NovelToon NovelToon
Find 10 Fragments

Find 10 Fragments

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / spiritual / Sistem / Penyeberangan Dunia Lain / Peradaban Antar Bintang / Kultivasi Modern
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: GM Tyrann

Season 2 dari I Don't Have Magic In Another World

Ikki adalah seorang pria yang memiliki kekuatan luar biasa, namun terpecah menjadi 10 bagian yang tersebar di berbagai dunia atau bahkan alam yang sangat jauh. Dia harus menemukan kembali pecahan-pecahan kekuatannya, sebelum entitas atau makhluk yang tidak menginginkan keberadaanya muncul dan melenyapkan dirinya sepenuhnya.

Akankah dia berhasil menyatukan kembali pecahan kekuatannya, dan mengungkap rahasia di balik kekuatan dan juga ingatan yang sebenarnya? Nantikan ceritanya di sini.

up? kalo ada mood dan cerita aje, kalo g ada ya hiatus

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GM Tyrann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 26 - Taruhan

Aku sudah berada di Aetherium Academy selama lebih dari dua minggu. Waktu yang cukup singkat itu telah memberiku banyak pengalaman baru dan mempertemukan aku dengan berbagai macam orang. Salah satu teman yang paling dekat denganku adalah seorang pria tampan dari ras naga putih bernama Kael. Kael memiliki ciri khas yang sangat mencolok: rambut putih yang panjang dan berkilau, dua tanduk yang menjulang di atas kepalanya, serta telinga yang sedikit lanci.

Aku benar-benar memilih teman seperti teman lamaku. Kael tidak pandai dalam pelajaran, tapi dia hebat dalam praktek.

Di suatu sore yang cerah, aku dan Kael sedang duduk di bawah pohon besar di taman akademi. Kami berdua tengah membahas ujian praktek alkimia yang akan datang. Matahari yang mulai tenggelam memberikan suasana tenang dan damai, tapi di antara kami, ada perasaan gugup yang tak bisa disembunyikan.

"Ikki, kamu tahu, kita harus membuat taruhan," kata Kael tiba-tiba, matanya yang berwarna biru menyala-nyala dengan semangat.

Aku mengangkat alis, penasaran. "Taruhan apa, Kael?"

Kael tersenyum lebar, memperlihatkan taringnya yang tajam. "Jika salah satu dari kita mendapatkan nilai rendah pada ujian praktek alkimia nanti, dia harus menyatakan perasaannya pada putri Alisa."

Aku cukup terkejut mendengar usul itu. Alisa Von Vanderbilt adalah sosok yang dikenal di seluruh akademi sebagai putri dari kerajaan terdekat. Dia cantik, pintar, dan memiliki aura yang begitu mempesona sehingga banyak pria tampan di akademi mencoba mendekatinya, hanya untuk berakhir dengan penolakan. Alisa adalah sosok yang sangat sulit didekati, dan keberaniannya dalam menolak orang-orang membuatnya semakin dihormati.

"Kael, kau serius?" tanyaku, mataku membesar tak percaya. "Alisa itu... dia pasti akan menolak kita."

Kael hanya tertawa kecil. "Itulah inti dari taruhannya. Lagipula, ini akan menjadi pengalaman yang menarik. Kita perlu sedikit tantangan dalam hidup, bukan?"

Aku berpikir sejenak. Aku memang selalu suka tantangan, dan meskipun gagasan harus menyatakan perasaan pada Alisa terdengar menakutkan, ada bagian dari diriku yang merasa tertantang. "Baiklah, aku setuju. Tapi ingat, kau juga harus melakukannya jika kau gagal."

Kami berdua bersalaman untuk mengesahkan taruhan itu. Aku pernah melihat Alisa menolak seorang pria dengan cara yang kasar, jadi aku hanya berharap dia menolak ku dengan cara yang lembut agar tidak membuat Kael tertawa nantinya.

***

Aku dan Kael mulai praktek alkimia dengan murid di kelas. Ruangan alkimia dipenuhi oleh 100 murid. Alkimia adalah praktek tersulit bagi kami berdua, sehingga kami selalu berjuang keras dalam laboratorium.

"Apa di kelas kultivator tidak di ajarkan alkimia?" tanyaku pada Kael, aku cukup penasaran.

Kael menghela napas lalu menjawab, "Ya, ada. Tapi aku menghindarinya karena disana tidak wajib."

Lalu aku berkata, "Sialan juga ini pelajaran khusus yang wajib."

Kael mengangguk setuju. "Kamu benar."

Di akhir sesi praktek, hasil kerja kami dinilai oleh profesor Galdwin. Profesor Galdwin menilai ku, "Ikki, kamu gagal lagi dan mendapatkan nilai 37."

Profesor Galdwin berpindah pada Kael yang berada disebelah ku. Dia sangat memperhatikan ramuan yang dibuat oleh Kael padahal menurutku itu terlihat sama.

"Kael, kamu juga mendapatkan nilai 37," ucap profesor Galdwin lalu pergi untuk menilai murid lain.

Aku dan Kael mendapatkan nilai yang sama: 37. Nilai ini adalah nilai terendah di kelas, yang berarti taruhan mereka harus dilanjutkan.

"Kita bahkan mendapatkan nilai terendah dikelas!" seru Kael melihat warna ramuan miliknya tidak ada bedanya dengan murid lain.

"Aku tahu seberapa kesal dan bodohnya dirimu, jadi siapa yang akan duluan?" tanyaku.

"Ah, kamu benar. Bagaimana jika kamu yang duluan?" Kael bertanya padaku apakah aku ingin duluan.

Aku menjawab, "Tentu saja, aku tidak ingin jadi yang tertawa diawal. Bagi jeda satu hari agar dia tidak lelah."

"Lelah saat menolak seseorang?" tanya Kael tertawa.

Kami berdua setuju bahwa aku yang akan menyatakan perasaan pada Alisa terlebih dahulu, dengan Kael mengikuti satu hari setelahnya.

Keesokan harinya. Aku tahu bahwa aku harus menjalani hukuman, namun aku tetap merasa gugup sedikit. Di pagi hari, aku dan Kael sedang berjalan menuju gedung akademi ketika kami melihat kerumunan orang berkumpul di depan. Kami berdua saling pandang dan memutuskan untuk mendekat, penasaran dengan apa yang terjadi.

Di tengah kerumunan, seorang pria tampan berdiri dengan gugup sambil memegang sebuket bunga mawar. Di depannya, Alisa berdiri dengan anggun, menatap pria itu dengan ekspresi datar.

"Alisa, aku sudah lama menyimpan perasaan ini," kata pria itu dengan suara bergetar. "Aku mencintaimu. Maukah kau menjadi kekasihku?"

Aku dan Kael berdiri di antara kerumunan, memperhatikan dengan seksama. Kael menyenggol lengan ku dan berbisik, "Lihat ini. Pertunjukan pagi yang bagus, bukan?"

Aku mengangguk, merasa sedikit terhibur.

Alisa menatap pria itu sejenak sebelum menjawab dengan suara yang tenang namun tegas. "Maaf, tapi aku tidak bisa menerima perasaanmu. Aku tidak mencintaimu."

Pria itu tampak hancur, wajahnya berubah pucat. "Tapi Alisa... aku..."

Alisa menggeleng pelan. "Aku menghargai perasaanmu, tapi aku tidak bisa memaksakan diriku untuk merasa hal yang sama. Maafkan aku."

Dengan itu, Alisa berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan pria itu yang berdiri terpaku dengan bunga di tangannya. Kerumunan mulai bubar, dan aku serta Kael berjalan menjauh, masih terkesima dengan apa yang baru saja mereka saksikan.

Kael tertawa kecil. "Well, itu adalah salah satu penolakan yang paling sopan yang pernah kulihat. Kau siap untuk giliranmu nanti, Ikki?"

Aku menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak punya pilihan, kan? Ini adalah bagian dari taruhan."

'Aku harap aku di tolak olehnya dengan lembut, seperti pria yang tadi.' Aku dalam hatiku.

Kael menepuk bahu ku. "Tenang saja, mungkin dia akan lebih lembut padamu. Siapa tahu, mungkin dia akan menerimamu. Haha!"

Aku hanya tersenyum pahit. Aku tahu bahwa sore itu akan menjadi salah satu momen yang paling menegangkan dalam hidupku. Bahkan jika lawanku adalah Zayan aku tidak akan gugup seperti ini.

Di sore hari, aku mengirim pesan kepada Alisa, mengajaknya bertemu di sebuah ruangan terpencil dimana ruangan itu akan sepi saat sore hari. Tempat itu sudah sepi dan tenang, cocok untuk pertemuan yang membutuhkan privasi. Kael, yang penasaran dan sedikit cemas, memutuskan untuk mengintip dari balik pintu agar bisa melihat bagaimana aku akan ditolak.

Setelah beberapa menit menunggu, Alisa tiba. Ia terlihat anggun dan sedikit bingung dengan permintaan ku. Alisa memiliki rambut panjang berwarna blonde yang terurai sampai pinggangnya, lurus dan berkilau seperti sutra di bawah sinar matahari. Setiap helainya tampak terawat dengan sempurna, mencerminkan perhatian besar pada penampilannya. Mata merahnya, yang tampak seperti rubi yang memancarkan cahaya misterius, memberikan kesan tajam dan memikat, seolah-olah dia bisa melihat langsung ke dalam jiwa orang yang menatapnya.

Tubuhnya lebih matang dibandingkan teman-teman sekelasnya, dengan lekuk tubuh yang anggun dan proporsi yang sempurna, membuatnya terlihat lebih dewasa meskipun masih berstatus siswi SMA dengan umur 16 tahun. Kulitnya halus dan cerah, menunjukkan kesehatannya yang prima.

Dia mengenakan sebuah kalung sederhana namun elegan, terbuat dari perak dengan liontin berbentuk tetesan air yang berkilauan, menggantung dengan indah di lehernya yang jenjang. Kalung itu tidak hanya sebagai aksesori, itu alat yang sama seperti yang aku gunakan pada jariku.

Mereka duduk berhadapan, dan aku, dengan tenang dan tanpa rasa canggung, mulai menyatakan perasaanku. Kalimat demi kalimat keluar dari mulutnya, dan akhirnya aku menyelesaikan pengakuannya dengan permintaan untuk menjadi kekasih Alisa.

"Alisa, aku punya sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu," kataku dengan mata yang menatap kearah lain.

"Oh? Apa itu, Ikki?"

"Aku tahu ini mungkin terdengar tiba-tiba, tapi aku ingin kau tahu bahwa aku menyukaimu. Aku ingin kita menjadi lebih dari sekadar teman. Maukah kau menjadi kekasihku?"

Aku merasa kasihan pada Alisa karena ada dua pria di hari yang sama menyatakan perasaan mereka, termasuk aku, dan besok akan ada lagi jika aku ditolak.

Kael berbisik dari balik pintu. "Oh, ini pasti akan jadi menarik..."

Setelah hening sejenak Alisa mulai menjawab ku, "Aku menerima perasaanmu, Ikki. Mari kita lihat bagaimana kita bisa menjalani ini."

Aku sontak terkejut, berdiri dari kursiku dan bertanya padanya, "Kau... menerimanya?"

"Ya. Aku menerima," jawab Alisa dengan mata yang menatap mataku.

Aku tidak tahu harus merespon bagaimana, namun aku tahu bahwa ini akan menjadi awal dari sesuatu yang lebih rumit daripada yang aku bayangkan. Di luar, Kael merasa campur aduk antara terkejut dan bingung, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Kael, yang mengintip dari luar, menahan napas, menunggu penolakan yang sudah bisa ia bayangkan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Dengan senyuman yang sulit ditebak, Alisa menerima pernyataan ku. Aku tentu terkejut, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Aku tidak pernah menyangka akan diterima, dan bahkan Kael di luar ruangan hampir jatuh tersungkur karena kaget.

Aku kembali memastikan setelah berpikir sangat keras. "Beneran?"

Alisa tersenyum lalu menjawabnya lagi. "Tentu."

***

Keesokan paginya, aku keluar dari asrama dengan perasaan campur aduk. Pikiranku masih terbayang-bayang kejadian kemarin sore saat Alisa menerima pernyataan cinta ku. Aku merasa ada sesuatu yang aneh. Juga ini tidak sejalan dengan kehidupan yang aku impikan.

Aku melihat Kael di kejauhan, tapi dia tampak berbeda. Saat aku mencoba mendekati Kael untuk berbicara, Kael segera menjauh, raut wajahnya penuh dengan kekecewaan dan kemarahan.

"Kael, tunggu!" panggil aku.

Kael berhenti sejenak, menoleh dengan mata penuh amarah. "Ikki, kau penghianat. Bagaimana bisa kau mendapatkan kekasih lebih dulu dariku? Aku tak ingin bicara denganmu lagi."

Aku tertegun, tak tahu harus merespons bagaimana. Aku tidak pernah berniat mengkhianati seorang teman, tapi keadaan sudah terlanjur seperti ini. Kael kemudian berjalan cepat menuju gedung akademi, meninggalkan aku di belakang. Aku tetap mengikuti dibelakangnya.

Saat kami berdua tiba di dekat gedung akademi, suasana menjadi tegang. Semua murid menatap aku dengan berbagai ekspresi. Murid pria menatap ku dengan niat membunuh, merasa iri karena aku berhasil mendapatkan hati Alisa. Sementara murid wanita menatap ku dengan tidak percaya, seolah tidak yakin bagaimana aku, yang biasa saja, bisa berhasil mendekati Alisa.

'Aku tidak suka tatapan mereka.' Aku melihat semua tatapan itu menggunakan perspektif sihir, dan membencinya.

Namun, semua tatapan itu segera berubah ketika Alisa tiba-tiba muncul dan merangkul lengan ku secara sepihak. Dengan senyum manis yang penuh arti, ia menunjukkan ke seluruh murid bahwa aku adalah miliknya sekarang. Tatapan murid pria menjadi semakin membenci, sementara murid wanita hanya bisa terdiam dalam ketidakpercayaan.

Kael, yang berdiri di depan gedung akademi, merasa hancur saat melihat temannya dirangkul oleh wanita yang seharusnya menjadi bagian dari taruhan mereka. Ia merasa ditinggalkan dan dikhianati, membuatnya terdiam dalam kesedihan dan rasa iri yang mendalam. Ia ingin memiliki wanita juga, tetapi kenyataan bahwa aku yang mendapatkannya lebih dulu membuatnya merasa sangat kecewa.

Aku merasa sangat canggung saat Alisa tiba-tiba merangkul lenganku. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana, tapi aku mencoba untuk tetap tenang. Di dalam hati, aku bertanya-tanya apa yang sebenarnya direncanakan oleh Alisa. Mengapa dia mau menerima pernyataan cinta ku, padahal semua orang tahu betapa sulitnya menaklukkan hati putri Alisa.

Alisa menoleh ke aku dengan senyum manis yang tak bisa diterka. "Selamat pagi, Ikki. Siap untuk memulai hari ini?"

Aku berusaha tersenyum. "Selamat pagi, Alisa. Tentu saja."

Mereka berjalan berdua melewati para murid yang masih terkejut dengan pemandangan itu. Aku bisa merasakan tatapan tajam di belakang punggung, terutama dari para pria yang merasa iri. Namun, aku mencoba untuk tetap tenang dan mengikuti langkah Alisa.

Kael hanya bisa menatap punggung mereka dengan rasa sakit di hatinya. Temannya yang dulu begitu dekat kini tampak begitu jauh, terutama dengan adanya Alisa di sisinya. Ia merasa dunianya hancur, dan iri hati semakin membakar dalam dirinya. Sementara itu, aku terus berjalan bersama Alisa, mencoba untuk memahami situasi yang semakin rumit ini.

Aku tidak tahu kenapa, tapi Kael terlalu lebay. Memangnya apa salahnya jika aku mendapatkan wanita lebih dulu darinya? Jadi maksudnya aku harus menunggu dia memiliki wanita baru aku dapat memiliki sebuah wanita juga?

Aku menghela napas panjang.

"Ada apa?" tanya Alisa, melihat ku yang menghela napas.

"Tidak ada," jawabku singkat.

1
GM Tyrann
Kalo kalian udah mulai baca terus ada nama MC dibagain sudut pandangnya padahal seharusnya Aku. Itu kesalahan penulisan, karena udah banyak jadi malas ganti, ada banyak sih pas sudut pandang MC seharusnya pake Aku dan Kami, tapi malah pake, nama MC, Dia dan Mereka.

Kalo dari sudut pandang karakter lain nama MC, y pake nama MC. Apa lagi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!