Sistem Uang Tak Terbatas

Ririn, istri pertama. Ia tipe wanita yang menjalani kehidupan dengan seimbang dan damai.

Kiara, istri kedua. Memiliki sifat yang tenang. Namun, dia bisa sensitif dan sangat malu ketika bertemu dengan orang banyak. Selain itu, ia juga adalah seseorang yang sangat perhitungan. 

Laura, istri ketiga. Laura merupakan sosok wanita yang kuat dan mandiri. Ia suka menjadi pusat perhatian dan cukup percaya diri di depan umum.

Putri, istri keempat. Sangat cerdas dan rentan terhadap perubahan emosi. Dan sifat paling buruknya adalah ia tipe pencemburu.

Mia, istri kelima. Ia pribadi yang mandiri dan kuat secara emosional.

Sintia, istri keenam. Ia adalah tipe wanita yang benar-benar fokus pada masa depan. Sintia sangat teliti dan terorganisir.

Melly, istri ketujuh. Suka menggunakan kekuatan atau pengaruhnya untuk mencoba mewujudkan sesuatu. Ia tahu yang mana prioritas utama dan memastikan segala sesuatu berjalan dengan baik.

Meilani, istri kedelapan. Ia sosok pekerja keras dan mampu mencapai banyak hal dalam kehidupan pribadi dan profesional.

Nadia, istri kesembilan. Wanita yang paling dewasa dibandingkan yang lain. Ia selalu tahu apa yang harus dilakukan untuk sekarang dan masa depannya. Tapi, terkadang ia sering berdebat denganku dan tidak mau mengalah setelah tahu hubunganku dengan Melly, Vika, dan Meilani. Meski begitu, akhirnya ia takluk juga olehku.

Ayu rara, istri kesepuluh. Ia selalu fokus menata kehidupannya sendiri dan selalu tahu caranya untuk mengatasi masalah di masa lalu atau memulai sesuatu yang baru dari awal.

Santi, istri kesebelas. Wanita yang mudah terpengaruh atau dipengaruhi oleh orang lain.

Vika, istri kedua belas. Vika adalah pribadi yang energik dan bersemangat.

Jika aku pikirkan, masing-masing mereka mewakili setiap bintang zodiak yang berbeda. Aku tidak tahu apakah semua ini adalah kebetulan atau memang sistem telah mengaturnya.

Santi, Nadia, Ririn, Kiara, Ayu dan Mia berusia lebih tua 1-3 tahun dariku. Sisanya, Melly dan beberapa lainnya berusia lebih muda. Tapi, yang paling termuda tentu saja Meilani.

Setelah menikah denganku, Meilana masih lanjut sekolah dan bermain game. Kebersamaan kami paling banyak adalah saat aku menjemputnya pulang sekolah. Biasanya, kami mampir dulu ke pondok rahasia di taman kota.

Oh iya nih. Satu-satunya wanita yang jarang aku ceritakan adalah Nadia. Nadia sendiri adalah salah satu anggota tim E-sport milik Melly. Tidak ada alasan untuk kami menjalin hubungan, apalagi menikah. Tapi, suatu malam ia mengintipku yang sedang main dengan Melly dan Vika.

Semenjak saat itu, ia mencoba untuk melindungi junior-juniornya dan berusaha terus menjauhkan mereka dariku. Nadia benar-benar memiliki minus kesukaan yang sangat rendah. Lebih tepatnya, ia sangat membenciku. Ternyata, alasan dia begitu karena pengalaman buruk dari ayah tirinya.

Setelah menikahi ibunya, ayah tirinya selingkuh dan kabur dengan wanita lain ke luar negeri. Masalahnya, ia kabur membawa uang dan meninggalkan banyak hutang yang dilimpahkan pada ibunya.

"Hey Nadia! Aku memang bukan pria baik-baik,ku akan bertanggung pada semuanya," kataku saat hanya berdua di Gaming House.

"Apa maksudmu?" tanya Nadia tidak paham.

"Aku bisa membantumu untuk membalas dendam dan membayar hutang keluargamu," tawarku langsung ke intinya.

Seperti itulah yang mana akhirnya uang adalah solusi untuk hampir setiap masalah. Setelah aku berhasil membantu masalah hidupnya, Nadia pun sama saja dan menjadi milikku.

Beberapa tahun kemudian, akhirnya aku berhasil menyatukan seluruh klan setelah klan serigala dikalahkan. Kehidupanku juga semakin baik dan selalu stabil berkat selalu menjalankan tugas sistem. Juga, tak ada masalah dengan kehidupan rumah tanggaku yang memiliki banyak istri seperti kaisar.

Setelah beberapa tahun berlalu, aku juga dikarunia banyak anak yang sangat cantik dan imut-imut. Sayangnya, aku tidak mempunyai anak laki-laki satupun.

[Apakah Host ingin menukar semua saldo untuk undian berhadiah utama kehidupan kedua?]

"Kehidupan kedua? Apa maksudnya?" kataku cukup tercengang mendapat tawaran tersebut.

Sistem berkata bahwa aku sudah mencapai limit pengumpulan Saldo. Karena itu, aku punya beberapa pilihan. Yaitu, membiarkan sistem mencari host baru atau aku menukar semua prestasi dan SP untuk sebuah undian.

[Anda memiliki kesempatan untuk terlahir kembali di dunia yang berbeda dalam undian]

Jadi, aku punya dua pilihan, menghabiskan sisa hidupku dengan semua uang yang aku hasilkan dari berbagai misi, tapi aku akan kehilangan sistem dan menjadi manusia biasa lagi, atau mencoba peruntungan dengan undian. Namun, kemungkinan untuk gagal juga besar karena di undian tersebut terdapat banyak jebakan.

Yang paling buruk dari kegagalan undian tersebut adalah kematian atau menjadi gelandangan.

Jika aku gagal dan menjadi gelandangan, tentunya orang-orang akan melupakan tentang siapa aku dan menganggap diriku sudah lama meninggal atau tak pernah ada.

Mereka hanya akan ingat bahwa ada seseorang yang sudah memberi mereka kehidupan yang baik sebagai sosok yang lain - bukan aku.

Tapi aku sendiri sudah merasa jenuh dan berpikir bahwa kehidupanku cukup berantakan. Meskipun undian tersebut tidak menjamin akan membuatku mendapatkan kehidupan baru, tapi aku ingin mencoba menjalani kehidupan berbeda.

"Biarkan aku mencoba undian tersebut!" kataku sudah memutuskan.

Aku yakin bahwa keberuntunganku masih banyak dan ada beberapa alasan lainnya yang membuatku memilih untuk mencoba undian tersebut.

[Ding][Selamat, Host mendapat kesempatan untuk mencoba kehidupan baru!]

Pada kesempatan pertama, aku langsung mendapat hadiah utama. Tapi, sistem baru menjelaskan bahwa semua yang aku punya sudah hangus atau takkan bisa diambil lagi setelah ditukar dengan kesempatan mengambil undian tersebut. Intinya, hadiah-hadiah tersebut bukan hadiah tambahan, melainkan hadiah yang ku dapat setelah menukar semua yang aku punya dengan undian.

Jika aku gagal dan mendapat hadiah 500 juta SP atau hadiah lainnya. Semua yang sudah aku tukar tidak akan kembali meskipun itu tak sebanding dengan harganya. Itu seperti menghabiskan uang sampai 100 ribu untuk membeli lotre, tapi hadiah yang didapat cuma sebungkus snack ringan. Lol.

Aku merasa tertipu, tapi untungnya hadiah utamanya sudah berhasil didapatkan. Sekarang, semuanya sudah hangus dan yang aku punya hanya 3 hadiah yang baru kudapatkan barusan.

'Sebenarnya, aku cukup yakin akan mendapat hadiah utama karena sistem menyukaiku. Bisa jadi, undian ini adalah siasatnya agar bisa tetap mengikatku.'

...[Ding][Memulai kehidupan baru]...

Jiwaku mulai meninggalkan tubuhku, tapi ragaku tidak mati begitu saja. Itu masih hidup, tapi yang menggerakkannya bukan aku lagi.

kemudian, sambil menunggu proses kelahiran, aku bisa melihat gambaran kehidupan istri dan anak-anakku dalam cuplikan singkat. Yang jelas dan penting, mereka dapat menjalani kehidupan yang bahagia. Akhirnya, akhir dari cuplikan tersebut memperlihatkan aku yang meninggal setelah mencapai hari tua. Mungkin, seperti itulah kehidupan yang terjadi andai aku tidak memilih undian.

...[Ding][Sistem aktif][Apa kabar, Host?]...

Tahu tahu aku sudah menjadi anak berusia 7 tahun dan berada di kelas sekolah dasar. Itu bagus juga, aku tidak perlu mengalami bagaimana rasanya jadi bayi dengan mental atau pikiran orang dewasa.

"Tapi, apa yang sedang terjadi ini?" gumamku bingung.

Aku di kelilingi teman sekelas dan di depanku ada gadis kecil bernama Desi sedang menatapku dengan ekspresi bingung.

"Desi, kamu bilang bahwa Ian adalah pacar kamu. Kalau kamu tidak bohong, cepat cium dia!" desak teman-temannya.

Heh, apa kehidupan anak-anak sekarang memang seperti ini. Omong-omong, sistem memberitahu bahwa aku berada di dunia mirip dunia lamaku alias dunia paralel yang tidak jauh berbeda dengan Bumi.

Baru saja terbangun, aku sudah berciuman dengan gadis kecil. Tapi, aku rasanya sedang mencium anak atau cucuku sendiri. Desi hanya menempelkan bibirnya dan sangat kaku. Aku pun jadi pengen iseng padanya dan meladeni ciuman tersebut.

"Buka mulutmu," pintaku padanya.

Dengan polosnya, gadis kecil ini menurut dan aku pun langsung memasukan lidahku.

"Beginilah cara ciuman yang benar," gumamku saat melihat anak-anak kecil di kelas jadi terdiam.

Desi pun mendorongku dan berlari pergi, sementara aku hanya duduk lagi seolah-olah tak terjadi apa-apa. Ternyata, gadis kecil itu adalah murid kelas tiga, dua tahun lebih tua dariku. Anak-anak yang berkerumun barusan juga adalah teman-teman sekelasnya dan mereka ikut keluar.

"Ian, kamu gak papa?" tanya gadis kecil bernama Anisa, teman sebangku.

Aku sih biasa saja, tapi terkejut apakah kehidupan anak-anak memang seperti ini? Atau, semua ini karena aku berada di dunia berbeda?

Bersambung.