Setelah pembantaian yang terjadi di desanya, dua gadis kecil entah bagaimana bisa selamat.
Setelah itu, karena takut para pelaku akan kembali, mereka diam-diam meninggalkan desa tempat kelahiran mereka.
Namun, sebuah insiden kembali menimpa keduanya yang membuat mereka berpisah.
Sang kakak perempuan 'Seina' memiliki pertemuan misterius yang akan mengubah jalan hidupnya.
Demi balas dendam, demi adiknya, Seina memulai perjalanannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilachuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gereja Roh Kudus (2)
Pengelihatanku memudar.
Saat aku tersadar, itu sudah berada di tempat yang sama sekali tidak kukenal.
“Fufu… kau benar-benar dikalahkan ya?”
Kemudian suara familiar itu terdengar.
Aku menoleh hanya untuk melihat sosok ilusi Lumiere-sama dan wujud pohon emas raksasa Kogane-sama disana.
“Tempat ini?”
“Ini adalah dunia mental milikmu. Bagaimana? Sudah sangat berbeda dengan yang terakhir kali bukan?”
Aku mengangguk.
Itu memang menjadi jauh lebih indah dari terakhir kali aku melihatnya.
“Apa yang terjadi denganku?”
“Heh~, sepertinya kau tidak begitu paham ya. Kepalamu baru saja terpenggal oleh si 666 itu loh.”
“E-eh, ahh… aku ingat!”
Iya, tepat setelah aku keluar dari kegelapan yang dibuat 666, aku menyadari bahwa pandanganku tiba-tiba berputar.
Jadi benar ya kalau kepalaku terpenggal.
“Ngomong-ngomong Lumiere-sama, apakah aku masih bisa diselamatkan?”
“Fufufu… tidak perlu khawatir. Kau telah menembus evolusi tahap pertama dan masuk ke evolusi tahap kedua. Kondisi ini akan memulihkan setiap luka yang kau terima.”
“Be-benarkah? Tapi, jika aku tidak menembus tahap pertama, apa yang akan terjadi?”
“Apa yang terjadi bukanlah masalah besar. Lagipula kau sudah bukan lagi manusia. Jika itu adalah vampir biasa, maka ada kemungkinan bahwa kematian akan menimpa mereka. Namun berkatmu diwarisi dariku, Leluhur Vampir Bulan Darah. Asalkan jantungmu tidak hancur sepenuhnya, atau tubuhmu di pisahkan dan tersegel secara terpisah, kematian tidak akan diizinkan bahkan jika kau menginginkannya.”
“H-heh~ itu sangat hebat ya…”
Sepertinya aku sedikit meremehkan apa itu makhluk abadi.
Jika luka fatal yang seperti itu sama sekali tidak berarti, maka aku tidak perlu menjadi terlalu panik.
“Tapi, ingatlah untuk tidak bertindak sembarangan. Karena meski kau akhirnya mengerti kehebatan dari makhluk abadi, beberapa hal harus tetap diwaspadai. Aku tidak akan menyebutkan namanya sekarang, tapi memang ada senjata yang diciptakan secara khusus untuk melenyapkan kita para makhluk abadi.”
“Emm, aku mengerti.” jawabku dengan tegas.
Lumiere-sama tersenyum dan mengangguk, sebelum melanjutkan.
“Untuk sekarang, evolusi tahap kedua sedang dimulai. Aku akan membuatmu beristirahat untuk sementara waktu.”
“Istirahat? Seperti yang waktu itu? Tapi, bagaimana dengan Rose-san dan Riel?”
“Bukan masalah. Aku yang akan menggantikan dirimu untuk membantu mereka.”
Sebelum aku dapat mengatakan sesuatu, Lumiere-sama telah meletakkan jari telunjuknya di dahiku.
Kemudian, aku terjun dalam tidur lelapku.
…
Di tempat yang sama, tubuh Seina yang berantakan mulai dibungkus oleh gumpalan darah layaknya ulat dalam kepompong.
Tidak butuh waktu lama sebelum itu mulai menggeliat dan sebuah lengan merobeknya dari dalam.
Lalu, yang keluar berbeda dari sosok Seina yang biasanya, ia saat ini memiliki tampilan yang sedikit berbeda.
Mengesampingkan tubuh telanjangnya yang indah, rambut hitamnya saat ini tergerai hingga punggungnya. Bagian tubuh yang selalu menjadi duri juga telah memiliki bentuk yang sempurna.
Tinggi badan dan wajahnya masih sama, namun bibir merah dan warna mata merah darah di kedua irisnya menunjukkan kalau itu bukanlah Seina.
Benar, itu adalah Lumiere yang meminjam tubuh fisiknya.
“Fumu… seperti yang diharapkan dari penerusku. Meski masih tidak sebanding denganku, ia memiliki penampilan yang memikat semua makhluk fana di dunia.”
Lumiere mengibaskan tangannya, dan aura merah darah menyelimuti tubuhnya sebelum berakhir menjadi gaun one piece merah tua.
“Baiklah, mari kita mulai ronde kedua, 666!”
***
Apa yang dikatakan Riel begitu tiba-tiba dan sangat mengejutkan.
Ini membuatku semakin sadar bahwa situasinya semakin gawat dari yang diperkirakan.
'Seina-san, bertarung melawan pria bertudung hitam dengan putus asa.’
Aku tahu seperti apa kemampuan individu yang dimiliki Seina. Bahkan jika dibandingkan dengan para pengawal Countess Valancia, ia mungkin beberapa tingkat di atas mereka.
Namun, setelah mendengar bahwa ia langsung terkena serangan telak pada percobaan pertama, itu berarti apa yang dia lawan pasti sangat kuat.
Mungkin saja itu ada di level yang sama dengan pemimpin algojo gereja roh kudus yang aku lawan.
Jika memang begitu, maka peluang menang yang dimilikinya akan sangat kecil.
Karena itu, aku memutuskan untuk mengakhiri kesibukanku dengan cepat.
Tapi aku tidak menyangka halangan akan terus berdatangan.
Mungkin karena sudah menyadari situasinya, taktik mereka segera berubah. Bahkan beberapa menggunakan obat-obatan untuk dengan paksa meningkatkan kekuatan mereka.
Jadi, bukannya bisa mengakhirinya dengan cepat, kami semua malah disudutkan oleh kelompok mereka.
“Rose-san, ini benar-benar buruk.” (Riel)
“Aku tahu. Tapi, kita tidak bisa menyerah begitu saja.” (Rose)
“Anu, Rose-san, kan? Kenapa kamu begitu bersikeras melindungi kami semua?” (Valancia)
“Itu bukan sesuatu yang aku putuskan. Aku hanya mengikuti permintaan rekan satu party-ku saja.” (Rose)
“Temanmu?” Countess Valancia memiringkan kepalanya seolah bingung dengan apa yang aku ucapkan.
Namun, aku harus memperjelas situasi yang kami hadapi sekarang.
“Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Aku akan keluar semua. Karena itu, kalian berusahalah sekuat mungkin untuk membentuk pertahanan.”
“Dimengerti!”
Aku menyarungkan wakizashi milik Seina-chan dan mengeluarkan senjata yang sudah lama tidak kugunakan.
Memejamkan mataku, aku merasakan aliran mana yang hangat menyelimuti tubuhku.
“Pedang Suci!”
Saat aku berteriak, kobaran api muncul tanpa peringatan.
[ Hell Flame Ignition telah diaktifkan. ]
Itu kemudian menyelimuti tubuhku dan berkumpul di tanganku untuk membentuk sebuah perlengkapan.
[ Battle Mode telah diaktifkan. ]
Kemudian, gaun milikku digantikan oleh jubah putih dengan rona keemasan. Ditangan kananku, sebuah Longsword menyala dengan berkat yang telah lama tidak kutunjukkan.
“I-ini?”
“Ke-kesatria suci kerajaan?!”
“Rose-san, jangan-jangan? Rose yang itu?”
Aku menghiraukan perkataan orang-orang Countess Valancia dan segera menantang para algojo gereja roh kudus.
“Mari kita selesaikan secepatnya!”
“Kesatria suci kerajaan ya? Ini cukup mengejutkan. Tidak heran tingkat kekuatanmu tidak berada pada tempatnya.”
'Tarian Kabut Pengapian!’
Aku tidak ingin meladeni permainan kata darinya, karena itu aku menjawabnya dengan serangan tajam.
Tapi aku sudah menduga itu saja tidak akan cukup untuk menghabisinya.
Aku menerjang barisan mereka dan mulai membunuh satu persatu bawahan dan Lesser Demon dengan pedangku yang menyala-nyala.
Namun semakin aku masuk ke dalam, semakin sulit bagiku untuk menjangkau pemimpinnya.
Aku tahu dia pasti merasakan bahaya atau mungkin menunggu bala bantuan, karena itu dia memutuskan untuk terus menghindar.
Tapi, aku tidak akan membiarkannya lepas begitu saja.
[ Inferno Flame! ]
Swoosshh~, Blarr.
Jalan api selebar dan sepanjang puluhan meter terbentuk. Itu tanpa ampun menghantam pasukan algojo gereja roh kudus bersama para iblis panggilannya.
Namun saat aku berharap serangan itu menjangkau pemimpinnya, aku merasakan suasana yang agak tidak menyenangkan.
Benar saja, di ujung barisan pasukan yang hangus itu, sebuah perisai yang terbuat dari elemen gelap berdiri kokoh di tempatnya.
“Yah, yah, 665, kukira hanya aku yang bertemu seorang gadis merepotkan, tapi kau malah bertemu dengan gadis yang lebih berbahaya.”
Kemudian aku mendengar nada bicara yang tenang.
Itu adalah sosok lain tampak berdiri di samping pemimpin algojo gereja roh kudus tepat setelah perisai itu menghilang.
“666, kondisimu benar-benar mengerikan.”
Seperti yang dikatakan oleh pemimpin algojo gereja roh kudus atau 665, kondisi pria yang disebut 666 itu cukup mengerikan.
Tidak hanya jubahnya berantakan, darah juga berceceran di lengan kirinya yang terpotong. Sepertinya dia telah melewati pertarungan besar sebelum menuju ke tempat ini.
“R-rose-san, itu adalah lawannya. Dia adalah orang yang menyerangku dan Seina-san!”
Tubuhku menegang mendengar suara Riel.
Pria yang dilawan Seina-chan ada di tempat ini?
Kalau begitu, apa yang terjadi dengan Seina-chan?
“Bajingan! Apa yang terjadi pada Seina-chan?!”
Aku tanpa sadar mulai berteriak.
Ini membuat orang-orang menatapku dengan kejutan di wajah mereka.
“Oh, gadis itu ya? Dia benar-benar lawan yang merepotkan. Namun, sayang sekali dia harus menemui ajalnya di usia yang begitu muda.”
Menemui ajalnya?
Tubuhku bergetar mendengar jawaban tenang yang keluar dari mulutnya.
Apiku mulai bergejolak tak terkendali.
Apakah ini akan berakhir seperti terakhir kalinya?
Apakah rekanku akan mati begitu saja?
Tanpa aku bisa melakukan apapun untuk membantu mereka?
Tidak, aku akan membalaskan kematiannya!
“Graaahhhh!!!”
Aku meraung dan menarik wakizashi Seina-chan dengan tangan kiriku.
Kemudian, dengan Flame of Retribution menyala di tangan kiri dan Hell Flame Ignition di tangan kananku, aku mulai berlari menuju kedua orang itu.
Slash, Slash, Slash.
Swoosshh~
Tebasan demi tebasan aku ayunkan dengan kuat. Bahkan aku menggunakan api suciku untuk menutup jalan keluar mereka berdua. Tapi aku tahu itu tidak cukup untuk mencabik-cabik mereka sepenuhnya.
Dentang, Dentang.
Keduanya bekerja sama dengan keras untuk memblokir rentetan serangan pedang yang aku kerahkan.
Itu karena keduanya tahu bahwa mereka bukanlah tandinganku dalam pertarungan satu lawan satu.
Tapi, semakin banyak mereka memblokir serangan itu, serangan selanjutnya akan berkali-kali lebih tajam dan lebih berat dari serangan tersebut.
“Oi, oi, oi, apa kau bercanda? Apa-apaan monster ini, 665?”
“Apa maksudmu? Kaulah yang memprovokasinya!”
“Cihh, dialah yang bertanya, dan aku hanya menjawabnya. Bagaimana bisa aku yang disalahkan?”
“... 666, gunakan itu. Jika tidak, kita tidak akan selamat untuk serangan selanjutnya!”
“Cihh… aku tahu!”
Tak, Glek.
Lalu, saat aku telah mengambil keuntungan penuh dalam pertarungan itu, suara menelan itu terdengar.
Aku menyadari ada sesuatu yang salah dan langsung menarik diri dari jangkauan serangan mereka.
Benar saja, sebuah aura gelap secara misterius mulai meningkatkan kekuatan keduanya hingga beberapa tingkat. Ini persis dengan apa yang terjadi pada para bawahan lainnya.
“Baiklah, mari kita mulai—”
Boommm.
666 belum menyelesaikan kalimatnya, dan sesuatu jatuh memisahkan kami bertiga.
“Baiklah, mari kita mulai ronde kedua, 666!”
Dengan seringai kejam, seorang gadis berambut hitam panjang menantang dengan gaun merah tuanya yang berkibar.