NovelToon NovelToon
Suamiku Om-Om Galak

Suamiku Om-Om Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Contest / cintapertama / perjodohan / nikahmuda / cintamanis
Popularitas:13.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

Belum kering luka hatinya setelah kehilangan kedua orangtuanya dalam waktu berdekatan, Baby Aurora, seorang gadis remaja berusia 19tahun harus dihadapkan pada perjodohan dengan pria yang sama sekali tidak disukainya.

Galak, kasar dan pemarah, itulah sosok Damar Bimasakti di mata Baby.

Sedangkan dalam pandangan Damar, Baby hanyalah barang mentah di mana ia akan keracunan jika memakannya.

Akankah dua karakter yang bagai air dan minyak ini menyatu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mau Apa Kamu Kemari?

“Bunda, aku bersedia menikahi Baby. Terserah Bunda mau kapan saja waktunya. Aku siap, Bun,” ucap Damar kepada Bundanya.

“Kamu yakin, Mar?” Bunda Yasmin hendak memastikan.

“Yakin, Bun.”

Melihat keadaan Baby tadi, Damar menjadi merasa sangat bersalah. Sebab secara tidak langsung, dirinya turut andil menjadi penyebab kepergian Bu Rinda.

Jika saja dirinya tidak mengancam Baby dengan video aksi demo itu, Baby tidak akan nekat menjual biola pemberian ayahnya yang membuatnya bertengkar hebat dengan sang ibu. Dan tentu Bu Rinda tidak perlu keluar rumah dan menjemput mautnya sendiri.

Bu Rinda ditabrak dengan mobil oleh seseorang yang tidak dikenal, saat dalam perjalanan menuju sebuah toko perhiasan. Ia hendak menjual perhiasan miliknya untuk menebus biola milik Baby yang baru saja dijual. Dalam penyesalan, Damar menyadari keegoisannya, yang memanfaatkan kepolosan Baby untuk terhindar dari perjodohan mereka.

Sebenarnya Damar tidak benar-benar akan menayangkan aksi demo yang melibatkan Baby. Ia juga tidak masalah dengan biaya perbaikan kamera yang rusak. Semua ancamannya semata hanya karena ingin terbebas dari perjodohan itu.

Mata Damar melirik ke arah pintu sebuah kamar. Sejak pulang dari pemakaman ibunya siang tadi, Baby tak kunjung keluar kamar. Padahal kini waktu sudah menunjukkan pukul lima sore

"Bunda!"

"Hem ..."

"Coba Bunda lihat Bam ... Baby di kamar. Dia lagi apa, dari tadi nggak keluar kamar."

Bunda Yasmin ikut melirik ke arah pintu. Raut wajahnya terlihat khawatir. Bahkan gadis belia itu belum makan apapun sejak semalam, walau pun Bunda Yasmin sudah memaksanya.

"Dia pasti sangat terpukul, Mar. Baru beberapa bulan lalu dia kehilangan ayahnya, sekarang ibunya. Siapa yang tidak sedih dengan keadaan seperti itu."

Damar menganggukkan kepala, setuju dengan ucapan Bunda Yasmin. "Tapi kan dia belum makan dari semalam, Bun. Kalau dia sakit gimana?"

"Kamu lihat deh, Mar."

"Kok aku, Bun?"

"Ya kamu kan calon suaminya."

Damar menepuk dahinya pelan sambil menghela napas panjang. Ia hampir saja lupa bahwa tadi berkata bersedia menikahi Baby.

"Ya sudah." Dengan terpaksa, Damar berdiri dari duduknya menuju sebuah kamar. Setelah mengetuk beberapa kali sambil memanggil nama Baby, ia tak kunjung mendengar sahutan.

Damar membuka pintu sedikit, pandangannya menyapu seisi kamar. Di dalam sana Baby sedang duduk di sisi tempat tidur sambil memandangi biolanya. Tiba-tiba rasa bersalah itu kembali merasuk. Damar benar-benar merasa seperti orang jahat.

Baby memang tidak menangisi kepergian ibunya. Tak setetes pun air matanya terjatuh sejak semalam. Namun, kesedihan yang begitu dalam dapat terlihat dari sorot matanya. Di usia remaja telah kehilangan segalanya dan hidup sebatang kara.

Belum lagi ia masih berstatus mahasiswa dan belum memiliki penghasilan. Biaya hidup selama ini hanya mengandalkan gaji pensiunan sang ayah yang merupakan seorang pegawai negeri sipil. Namun, kini ibunya telah tiada. Artinya tidak ada lagi yang bisa diharapkan.

"Mar, ini makanan buat baby, coba bawakan." Bisikan Bunda Yasmin membuyarkan lamunan Damar. Laki-laki itu segera meraih nampan makanan yang dibawa bundanya, kemudian masuk ke dalam kamar.

Damar meletakkan makanan yang ia bawa dan ikut duduk di sisi Baby.

"Kamu makan dulu, ya. Dari malam kan belum makan apa-apa."

Hening.

Baby tidak menjawab.

"Baby ..."

"Aku mau sendiri."

Kalimat yang baru saja terucap dari bibir Baby pun menegaskan bahwa gadis itu sedang tidak ingin diganggu.

"Ya sudah, aku keluar. Tapi nanti makan, ya." Lagi-lagi Baby hanya diam membisu.

Damar akhirnya keluar, meninggalkan Baby seorang diri. Saat tatapannya bertemu dengan Bunda Yasmin, ia hanya mengedikkan bahunya lalu kembali duduk di sisi sang bunda.

"Damar ..."

"Iya, Bun."

"Bagaimana kalau kamu menikahi Baby setelah tahlilan hari ke tujuh ibunya? Baby tidak mungkin tinggal sendirian di sini terus. Dan kita tidak bisa membawa Baby untuk tinggal bersama kita sebelum kalian menikah. Kamu tahu kan betapa kepo nya tetangga kita?"

"Terserah Bunda. Aku ikut apa kata Bunda."

"Baiklah, bunda akan siapkan segalanya."

"Tapi tanya anaknya dulu, Bun. Kali Baby punya pacar."

"Nggak mungkin lah Baby punya pacar."

Damar menoleh pada Bunda Yasmin. Dari sorot matanya seakan meragukan ucapan sang bunda. "Bunda tahu darimana?"

"Kalau Baby punya pacar, mana mungkin ibu nya titip Baby ke kamu?" ujar Bunda Yasmin dengan penuh keyakinan. "Lagi pula temannya Baby tidak ada yang ke pemakaman. Kalau Baby memang punya pacar, pasti dia datang kan?"

"Iya juga sih. Lagian mana ada yang mau sama Bambang, Bun. Sudah pecicilan, tengil, de ..." Damar tidak melanjutkan lagi ucapannya setelah mendapat pelototan mata dari bundanya. "Iya, ampun." Sambil mengacungkan dua jari sebagai lambang peace.

Tok Tok Tok

Terdengar suara ketukan pintu, membuat obrolan ibu dan anak itu terhenti.

"Mar, kamu lihat dulu di depan siapa yang datang, bunda mau ke dapur."

"Iya, Bun." Damar segera berdiri dari duduknya menuju pintu untuk melihat ada siapa di sana.

"Selamat sore. Ada Beb..." Ucapan pria yang berdiri di ambang pintu tiba-tiba menggantung setelah menyadari siapa yang membuka pintu.

Mata Damar mendelik, menatap seorang pria tampan setengah bule di hadapannya. Betapa tidak, pria yang kira-kira seusia dirinya adalah anak pemilik stasiun tv tempatnya bekerja, sekaligus sahabatnya.

"Loh, Mar ... Ngapain kamu di sini?" tanya nya heran.

"Kamu yang ngapain ke sini?"

"Bukan urusan kamu!" jawab Damar ketus, membuat pria yang akrab disapa Ryu itu meliriknya dengan ketus.

"Minggir, ah ... Aku mau masuk!" Ryu mencoba menerobos, namun Damar tidak memberi celah.

"Mau apa dulu kamu kemari?"

"Bukan urusan kamu!" balas Ryu. Lalu mendorong Damar dan langsung masuk begitu saja. "Orang perlunya sama pemilik rumah ini juga."

Pertanyaan demi pertanyaan pun bermunculan di benak Damar. Ada hubungan apa sahabat sekaligus musuhnya itu dengan Baby.

"Baby ada di kamarnya. Dia lagi nggak mau diganggu siapapun." Damar mengekor di belakang Ryu. Ucapannya yang menekan kata 'siapapun' malah tak membuat Ryu bergeming.

Laki-laki itu mengetuk pintu pelan-pelan. "Baby ... Buka pintunya!" Ia menunggu beberapa saat, lalu kembali memanggil. "Baby ..."

Damar membeku di belakang punggung Ryu. Entah mengapa timbul rasa kesal mendengar Ryu memanggil nama Baby. Terlebih, laki-laki itu memanggil dengan sangat lembut seperti memanggil sayang. Ingin rasanya Damar mengganti nama Baby.

"Namanya Bambang, bukan Baby!"

🌼🌼🌼🌼

1
Andryani Sinaga
Luar biasa
Salsa Billa
ngulg yg ini🥰
@bimaraZ
parah si ryu...
@bimaraZ
Damar berhak atas baby kan sdh sah...
@bimaraZ
bagus
~Ni Inda~
Cerita dong Dam sm dokter Willy jg si botak
Kali aja Zian ada ide gila
~Ni Inda~
Nah benar kan
Sampai seburuk ini psikisnya Baby
Luka tubuhnya mungkin bs cpt sembuh...tp tdk dg luka batinnya
Dan kau Damar...penyebab luka batinnya
Mungkin benar kt Bunda...lbh baik kalian pisah & Bunda yg menemani Baby
~Ni Inda~
Benar Bund
Damar umurnya aja yg tua..tp pikirannya pendek
~Ni Inda~
Sadarmu telat Damar
Baby memilih menyusul Ayah & Ibunya drpd tersiksa lahir batin krn mu
~Ni Inda~
😭😭😭
~Ni Inda~
Bullsh*t 😡
Klw sayang gak gt caranya Damar
Kesal sm Tria & Ryu..tp melampiaskannya sm Baby
Ot*kmu dimanaaa
~Ni Inda~
Sampai disini paham kan yg bilang kenapa Baby suka kabur²an
Mentalnya blm kuat..msh remaja dia...butuh diperhatikan & disayangi..bkn dibentak² apalagi diperlakukan layaknya pemerk*saan
Apalagi blm 10 hari Ibunya meninggal
Sakit banget jd Baby 😭😭😭
~Ni Inda~
Dasar gak sadar diri
Klw ada d dpn aku bakal aku bejek² itu muka
Sri
pake play victim sih, ehh malu sendiri kan
Wayan Ayu
mertua idaman.
Aceng Saepudin
Luar biasa
Wani Ihwani
makasi tor cerita di novel mu seru dan keren semua,,tapi aku dah baca hampir semua
Wani Ihwani
markonah kamu aja dulu tega an sama si bambang
Wani Ihwani
baik nya hati Ryu 💓💓
Wani Ihwani
emang embun bodiguard
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!