NovelToon NovelToon
Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Mengubah Takdir / Roh Supernatural
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

🍀
Sebuah rahasia akan selalu menjadi rahasia jika tak ada lagi jejak yang ditinggalkan. Namun, apa yang terjadi jika satu persatu jejak itu justru muncul kembali dengan sendirinya ? Akankah rahasia yang sudah terkubur akan terungkap kembali ?
Apakah itu semua berhubungan dengan mitos yang beredar bahwa ‘mereka’ akan selalu hadir di tempat yang paling mereka ingat selama hidup mereka ?
..
🍀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukti Yang Hampir Hilang

Nathan dan Regu C Putra ? Mereka masih tampak ditemani gelapnya malam menyusuri daerah di sekitar lokasi perkemahan. Tak jarang mereka mencoba menghubungi nomor ponsel Riza dan ketiga siswi itu, namun memang ketiganya tak bisa dihubungi.

“Ck. Za… Lu tuh di mana si ?” Nathan memijat kepalanya

Jalan setapak itu mereka lalui dengan was-was. Hingga ketika mereka tiba di tepi jembatan, Nathan meminta perhatian regu yang menjadi tanggung jawabnya

“Bentar, bentar. Gimana kalo kelompoknya kita bagi dua, biar cepet ? Kelompok pertama dari jembatan ke kiri, kelompok kedua dari jembatan ke kanan. Nanti kita kumpul lagi di sini” tanya Nathan

Untungnya, Regu C Putra ini tidak susah diatur. Mereka menyetujui ucapan Nathan dan perjalanan mereka berpisah di jembatan itu.

Sebenarnya, kondisi lingkungan di sekitar sana terlihat sama. Hanya terdapat banyak sawah dan semak belukar. Yang membedakan hanyalah keberadaan pemandian tua itu.

Nathan, Syafiq, Leo, dan dua orang peserta lain tampak berjalan ke arah pemandian. Sementara lima orang lain terlihat berbelok ke bagian kiri jembatan.

“Za…” suara Nathan cukup lantang

“Bang Riza…”

“Baannggg…”

Peserta yang lain saling bersahutan memanggil nama Riza memecah kesunyian tempat itu.

Malam itu, mereka memang melakukan penjelajahan namun jelas berbeda dengan rencana semula.

“Ayo terus cari” kata Nathan yang berjalan di pematang sawah

Untung saja Syafiq ingat untuk membawa sebuah senter tambahan. Karena jika hanya mengandalkan cahaya senter ponsel, rasanya pencarian mereka akan kurang maksimal. Senter yang jangkauan cahayanya cukup jauh itu Syafiq arahkan ke berbagai arah.

Pemuda itu berjalan menyusuri tepian sungai bersama Leo. Tepat ketika dirinya mengarahkan senter jauh ke depan sana, dirinya tersentak melihat objek yang terkena sorot cahaya senter.

“Huaaaa…” teriakan singkat Syafiq membuat Leo yang berjalan di depannya ikut terkejut. Bahkan senter yang di genggamannya tak sengaja terjatuh.

“Kenapa lu ?” Leo menatap Syafiq dengan penuh rasa sebal

“Itu…” ucapan Syafiq tertahan namun Ia mengangkat tangannya yang gemetar dan menunjuk sesuatu di depan sana

“Apaan sih ?” Leo tanpa ragu mengambil senter yang tergeletak di tanah, “mana ?” kata Leo lagi

Ketika Leo mengarahkan senter pada arah yang Syafiq tunjuk, dirinya pun ikut tercengang.

“Anjir !” kedua mata Leo membulat

Pantas saja Syafiq begitu gemetar dan terlihat pucat. Apa yang baru saja dilihat oleh kedua orang itu adalah lengan dari seseorang yang terbaring tak sadarkan diri serta terlihat berlumuran cairan berwarna merah.

Senter yang masih berada di tangan Leo kemudian Ia arahkan pada Nathan yang berjarak sekitar belasan meter di atas sana.

“Woi. Ngapain si ? Silau tau !” ceplos Nathan terdengar kesal

“Ke sini. Buruan” balas Leo

“Apaan ?”

“Buruan aja ke sini” hanya itu kalimat yang Leo ucapkan

Perhatian teman-temannya yang lain ikut teralihkan pada tingkah aneh Leo. Mereka ikut menghampiri Leo dan Syafiq yang berada di dekat sungai.

“Itu tuh !” Leo kembali mengarahkan senter dan mengarahkannya pada penemuan mereka

“Apaan tuh ?” Nathan tercengang

“Gas bang ?” tanya Leo

“Iya lah. Kita liat ke sono” balas Nathan

Dengan mengumpulkan sisa-sisa keberanian yang dimiliki, mereka bersama-sama mendekati objek yang benar-benar membuat mereka terkejut itu. Pelan tapi pasti, mereka akhirnya tiba di sana. Berbeda dengan Syafiq yang terduduk lemas di tempatnya

“Fobia, sialan” gerutu Syafiq

Dan sesuatu yang mencengangkan kembali mereka lihat. Sosok yang terbaring tak sadarkan diri di tempat itu adalah Riza, salah satu orang yang masuk daftar pencarian mereka. Kondisinya begitu memperihatinkan. Luka-luka di tubuhnya tampak begitu menyakitkan.

“Bang… Gimana ni ?” Leo menatap Nathan dengan panik

“Bentar. Gua ragu kita bisa gotong dia. Kalian berdua kabarin Pak Bayu, deh. Minta tandu” ucap Nathan pada anggota Regu C Putra yang lain

“Oiya. Kita belum kabarin tim yang tadi ke arah sono, bang” kata Leo

“Astaga. Ya udah. Kita panggil mereka ke sini” balas Nathan

Akhirnya Nathan, Leo, dan Syafiq terlihat meninggalkan Riza tetap dalam kondisi yang sama seperti bagaimana Riza ditemukan.

#

Di lain tempat, Pak Damun tampak mengemudikan mobil dengan diliputi perasaan aneh. Dari raut wajahnya terlihat jelas bahwa rasa ragu dan was-was menguasai hati dan pikirannya.

Pada aplikasi penunjuk jalan di ponselnya, terlihat bahwa Pak Damun semakin mendekati titik akhir perjalanan.

“Kenapa nama desa ini diubah ?” gumam Pak Damun ketika menyadari dirinya hampir tiba di tempat yang menjadi tujuannya.

#

Tiba di depan rumah Pak Sartawi, Pak Miko mengabaikan semua keraguan dan memberanikan diri mengetuk pintu rumah.

“Permisi… Pak Tawi…” untuk kesekian kalinya Pak Miko memanggil Pak Sartawi

Setelah cukup lama, Pak Sartawi akhirnya muncul dari balik pintu menjawab panggilan Pak Miko. Pak Sartawi berdiri di ambang pintu sambil menyilangkan tangan di dada.

“Anu. Maaf Pak-” Pak Miko membuka percakapan

“Saya bilang juga apa…” Pak Sartawi memotong ucapan Pak Miko dengan percaya diri

“M-maksud Bapak ?” Pak Miko kurang yakin dengan ucapan Pak Sartawi

“Ada kejadian aneh kan di sana ?” Pak Sartawi kembali membuat Pak Miko kebingungan, “iya kan ? Bukannya kamu ke mari buat minta bantuan saya ?” Pak Sartawi terus menatap Pak Miko

“Sebetulnya… Anak murid saya ada yang hilang, Pak…” Pak Miko menatap Pak Sartawi dengan rasa putus asa terlihat jelas dari raut wajahnya, “bahkan murid yang lapor ke saya juga ikutan hilang. Pikiran saya udah gak tenang, Pak”

Setelah mendengar ucapan Pak Miko, alih-alih merasa iba, Pak Sartawi justru terdengar menertawakan kesedihan Pak Miko.

“Haha… Dari awal juga udah saya bilangin. Siapa yang curi kalung anak saya ? Kalung itu gak mungkin diambil warga desa sini” kata Pak Sartawi

“Memangnya kalung itu sebegitu pentingnya ? Ini tentang hidup mati anak murid saya, Pak” Pak Miko meninggikan suaranya sembari mendekati kaki Pak Sartawi

“Bapak mending ikut saya” Pak Sartawi mengajak Pak Miko memasuki rumahnya.

Dan dengan ragu, Pak Miko mengikuti langkah kaki Pak Sartawi masuk ke dalam rumahnya. Hingga keduanya tiba di sebuah ruangan kamar yang terlihat tak asing.

Bu Karti pun tampak berada di kamar itu menghadap dupa yang menyala di salah satu sudut kamar.

Pak Sartawi tampak membuka sebuah lemari dan mengeluarkan sebuah foto dari bawah tumpukan baju di dalam sana.

Pak Miko terdiam seribu bahasa. Ia masih belum selesai mencerna semua yang ada di hadapannya.

“Ini kamar anak saya” ucap Pak Sartawi seraya memberikan selembar foto hitam putih ditangannya itu pada Pak Miko

Pada foto itu terlihat sepasang anak murid SMA yang tersenyum dengan lebar. Kebahagiaan terpancar jelas dari tatapan kedua orang didalam foto itu. Tunggu, jika diingat-ingat lagi, foto itu terlihat sama dengan foto yang beberapa waktu lalu Pak Damun bawa.

“I-ini Pak Bayu, kan ?” Pak Miko tercengang setelah beberapa saat menatap foto pemberian Pak Sartawi

“Dia orang yang bikin anak kami pergi dari rumah” tiba-tiba Bu Karti yang menjawab ucapan Pak Miko

“Hah ?” kedua mata Pak Miko melebar

Kemudian, Pak Sartawi bercerita bahwa dua puluh enam tahun lalu kehidupan mereka hanya seperti kehidupan petani sederhana pada umumnya. Namun, ketika hubungan putri mereka yang bernama Vina dengan anak kepala desa waktu itu terungkap, semuanya berubah total.

Benar. Dahulu, Pak Damun-lah yang menjabat sebagai Kepala Desa di desa itu. Kesenjangan sosial yang begitu kentara diantara dua keluarga itu sangat ditentang oleh Pak Damun. Sebab selain dihormati sebagai Kepala Desa, Pak Damun juga dikenal sebagai ‘orang sakti’ yang memiliki ilmu diluar kewajaran manusia.

Pak Sartawi juga menambahkan, Vina sempat berpamitan untuk mengunjungi Pak Damun di kediamannya. Namun, mereka tidak pernah menyangka bahwa momen itu adalah momen terakhir mereka melihat Vina. Karena setelah itu, Vina tak pernah kembali pulang ke rumah itu. Dan karena hal itu, Pak Sartawi dan Bu Karti memutuskan untuk tak akan pernah merenovasi rumah mereka. Mereka khawatir suatu saat Vina akan kembali dan akan sekulitan menemukan rumahnya.

Tetapi, pada suatu malam, Bu Karti sempat bermimpi aneh. Beliau bermimpi bahwa dirinya melihat Vina terus berada di sekitaran sungai dan terlihat mencari-cari barang sambil terisak.

“Kalung dari Bayu jatuh ke mana ? Jangan ilang…” kalimat itu yang Bu Karti dengar dalam mimpinya

Sebenarnya, Pak Sartawi dan Bu Karti mengetahui wujud kalung itu karena sempat melihat Vina mengenakannya dengan kegirangan. Dan setelah menceritakan mimpi anehnya pada Pak Sartawi, keduanya sepakat menyajikan sajen di dekat sungai dan membiarkan kalung itu berada di sana sesuai petunjuk dari seorang ‘orang pintar’ yang ternyata ilmunya belum setara dengan Pak Damun.

“Saya yakin, Bapak gak bakal percaya semua cerita saya” kata Pak Sartawi pada pak Miko setelah bercerita cukup panjang

“Enggak, Pak. Dari awal saya pikir emang ada yang aneh…” Pak Miko memijat keningnya, “jadi, anak-anak murid saya gimana, Pak ?”

Pak Sartawi kemudian mengambil nafas dalam. “Jawabannya ada di teman Bapak dan orang tuanya.”

“Maksud Bapak, ini ada masih ada hubungannya sama Pak Bayu sama Pak Damun ?” tatapan Pak Miko membulat

“Benar. Cuma mereka. Lebih tepatnya cuma Pak Damun yang bisa mengakhiri kejadian ini. Karena semua ini memang ulah Pak Damun” Pak Sartawi terdengar begitu percaya diri, “gimana ? Bapak mau semuanya jadi normal lagi, kan ? Makanya itu, bilang sama Pak Damun buat beresin semua perbuatan dia”

Pak Miko terdiam seribu bahasa. Meski hatinya memang merasa bahwa semua yang terjadi kala itu sangat tak masuk akal, namun pikirannya masih belum percaya bahwa Pak Bayu dan Pak Damun ikut terlibat dalam cerita yang ‘tak biasa’ itu.

“Saya gak bisa nuduh Pak Bayu atau Pak Damun terlibat kayak gitu-gituan” ucap Pak Miko

“Ya udah. Bapak bisa buktiin sendiri ucapan saya” pungkas Pak Sartawi

Kedua pria dewasa itu akhirnya terlihat berjalan beriringan menuju area perkemahan yang jaraknya tak begitu jauh dari rumah Pak Sartawi.

1
Xxxcyzz
cerita nya bagus lanjutkan kak
Flyrxn: mungkin next time bikin cerita horor lagi /Determined/ cerita yang ini udah end kak /Cry/
btw thank you, seneng rasanya kalo ceritanya disukain /Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!