" Aku menyukaimu Ran. Aku sungguh-sungguh mencintaimu?"
" Pak, eling pak. Iih ngaco deh Pak Raga."
" Ran, aku serius."
Kieran Sahna Abinawa, ia tidak pernah menyangka akan mendapat ungkapan cinta dari seorang duda.
Duda itu adalah guru sejarah yang dulu mengajarnya di tingkat sekolah menengah atas. Araga Yusuf Satria, pria berusia 36 tahun itu belum lama menjadi duda. Dia diceraikan oleh istrinya karena katanya menderita IMPOTEN.
Jadi bagaiman Ran akan menanggapi perasaan pria yang merupakan mantan guru dan juga pernah menjadi kliennya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DDI 32: Dilarikan Ke Rumah Sakit
Tok tok tok
" Mas ... Mas Raga!"
Ceklek ceklek ceklek
Ran mengetuk pintu rumah Raga dengan sedikit lebih keras. Ia tahu saat ini Raga ada di kamar sehingga mungkin tidak bisa mendengarkan ada orang yang mengetuk pintu.
Ran kembali memanggil Raga, namun tidak ada sahutan dari dalam rumah. Ran kemudian mengambil ponselnya dan mencoba untuk menelpon, tapi Raga juga tidak menjawab panggilannya. Rasa panik sekarang menguasai akal pikiran Ran. Ia memiliki dugaan yang aneh-aneh terhadap Raga. Kekhawatiran semakin memuncak saat ia kembali mengetuk pintu dan memanggil Raga namun tetap hening.
" Mas! Mas Raga!" Ran kembali mencoba untuk terakhir kalinya. Jika tidak ada reaksi apapun, maka dengan terpaksa ia akan mendobrak pintu rumah pria itu.
Ceklek!
" Ran."
Bruk
Pintu rumah terbuka, dan Raga langsung ambruk menimpa tubuh Ran. Keringat dingin keluar dari tubuh pria itu. Tanpa berpikir panjang lagi, Ran langsung memapah Raga menuju ke mobil. Tujuannya adalah rumah sakit tentunya. Raga harus mendapatkan perawatan medis.
Dengan hati-hati Ran meletakkan Raga di kursi penumpang, ia juga memasangkan sabuk pengaman dan mengatur kursi agar Raga merasa nyaman. Walaupun bisa Ran lihat bahwa saat ini pria itu kesakitan.
" Maaf Mas, aku sungguh minta maaf."
Brummmm
Ran langsung mengemudikan mobil tersebut. Ia harus cepat sampai di rumah sakit. Di jalan ia menghubungi Neha--putri pertama Dokter Nataya, saat ini Neha sedang menjalani residen tahun terakhir di RSMH.
" Iya kak, aku di sini. Kebetulan jaga malam di ER."
" Beberapa menit lagi aku ke sampai. Tolong jemput di depan pintu ER."
Tuuuut
Ran memutuskan panggilannya, ia yakin Neha pasti sudah paham akan apa yang harus ia siapkan. Berkali-kali Ran melihat ke arah Raga, wajah pria itu semakin pucat dan keringat dingin terus saja keluar. Raga juga terlihat sedang kesakitan saat ini sambil memegangi perutnya.
" Pasti ada luka dalam. Huuft, kenapa aku jadi bodoh gini sih."
Ran kembali merasa bersalah, namun saat ini ia harus berpikir rasional. Yakni dengan segera sampai ke rumah sakit karena Raga harus segera ditangani.
Ckiiit
Mobilnya berhenti tepat di depan emergency room. Terlihat Neha dan beberapa perawat sudah ada di sana dengan brankar yang siap untuk membawa Raga masuk ke dalam.
" Kenapa Kak?"
Ran mendekatkan telinganya ke arah Neha. Ia menceritakan secara singkat apa yang terjadi dengan Raga. Neha mengangguk cepat. Ia tentu paham karena hal tersebut memang hal biasa yang ia ketahui. Apalagi nama adiknya juga disebut.
" Tunggu sini ya Kak, aku akan melakukan pemeriksaan menyeluruh. Kayaknya ada bagian dalam perutnya yang kena. Tapi percayalah semua akan baik-baik aja."
Ran menganggu, dia sudah sampai di rumah sakit saja itu sudah sangat bersyukur. Walau lagi-lagi dia merasa bersalah karena telat membawa Raga.
Selagi menunggu Ran menghubungi orang rumah. Ia yakin saat ini Abi dan Ummi nya meras khawatir. Terlebih tadi dia tidak menjelaskan apapun terhadap sang ibu yang melihatnya berlalu pergi.
Ran masih menunggu. Ia takut jika Raga mengalami sesuatu yang parah. Ran jadi mengingat ungkapan hati Raga pagi tadi. Sungguh dia tidak menyangka jika pria itu akan mengalami hal yang seperti ini.
Tap tap tap
Sraak
Ran langsung berdiri dari duduknya saat melihat Neha keluar dari ruang penanganan. Dan tidak lama kemudian Raga pun ikut dibawa keluar dengan infus yang sudah ada ditangannya.
" Neha, jadi gimana keadaan Mas Raga?" tanya Ran yang sudah tidak sabar ingin tahu kondisi Raga.
" Ada cedera di perut kak. Otot perutnya tidak sampai robek tapi meregang. Dan ini yang membuat nyeri tak tertahankan. Untung nggak ada tulang rusuk yang patah. Ada beberapa memar di perut juga. Mungkin karena tindakan medisnya agak telat jadi buat tubuhnya langsung drop gitu. Rawat inap ya kak untuk beberapa hari, nanti kita kasih penyangga perut biar otot-otot perutnya kembali pulih."
" Oke, aku ke bagian administrasi dulu ya. Thanks Neha."
Neha mengangguk, ia lakukan meminta para perawat untuk membawa Raga ke ruang rawat VIP.
Sedangkan Ran, ia bernafas lega karena meskipun kondisi Raga sekarang tidak bagus tapi tidak ada luka yang serius.
Setelah membereskan semua administrasinya, Ran langsung menuju ke kamar rawat Raga. Ruang VIP yang ada di RSMH memiliki bad tambahan, sehingga Ran bisa beristirahat di sana. Ya, malam ini dia memutuskan untuk menjaga Raga. Karena Ran pikir siapa lagi kalau bukan dirinya. Orang tua Raga tidak ada di sini, dia juga tidak punya sanak saudara. Mengingat hal tersebut Ran menjadi merasa kasihan pada pria itu.
Sepertinya hidup Raga di kota ini benar-benar sendiri. Sekalinya menikah, dia sudah bercerai karena punya istri macam Rena. Rupanya banyak hal kurang baik di hidup duda baru itu. Dan sungguh hal-hal tersebut mengganggu pikirannya.
" Mas, aku nggak tahu apa yang aku rasain ke kamu sekarang. Tapi jika boleh bilang, aku pengen kamu bisa bahagia juga. Meskipun kelihatannya kamu baik-baik saja selepas bercerai, tapi aku yakin kamu kesepian. Jauh dari orang tua, nggak punya sanak saudara dan bahkan tidak ada tempat untukmu mengeluh dan berbagi kisah. Aku pengen jadi tempatmu untuk berkeluh kesah. Selamat tidur mas, semoga hari esok lebih baik dari hari sekarang."
Entah mendapat dorongan dari mana, Ran mengecup singkat kening Raga. Ia juga membenarkan posisi tangan dan selimut. Rasanya ada yang tidak nyaman di hatinya melihat Raga terbaring lemah saat ini. Sedihkah? Entah, Ran sendiri masih menelaah apa yang ia rasakan.
Tapi yang jelas ia ingin melihat Raga tidak sendiri, ia ingin pria itu juga bisa merasakan hangatnya keluarga seperti keluarga nya. Tanpa Ran ketahui, apa yang ia lakukan di dalam ruang rawat itu dilihat oleh dua orang yang sedang berada di luar kamar.
TBC