Wulandari Putri Amelia gadis 19 tahun kuliah jurusan ekonomi dan bisnis tetapi mati karena insiden longsor yang menewaskan seluruh keluarganya di desa, selain jurusan ekonomi dan bisnis Wulan adalah seorang yang hobi memasak makanan, apapun itu, seolah memasak adalah hiburan baginya.
Lalu? Bagaimana saat dirinya masuk ke dalam tubuh putri Duke yang hanya tinggal sendiri di tengah kota, sebab kedua orangtuanya telah menggial akibat serangan bandit saat akan pergi ke istana, maka dari itu dirinya yang hanya seorang putri tunggal terpaksa harus menggantikan tugas kedua orang tuanya, begitu sulit sehingga banyak terjadi penyuapan dan korupsi besar-besaran di wilayah yang dipimpin oleh mendiang ayahnya.
“Aduh, nasib-nasib, malah jadi yatim lagi!” dengus Wulan memandang tubuh gadis berusia 18 tahun ini. “Untung nih bocah umurnya udah 18 tahun, tapi …! Kenapa tubuh gue harus kek bocil kekurangan gizi anjir!” teriak Wulan merasa kesal setengah mati, ingin pingsan saja rasanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _yan08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Peperangan Yang Sesungguhnya
Suasana malam cukup mencekam, bumi diguyur oleh hujan deras, seorang prajurit berdiri di depan kedai yang sudah tutup, dia melihat ke segala arah, sepi dan tak ada siapapun. Saat akan melangkahkan kakinya pergi sebilah pedang menghujamnya dari belakang membuat darah segar keluar dari mulutnya.
“Khuk! Ka-u!” gumamnya lirih lalu mati di tempat.
“Aku datang lebih cepat nona kecil!” seringainya, lalu melesat pergi membunuh siapapun yang dia lihat.
.
.
Di kastil Wulan duduk memperhatikan seorang gadis yang menatap kosong pada pintu kamar. “Apakah kita bisa berbicara sedikit?” tanyanya membuka percakapan, namun tak ada respon sama seperti sebelumnya.
“Hah, baiklah jika kamu tak ingin berbicara, saya berharap kita bisa berbicara lain waktu–”
“Aku mengenal suaranya, aku mengenal suaranya!” gumamnya mulai tak karuan bergetar ketakutan. “Dia– dia datang membawa pedang! Dia ingin membunuhmu! Hahaha ….” Pelayan wanita itu menangis lalu tertawa hebat seperti orang kehilangan akal. “Dia akan membunuhmu!”
Wulan yang mendengar itu mengepalkan tangannya, sehingga seorang prajurit datang dengan tergesa-gesa. “Duchess, segeralah berlindung, kita sedang dalam bahaya!” ucap prajurit itu menarik tangan Wulan tanpa sopan santun, pergi dari kamar tersebut.
Di Sepanjang lorong, Wulan bisa mendengar suara keributan dan disertai suara air hujan dan juga suara petir. “Kau akan membawaku kemana?” tanyanya terseok-seok mengikuti langkah kaki prajurit itu.
“Jawab aku bajingan–”
Bruk!
“Dasar duchess lemah! Kenapa pula tuan selalu mengulur untuk membunuhnya!” kesalnya lalu menggendong tubuh Wulan ala karung beras.
Wulan menormalkan rasa sakit di tengkuknya. “Sial awas saja kau prajurit rendahan!” batinnya mengutuk, dan untuk saat ini juga dirinya lebih baik berpura-pura pingsan saja dulu.
.
.
Pembantaian besar-besaran terjadi berlangsung sengit pada malam itu, prajurit yang berada di bawah pihak Wulan begitu kewalahan menghadapi prajurit musuh yang begitu sedikit kuat, di tambah prajurit musuh mereka sudah memiliki sihir api masing-masing.
“Kemanakah sang jenderal, kenapa belum juga datang?” panik mereka begitu kewalahan.
“Ini tidak akan berhasil! Berpencar kita pergi! Mereka terlalu banyak!” ucapnya panik sembari melawan prajurit musuh yang begitu brutal untuk mereka.
Keadaan malam makin tak kondusif dengan teriakan kesakitan warga yang menjadi korban, tetapi mereka sedikit beruntung karena malam yang begitu hujan deras para sebagian prajurit tak bisa menggunakan sihir api mereka.
Para warga yang sudah mulai terancam langsung melakukan formasi penyerangan untuk pihak musuh, meskipun sedikit kewalahan.
Tak jauh berbeda dari para warga, kini kastil tempat Wulan bernaung sudah di porak-porandakan oleh para musuh, pelayan dan pekerja miliknya sudah tak terhitung beberapa yang mati ditebas secara tiba-tiba, yang memiliki sihir beruntung mereka melawan dan pergi melarikan diri membawa teman mereka yang memungkinkan.
Tepat berdiri di depan lukisan keluarga besar mendiang Duke Almod yang terlihat begitu ceria. “Lihatlah Almod! Aku datang untuk menghancurkan anak semata wayangmu, kau tenang saja, anakmu akan segera menyusulmu …. Aku begitu tak sabar untuk melihat dan mendengar teriakkan manis anakmu itu!” seringainya begitu keji, memperlihatkan bahwa betapa kuat dan berkuasanya dirinya itu.
Para prajurit yang telah berkhianat menunduk hormat memberi salam, bahkan prajurit yang berkhianat itu adalah prajurit yang berada di bawah naungan mendiang Duke Almod, sungguh anjing tak tau terimakasih.
Pria itu mendongak melihat kastil yang sudah anak buahnya acak-acak. “Sebentar lagi semua ini akan menjadi milikku!” gumamnya tersenyum.
“Tuan, kami berhasil menangkap duchess, dia sudah berada di tempat yang anda beritahukan!” lapor mereka.
“Bagus! Dan …. Kalian bunuh para prajurit yang tidak ingin ikut dalam perintahku! Jangan biarkan mereka lolos!”
Para prajurit yang masih setia dalam naungan mendiang Duke Almod, segera pergi secara diam-diam meskipun mereka ada yang ketahuan dan langsung dibunuh dengan begitu keji di depan banyak orang.
“Aku harus segera meminta pertolongan pada pihak istana!” batin seseorang dengan langkah terseok-seok akibat perihnya luka di pinggangnya.
.
.
Wulan tak bisa melihat apa-apa dirinya seperti ditaruh didalam goa saking gelapnya. “Tenang Wulan, ini memang cara yang cukup ekstrim!” batinnya menguatkan diri.
Suara pintu terbuka, dia mulai waspada, dia memang sangat nekat menjadikan dirinya umpan, demi untuk tahu bagaimana bentukan orang yang begitu ingin menghabisinya itu.
“Apa kata tuan?” tanya yang lain.
“Kita biarkan saja dulu, tuan mungkin ingin menikmati kemewahan duchess kecil ini!” ujar mereka lalu tertawa.
“Kau tahu? Daripada dibunuh lebih baik kita perbudak saja, mengingat penemuannya begitu menakjubkan, lihat baju zirah yang aku pakai ini! Ini begitu mengagumkan!” celetuknya panjang lebar.
“Aku cukup iri denganmu yang bisa memiliki baju zirah sehebat itu!” sahut yang lain.
“Hahaha …, tak usah iri, tuan akan membagi rata kita semua, apalagi tuan sudah mengetahui letak lokasi penyimpanan barang berharga itu, aku cukup prihatin denganmu duchess kecil!” ketawa mereka setelah mencolek genit dagu Wulan.
“Sial, apa mereka akan terus seperti ini? Ck, bisa tewas duluan aku!” batinnya menyesal akan pilihannya yang begitu gegabah masuk dengan sukarela ke kandang musuh.
.
.
Sedangkan di kekaisaran rapat besar-besaran sudah dilakukan oleh para kelima raja termasuk raja Damian sudah berkumpul di aula kekaisaran untuk membahas masalah peperangan yang sebentar lagi akan terjadi, mengingat pihak kekaisaran Devoka tak mau melakukan negosiasi.
“Pilihannya hanya dua, mengalah untuk mati atau perang untuk bertahan hidup! Saya sebagai raja yang dilantik dengan sumpah takkan rela untuk mengalah, mengingat banyak nyawa yang harus dilindungi di kekaisaran ini!” sahut seorang raja bernama Tyger Clar Valentino, dia adalah salah satu raja yang cukup disegani di kekaisaran Bathelia.
“Aku setuju dengan ucapanmu itu raja Tyger, kita tak bisa terlalu lembut! Mengingat harapan besar rakyat berada di tangan kita!” sela sang raja bernama Owain Gladstonius.
Mereka yang berada di sana mengangguk setuju, benar mereka tak bisa terlalu lembut dan kasihan, sudah jelas jika pihak Devoka begitu bersikeras untuk melakukan peperangan.
“Baik, maka aku putuskan bahwa kita menerima perang dari kekaisaran Devoka!”
Kaisar Jayden berdiri di atas balkon dengan pemandangan para prajurit kekaisaran yang sudah berbaris rapi. “Dengan ini kekaisaran Bathelia menerima perang dari kekaisaran Devoka!” teriak kaisar Jayden, lalu dibalas dengan jawaban yang serentak.
.
.
Setelah sekian lama penantian kini waktu yang telah ditunggu-tunggu olehnya akhirnya pun tiba, tutup matanya pun langsung di buka oleh seorang pria yang begitu dekat di depan wajah Wulan.
“We–”
Wulan hampir mengeluarkan kata-kata kasar saat membuka mata dengan wajah seseorang yang menatapnya begitu dekat, apalagi dengan jenggot panjang itu.
“Sungguh kau begitu cantik nona kecil! Tetapi sayang sekali, kamu harus mati ditanganku!” desisnya didepan wajah Wulan.
Wulan diam melirik sekitarnya, banyak para prajurit yang dirinya kenal termasuk seseorang yang membuatnya kaget!
….?
apakah wulan mati .....
lanjutkan berkarya.nya
jadi bagaimana seharusnya si Wulan bertindak....