Gracella Eirene, gadis pendiam yang lebih suka bersembunyi di dunia imajinasi, Ia sering berfantasi tentang kehidupan baru, tentang cinta dan persahabatan yang tak pernah ia rasakan. Suatu hari, ia terpesona oleh novel berjudul 'Perjalanan cinta Laura si gadis polos', khususnya setelah menemukan tokoh bernama Gracella Eirene Valdore. Namun, tanpa ia sadari, sebuah kecelakaan mengubah hidupnya selamanya. Ia terbangun dalam dunia novel tersebut, di mana mimpinya untuk bertransmigrasi menjadi kenyataan.
Di dunia baru ini, Gracella Eirene Valdore bertemu dengan Genta, saudara kembarnya yang merupakan tokoh antagonis utama dalam cerita. Genta adalah musuh tokoh utama, penjahat yang ditakdirkan untuk berakhir tragis. Gracella menyadari bahwa ia telah mengambil alih tubuh Grace Valdore, gadis yang ditakdirkan untuk mengalami nasib yang mengerikan.
- Bisakah Gracella Eirene Valdore mengubah takdirnya dan menghindari nasib tragis yang menanti Grace Valdore?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afizah C_Rmd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 6
*Pov Asherga*
"Manis, menggemaskan" gumam Asherga Darius Sanford sambil tersenyum melihat Grace yang berjalan menjauh. Dia menguntit Grace dari kejauhan, matanya tak berkedip menatap sosok mungil itu. Asherga terpesona oleh kecantikan Grace yang luar biasa. Dia tak pernah menjumpai wanita seindah Grace seumur hidupnya.
"Siapa dia?" batin Asherga sambil menggerakkan rahang nya. Dia ingin mengetahui lebih banyak tentang Grace. Asherga merasa tertarik padanya, dan dia ingin mengetahui siapa Grace sebenarnya.
Asherga Darius Sanford bukan siapa siapa. Dia adalah anak tertua dari Gibran Astor Sanford dan Wilia Arkesa Sanford, keluarga terkenal dan salah satu keluarga bangsawan terkaya di dunia. Keluarga Sanford juga merupakan pemimpin mafia terkuat di dunia ( The Sanford blood Diamond). Asherga dibesarkan di lingkungan yang keras dan kejam. Dia diajarkan tentang kekuatan, kekuasaan, dan kekejaman. Dia diajarkan untuk menguasai segalanya dan untuk tak pernah menyerah.
...----------------...
- POV Grace:
"Ugh, aku lelah banget!" Grace menghela napas, menjatuhkan tubuhnya ke kursi empuk di kafe. Aroma kopi dan kue yang baru dipanggang memenuhi hidungnya, menenangkan rasa lelahnya setelah berkeliling mall seharian. Matanya terpejam, menikmati kesejukan AC kafe yang kontras dengan terik matahari di luar. Ia ingin menikmati waktu sendiri sebelum pulang ke rumah.
Cahaya lampu remang-remang kafe menciptakan suasana yang nyaman dan tenang. Musik jazz mengalun lembut di latar belakang, menambah nuansa romantis di kafe yang ramai dengan pengunjung. Grace suka suasana kafe ini, tenang dan nyaman.
"Mau pesanan apa, Nona?" Seorang pelayan berpakaian rapi mendekati meja Grace.
"Cokelat panas, Cake Berry," jawab Grace sambil tersenyum.
Pelayan itu mencatat pesanan Grace dan kemudian berlalu. Grace kemudian mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi media sosial. Dia menggulir berita dan foto dari teman-temannya, sambil mencoba menghilangkan rasa lelahnya.
"Grace, lo udah lama di sini?"
Suara akrab terdengar di telinga Grace, ia menoleh ke arah asal suara tersebut.
"Sudah 1 abad" sarkasme Grace malas dan acuh.
Mendengar nada suara Grace, Anara tau dia sudah membuatnya kesal dan memilih tak menjawab.
Anara Clavis, atau Nara, adalah sahabat masa kecil Grace. Selama ini Nara tinggal di Bandung, tetapi mereka berdua masih sering berhubungan lewat media sosial. Kemarin, Grace mendapat pesan dari seseorang yang mengajak ketemu di tempat seperti biasa. Setelah dicek, ternyata itu adalah Nara. Nara akan tinggal di Jakarta karena ayahnya akan dipindahkan tugas ke sini bulan depan. Sebenarnya, Nara seharusnya baru pindah bulan depan, tetapi setelah mengetahui ayahnya akan pindah, ia langsung memutuskan untuk pindah ke Jakarta terlebih dahulu.
Ayah Nara sendiri adalah salah satu komandan kepolisian.
"Gimana, keadaan lo sekarang? Setelah liat gue, lo ingat gue kan?" tanya Nara, mengalihkan pembicaraan
"Seperti yang lo lihat, gue gak ingat," jawab Grace acuh.
"Hah, Eren, jangan acuh gitu dong! Senyum kek yang manis," bujuk Nara.
Mendengar itu, Grace hanya memutar bola matanya malas dan berdehem sebagai jawaban, tapi tak urung ia tersenyum tipis.
"Oh ya, lo tau mulai besok gue akan masuk ke sekolah lo, tau?" seru Nara bahagia.
"Apa? Kok bisa?" kaget Grace. Bukannya ia tidak mau satu sekolah dengan sahabat kecilnya, hanya saja menilai dari sikap Nara yang cerewet dan agresif, ia pasti akan pusing tujuh keliling.
"Heh, gak usah kaget gitu juga kali. Yang pasti apapun yang gue mau pasti bakal terwujud," kesal Nara dan narsisnya.
"Hehehe, gue juga berharap semoga kita bisa satu kelas, jadi gue gak perlu khawatir gak ada teman baru nanti. Oh iya, Kak Genta mana? Seharusnya lo ajak kek, kan gue kangen berat tau?"
"Serah gue lah, dan satu lagi gue berharap sebaliknya."
"Atuh atuh, sakit hati dedek mbak."
Mendengar suara manja sok lembut dan sedih itu, ingin rasanya Grace muntah dan membuangnya ke sungai Amazon.
Saat itu, pelayan datang membawa pesanan Grace.
"Ini pesanan Anda, Nona," kata pelayan sambil meletakkan cokelat panas dan cake berry di meja.
"Terima kasih," jawab Grace.
"Silakan dinikmati," kata pelayan sambil tersenyum ramah.
Pelayan itu kemudian berlalu, meninggalkan Grace dan Nara berdua.
"Jadi, lo beneran mau masuk sekolah gue?" tanya Grace, sambil menyeruput cokelat panasnya.
"Iya, dong! Kenapa? Lo gak mau punya temen baru?" jawab Nara dengan semangat.
"Bukan gitu, gue cuma takut lo bakal ngeganggu gue di sekolah," jawab Grace sambil terkekeh.
"Heh, lo pikir gue bakal ngeganggu lo? Gue kan sahabat lo!" jawab Nara, sedikit tersinggung.
"seperti nya" judes Grace
"Lo tenang aja Gue janji gak bakal ngeganggu lo," jawab Nara sambil mengangkat tangan kanannya.
"Serah lo, lagian gue gk yakin lo gak bakal tenang tanpa ganggu gue" Sahut Grace tenang
"Nah itu tau, hahaha"
Grace dan Nara kemudian menghabiskan waktu dengan menikmati suasana kafe sambil menikmati cokelat panas dan cake berry mereka, di tambah kecerewetan Nara yang terkadang di sahut singkat dan terkadang dingi, hal itu tak membuat Nara sedih, ia sudah mengenal Grace dari kecil jadi ia sudah terbiasa dengan segala sikap Grace yang terkadang berubah ubah.
**Disisi lain, tanpa mereka sadari, mereka telah menjadi pusat perhatian bahkan dari awal Grace memasuki kafe. Bagaimana tidak, penampilannya yang cantik dan acuh tak membuat penampilan manis dan menggemaskannya berkurang, malah semakin membuat karakternya menarik.
Mengenakan sweater hoodie bertelinga kucing dengan gambar kucing lucu dan celana jeans ketat, wajah putihnya bersinar dengan mata sipit yang tajam, bibir merah alami yang menggoda, bulu mata lentik yang menawan, dan pipi chubby yang menggemaskan. Entah bagaimana cara menggambarkannya, kalau saja wajah Grace memiliki ekspresi, pasti akan membuat orang-orang mimisan. Tapi justru wajahnya yang datar dan sedikit dingin, yang membuatnya semakin misterius dan menarik.
Di sudut ruangan, "The Sanford Tiger Reign" mengamati Grace dengan tatapan tajam. Mereka berlima, mengenakan pakaian hitam dengan detail merah darah yang menakutkan. Tengkorak naga yang dijahit di dada mereka menunjukkan kekejaman mereka, dan gambar darah yang menetes di lengan mereka menambah kesan menakutkan. Rambut mereka dipotong pendek dan berantakan, menunjukkan kebrutalan mereka.
"Lihat dia, Bro," bisik salah satu anggota geng dengan nada yang menawan. "Dia sangat cantik, ekspresi tidak sesuai dengan penampilan nya yang menggemaskan."
"lo benar, dia terlalu cantik," kata anggota lainnya sambil mengagumi ciptaan tuhan yang tak jauh dari mereka
"Aku ingin mengetahui rahasia di balik wajah datarnya itu."
"gue pengen nyamperin si cantik, siapa tau bisa jadi pacar"
"Heh, lo gak layak buat si cantik mending sama gue"
"kalian berdua sama sama gak layak"
"terus yang layak siapa"
"ya gue lah, Kevin Abraham si cowok paling ganteng"
"yeeee" sahut Tio dan yoga bersamaan melihat sikap narsis Kevin mendengar
"Diam" Tegur Shankara Arion Sanford dingin dan tegas membuat mereka diam seketika.
...----------------...