Nadya melakukan banyak pekerjaan sampingan untuk melanjutkan kuliah. Semua pekerjaan dia lakukan asal itu halal.
Sampai suatu ketika Nadya diharuskan memberikan les tambahan pada seorang anak SMA yang menyebalkan.
"Jadi, bagian mana yang kamu belum bisa?" tanya Nadya.
"Semuanya," jawab Alex cuek.
"Jadi dari tadi kamu gak ngerti apa yang saya jelasin?"
"Enggak, kan aku cuma merhatiin wajah kamu sama bibir kamu yang komat-kamit."
"Alex!!!" berang Nadya.
"Apalagi tahi lalat kamu yang di pipi. Kok gemesin banget sih!" Alex tersenyum tengil membuat Nadya jengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Jurus Jitu
Nadya bukannya tidak tau kalau Alex masih menunggunya sampai jam kerjanya usai. Dia tidak habis pikir dengan ulah pemuda itu, tapi dalam hati Nadya harus mengakui jika tekad Alex sungguh kuat untuk membuatnya kembali menjadi guru les privatnya.
"Sampai kapan kamu mau mengikuti saya terus? Kamu gak ada kerjaan lain? Harusnya kamu itu pulang dari tadi, belajar dirumah," omel Nadya pada Alex yang mengikutinya keluar dari outlet tempatnya bekerja.
Alex menyengir sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Gimana mau belajar, gurunya aja masih disini," gumamnya yang masih terdengar cukup jelas di indera pendengaran Nadya.
"Belajar kan gak mesti sama saya," tutur Nadya menanggapi gumaman Alex.
"Maunya sama kamu!" sahut Alex cuek.
"Gak mesti!"
"Mesti! Harus!" Alex terdengar ngotot.
Nadya berdecak lidah. Dia tak mau berdebat. Dia sudah terlalu lelah.
Sampai akhirnya mereka sudah berada di area parkiran sekarang.
"Aku janji kalau kamu mau ngajarin aku lagi, aku bakal belajar dengan sungguh-sungguh, Nad." Alex memasang tampang serius, bahkan dia mengacungkan dua jari membentuk huruf v sebagai tanda keseriusannya.
Nadya menggeleng tegas, tapi sebenarnya dia berfikir keras sekarang. 'apa dia memang harus memberi Alex kesempatan? Dasar bocah ini!' pikir Nadya.
"Apa aku harus berlutut biar kamu mau ngajarin aku lagi?"
Nadya hampir tergelak, apalagi melihat raut wajah memelas Alex.
"Jangan lebay!" gumam Nadya.
Alex tersenyum sekarang, sebab dia merasa jika Nadya mulai melunak padanya.
"Jadi, mau kan?" tanya Alex lagi.
Mereka bukan terlihat seperti guru dan murid, tapi justru tampak seperti sepasang muda-mudi yang sedang berpacaran namun tengah ada kesalahpahaman diantara keduanya.
Saat Nadya hendak menjawab pertanyaan Alex, tiba-tiba seseorang memanggil namanya.
"Nadya?"
Secara otomatis, Nadya menoleh untuk melihat seseorang yang memanggilnya itu. Bukan hanya Nadya, tapi Alex juga melihat ke arah yang sama. Ternyata itu adalah Andra, salah seorang teman kerja Nadya di outlet ayam goreng.
"Nad, ini jaket kamu kan? Ketinggalan di pantry," kata Andra sembari menyodorkan jaket milik Nadya.
"Oh ... makasih ya, Ndra," ujar Nadya dengan senyuman.
"Aku pikir kamu udah pulang, niatnya mau aku anter aja ke kost kamu."
"Gak usah ..." Nadya mengibas-ngibaskan tangannya. "Besok kan aku kerja, jadi gak apa-apa kalau ketinggalan sehari," ujarnya sungkan.
"Iya tapi takutnya kamu perlu untuk dipakai kemana-mana." Andra tersenyum tipis.
Sementara disana Alex justru menjadi penonton dimana Nadya dan Andra yang tengah mengobrol.
"Sekali lagi makasih ya, Ndra."
"Iya, Nad. Ehm ... kamu kok belum pulang? Mau barengan aja?" tanya Andra sekaligus menawarkan boncengan.
Alex yang mendengar itu langsung menyahut saat itu juga. "Dia bareng gue," timpalnya.
Saat itulah Andra baru sadar bahwa Nadya tidak sendirian disana. Sekarang Andra mengalihkan atensi sepenuhnya pada Alex yang masih menggunakan seragam SMA nya.
"Oh, kamu adiknya Nadya, ya?" ujar Andra menebak siapa Alex.
"Bukan!"
"Iya!"
Nadya dan Alex menyahut serentak. Akan tetapi, Nadya mengiyakan jika Alex adalah adiknya, sementara Alex sebaliknya. Alex langsung menyangkal hal itu, membuat Andra jadi agak bingung dengan jawaban mereka.
"Ayo pulang, Nad!!" kata Alex pada Nadya. Sementara Andra masih tampak kebingungan.
Alex langsung menarik tangan Nadya tanpa meminta persetujuan gadis itu. Dia mengajak Nadya naik motor miliknya.
Sementara, Nadya yang juga bingung, malah mengikuti arahan Alex dengan polosnya. Dia menaiki motor meninggalkan Andra.
"Aku duluan ya, Ndra!" kata Nadya berpamitan pada Andra. Andra hanya mengangguk karena tak mendapat jawaban mengenai siapa Alex sebenarnya.
"Kamu apa-apaan sih!" gerutu Nadya ketika sudah berada di boncengan motor Alex yang mulai melaju.
Alex diam saja. Dia berlagak fokus mengendarai motornya.
"Udah, udah, sekarang turunin saya disini!" kata Nadya
Alex tak mengindahkan ucapan Nadya, dia tetap melajukan motornya, bahkan menarik gas dengan kuat membuat motornya melaju semakin kencang.
"Alex!!!!"
...***...
"Jadi, kamu tinggal disini?" tanya Alex sembari menatap area kost tempat tinggal Nadya.
"Hmm ..." Nadya terlalu lelah. Alex membawanya berkeliling dengan motor pemuda itu meski Nadya berulang kali minta diturunkan. Alex mengatakan akan menurunkan Nadya hanya dikediaman gadis itu saja, sehingga mau tak mau Nadya akhirnya memberitahu Alex dimana tempat tinggalnya.
Nadya tidak mengucapkan apapun lagi, dia berbalik dan siap untuk memasuki gerbang kost nya. Jangankan berterima kasih pada Alex, dia pikir Alex seharusnya memang tak layak mendapat ucapan itu, sebab secara tak langsung Alex sudah mengerjainya dengan membawanya berkeliling lebih dari 1 jam lamanya.
"Nad!" seru Alex memanggil Nadya kembali.
Nadya menoleh sekilas pada pemuda itu.
"Besok aku tunggu ya. Jangan gak datang ngajarin aku!" ujarnya agak sedikit berteriak agar Nadya mendengar dengan jelas kata-kata yang dia ucapkan.
Nadya tidak menyahut, dia melangkah masuk tanpa mempedulikan Alex lagi. Buat apa juga menjawab, toh Alex sudah menyatakan kalimat itu beribu kali disepanjang perjalan mereka tadi. Nadya sampai muak mendengarnya.
Alex terkekeh diposisinya, kemudian kembali menyalakan mesin motornya. Pemuda itu menuju rumah dengan perasaan yang lebih baik. Setelah hari ini, dia yakin Nadya akan kembali menjadi guru les nya.
Sesampainya dirumah, Alex bertemu Sandra. Sandra menatap Alex keheranan sebab melihat adiknya yang sepertinya sedang bahagia.
"Seneng banget sampe bersiul-siul gitu, emang dari mana aja?" sapa Sandra.
Alex tersenyum lebar. Dia tak mau mengatakan apa yang terjadi hari ini pada kakaknya. Tidak semua hal Sandra harus mengetahuinya.
"Eh, kakak udah ada info soal guru privat baru nih," ujar Sandra kemudian.
Alex langsung menatap kakaknya dengan serius. "Gak, gak, aku kan udah bilang gak mau diajarin sama guru lain," paparnya.
"Lho, emang masih ngarep Nadya bakal ngajarin kamu lagi?"
"Ya iyalah."
"Emang Nadya mau? Kayaknya enggak deh."
"Siapa bilang?" ujar Alex jumawa. Dia sudah mendapatkan jawaban Nadya tadi. Tak sia-sia dia menyandera gadis itu diatas motornya selama 1 jam dan hanya akan mengantarkan Nadya pulang jika Nadya sudah bersedia menjadi guru les privatnya kembali. Alex tau itu pemaksaan, tapi mau bagaimana lagi.
"Oh ... jadi udah berhasil nih ngerayu Nadya?"
Alex menyengir. Haruskah dia mengatakan pada kakaknya kalau dia bukan merayu Nadya melainkan memaksanya?
"Nadya gak mempan aku rayu, Kak," akuinya.
"Jadi, kok bisa Nadya mau ngajarin kamu lagi?"
"Pake jurus jitu lah. Percuma aku pintar," kata Alex sembari mencubit dagu Sandra. Pemuda itu pun berlalu ketika Sandra geleng-geleng kepala melihat tingkah tengilnya.
...Bersambung ......
💪💪💪💪💪
💖💖💖💖💖