat Batak.

"Nggak ada, Grand. Lily udah kenyang." ujar Lily.

Setelah makan malam, kami masih berbincang-bincang lagi. Bu Karmila memanggil pengasuh Lily untuk membawanya tidur lebih dulu.

Bu Karmila kaget mengetahui aku bisa masak dari kelas 5 SD.

"Ahhh, hebat kali Eda itu ya, bisa ngajarin kamu masak."

Kata-kata sesimple itu bisa membuatku terharu. Ahh, Mom. I miss you....

Waktu terus berputar, Corey yang saat ini menempuh tahun pertamanya di Universitas Nusantara terlihat mengirimkan pesan padaku beberapa kali.

"Kak dimana?"

"Kak, pulang nggak?"

"Kak, dicariin nenek."

"Kak, balik napa. Nenek rewel banget nih."

Aku hanya menggelengkan kepala membaca chat adikku ini. Benar-benar belum bisa dewasa sepenuhnya.

Saat hendak membalas pesan Corey, tiba-tiba hapeku mati.

"Loh..kenapa nih? Masa abis battery?" gumamku. Tapi ya udahlah, sebentar lagi aku juga pulang.

Jam 11 malam aku ijin pulang. Bu Karmila meminta Jared mengantarku.

"Nggak usah, Tante. Saya bawa motor sendiri kok." tolakku.

"Udah malem ini loh, Nang. Biar Jared yang anter ya."

"Mom, please. She doesn't want to..." seru Jared.

"Anterin napa, Jai." sahut Giorgina yang sekarang logatnya jauh lebih Indonesia.

"I don't want to.." Jared berkata dengan ketus.

"Kamu aja deh yang anter Lily." kata Giorgina pada suaminya.

"Nggak usah, Bu Gina. Saya bawa motor kok, beneran deh." tolakku.

"Please, Lily. Kamu panggil Mommy, Tante. Tapi kamu malah panggil Ibu. Doesn't feel right." Giorgina protes.

"Saya bingung mau manggil apa." ujarku.

"Panggil Gina aja. Atau kakak juga boleh."

"Cihhh..." suara decihan dari mulut Jared membuatku ingin menghajarnya.

Tapi sepertinya Giorgina tidak terganggu samasekali dengan ulah adiknya itu.

"Iya deh. Saya panggil kakak aja." Aku tersenyum padanya.

"Saya bisa pulang sendiri kok." Sok berani sih aku, udah larut malem ini woeeeyyy...

Akhirnya dengan berat hati Bu Karmila membiarkan aku pulang sendiri.

Dengan penuh rasa was-was aku benar-benar pulang sendiri. Hanya bisa berdoa supaya aku selamat sampai rumah. Beberapa hari ini, ramai berita di TV tentang kawanan begal yang tidak segan menghabisi korbannya. Aku ngeri membayangkan itu.

Baru saja berpikir tentang begal tiba-tiba...

1
Ratna Shinta Dewi
Saran aja ni kak. Untuk bahasa asing dan bahasa daerah dikasih terjemahan. Semangat
Ratna Shinta Dewi
nama panjang Mpok Odah, Saodah bukan wkekwk
Meg Yorah: Bukan Kak..
Raudah nama panjangnya mah..hehe
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
secara wajar, manusia menyukai keindahan, nenek lebih sayang ke Rose krn cantik, tp ketulusan Lily memenangkan hati nenek
Ratna Shinta Dewi
jangan makan daging rendang nenek, gak baik buat nenek2, buat saya aja xixixi
Meg Yorah: Hehehe... Makasih komentarnya, Kak. Alhamdulillah, ini komentar pertama yang saya dapat. Tolong terus dukung saya ya, Kak. Terimakasih.
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
warga kok baik bgt sih, masak ada tetangga begitu 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!