Joanna terbangun dari tidurnya dan seketika dia terjaga di masa sepuluh tahun ke depan, melintasi waktu dan mendapati dirinya harus menikahi pria beranak satu yang merupakan kakak iparnya bernama Javiero.
Mungkinkah pernikahannya akan bahagia dengan Javiero, sedangkan dia dikirim untuk mengemban misi rahasia dari organisasi pengendalian siluman.
Joanna datang ke masa depan karena dia mendapat tugas rahasia dari organisasi, mencari Kruze dan memburunya untuk ditangkap serta dibawa pulang kembali ke masa mereka hidup, sebab Kruze telah mencuri pusaka Luchnos milik organisasi pengendalian siluman yang ditakutkan Kruze akan menjadi siluman terkuat dengan tujuan untuk menguasai dunia ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Suatu Kebetulan Yang Berkesan
Joanna tercekat diam.
Bersembunyi di balik lemari besi dengan duduk berjongkok.
Hendak bergerak pergi dari tempatnya bersembunyi tapi urung dia lakukan karena terlihat ujung senjata api berkilat dari tangan Javiero.
"Rupanya Javiero memegang senjata api, aku terpaksa tidak bisa beralih tempat sekarang", ucap Joanna.
KLANG !
Tiba-tiba Javiero mengarahkan tembakannya ke arah lemari besi tapi hanya menyerempet tidak sampai menembus lemari besi.
Joanna tersentak kaget sembari sekilas menolehkan pandangannya ke arah tembakan tadi.
Terpaksa Joanna menahan nafasnya. Diam tertegun menatap ke arah kilatan ujung dari senjata api yang dipegang oleh Javiero.
GLEK !
Joanna berusaha menelan ludah.
Meski tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan ketahuan oleh Javiero tetap Joanna berusaha berpikir jernih, untuk mencari jalan keluar dari ruangan arsip ini.
Joanna perlahan-lahan meraih pistol Glock 17 miliknya dari dalam sarung senjata apinya dengan tangan gemetaran.
"Tapi mana mungkin aku menembaknya...", gumam Joanna.
Joanna memutar otaknya cepat, berpikir cerdas lalu mengambil keputusan tepat. Dia juga tidak mungkin bertanya pada Meta Pin 117 karena akan segera ketahuan jika dia berada di dekat sini.
Laser mata robot bekerja cepat, mengarah lurus ke arah Javiero kemudian beralih ke sekeliling ruangan arsip yang agak gelap, yang hanya diterangi oleh cahaya temaram.
Menganalisa waktu yang tepat untuk bergerak dari posisinya berada.
TIT... !
TIT... !
TIT... !
Lensa mata robot mengarah lurus ke arah pintu keluar ruangan arsip dengan sudut koordinat tepat menghadap luar ruangan yang terbuka luas.
Joanna segera bersiap-siap beranjak dari tempatnya bersembunyi.
SATU...
DUA...
TIGA...
Joanna bergerak cepat ke arah pintu untuk keluar pada saat Javiero menghadap ke arah lain.
"BERHENTI !"
Teriak Javiero dengan suara lantang.
Joanna langsung menghentikan langkahnya dan berdiri terdiam menatap luar ruangan arsip.
"Siapa kamu ?", tanya Javiero.
Tidak ada jawaban dari Joanna, dia hanya memilih untuk diam.
"BICARA PADA KU !!!", teriak Javiero.
Tetap Joanna tidak merespon panggilan Javiero.
"BERBALIK PADA KU !", ucap Javiero.
Sorot mata Javiero menatap tajam ke arah Joanna tapi pria tampan itu tidak mengetahui jika wanita yang ada di hadapannya adalah Joanna.
"BERPUTAR LAH CEPAT !!!", bentak Javiero.
Joanna tidak bereaksi sedikitpun dengan ucapan Javiero, hanya berdiri membelakanginya.
Keringat mulai mengalir pelan dari raut wajah Joanna yang berubah pias serta memucat.
"CEPAT ! JIKA TIDAK AKU AKAN MENEMBAK MU !", kata Javiero dengan nada mengancam.
Joanna hanya berjalan mundur secara perlahan-lahan.
"TIDAK ! BERPUTAR LAH DAN BERBALIK LAH MENGHADAP KU !!!", ucap Javiero.
GLEK... !
Joanna menelan ludahnya, dengan sangat hati-hati dia memutar tubuhnya ke arah Javiero.
Saat ini posisi keduanya saling berhadap-hadapan satu sama lain.
Sejenak suasana menjadi hening.
Javiero tersentak kaget saat melihat seorang wanita asing berdiri di hadapannya.
Seorang wanita mengenakan kacamata bening dengan ukuran tebal berbentuk persegi sedang menatapnya lurus.
Javiero lalu bertanya pada wanita itu.
"Siapa kamu ?", tanya Javiero.
Joanna tidak menjawab pertanyaan Javiero dan tetap terdiam seraya mengangkat kedua tangannya ke atas.
"Jawab aku !", ucap Javiero.
"Aku kesini untuk urusan penting..., kebetulan sekali aku bertemu dengan mu disini...", sahut Joanna.
"Katakan yang sejujurnya !", kata Javiero.
"Sudah aku katakan maksud kehadiran ku di ruangan ini karena aku sedang mencari sesuatu... !?", lanjut Joanna.
"Benarkah !?", ucap Javiero menyelidik.
"Kenapa kamu masih tidak percaya pada ku !?", kata Joanna.
"Hanya saja kamu muncul secara tiba-tiba dan mencoba lari tadi...", sahut Javiero.
Javiero masih mengarahkan senjata apinya ke arah Joanna tanpa dia tahu jika wanita yang ada di depannya adalah Joanna Hamilton, wanita yang menjadi istri sahnya.
"Karena aku refleks saja tadi saat melihat mu ada di dalam ruangan ini dan aku segera berinisiatif untuk lari", sahut Joanna.
Sorot mata Joanna menatap sendu ke arah Javiero.
"Apakah kami berdua akan menjadi seteru di kehidupan ini ? Meski kami telah terikat hubungan pernikahan ?"
Gumam Joanna dalam hatinya saat memandang teduh suaminya.
"Ucapan mu cukup meyakinkan sehingga aku agak terpengaruh untuk percaya pada mu", kata Joanna.
Joanna tersenyum tipis saat mendengarnya, terkesan ucapan Javiero hanya lah kiasan untuk dirinya agar terlena.
"Wajar..., jika kamu tidak mempercayai ku, begitu sebaliknya aku yang seharusnya juga lebih mewaspadai mu...", sahut Joanna.
Javiero tertawa ringan kemudian kembali berbicara.
"Mewaspadai ku itu memang perlu karena aku tidak meyakinkan diri mu bahwa aku adalah lelaki yang aman untuk mu", kata Javiero.
"Dan kata-kata mu menandakan bahwa diri mu bukan lah laki-laki yang bisa dipercaya meski kau telah berpasangan, begitu !?", ucap Joanna.
Javiero kembali tertawa saat Joanna menyahut ucapannya.
"Ucapan mu terkesan bahwa diri mu cemburu pada ku, nona", sahut Javiero.
"Oh, iya !?", ucap Joanna agak terkejut. "Bagaimana kamu dapat menyimpulkan bahwa aku cemburu pada mu, tuan muda !?", sambungnya.
"Dari nada bicara mu serta kata-kata yang kamu ucapkan seakan bahwa diri mu sedang mencemburui ku", kata Javiero.
"Kamu membuat ku terkesan...", sahut Joanna.
"Katakan pada ku tujuan mu di sini !", ucap Javiero.
"Perlu aku tegaskan bahwa aku tidak harus menjawab pertanyaan mu, bukan !?", kata Joanna.
"Wow !?", sahut Javiero.
Javiero mengangkat kedua alisnya ke atas seraya menatap tajam Joanna yang bersembunyi di balik penyamarannya.
"Yah... ! Aku harus pergi sekarang karena tidak ada lagi urusan disini...", kata Joanna.
"Setidaknya kita akan keluar dari tempat ini secara bersama-sama", sambung Javiero.
"Hah !? Kau benar-benar tidak mempercayai ku dan masih menaruh curiga pada ku !?", kata Joanna.
"Aku tidak pernah menaruh koin emas ku dalam satu keranjang yang sama karena setiap keranjang akan memiliki resiko kerentanan untuk hancur", sahut Javiero.
"Artinya kamu benar-benar tidak pernah mempercayai siapapun", ucap Joanna.
"Adakah seseorang yang bisa kita percayai seperti layaknya diri kita sendiri...", kata Javiero.
"Yeah... Mungkin benar seperti yang kamu katakan...", ucap Joanna. "Karena tidak ada seorangpun yang bisa kita percayai selain diri kita sendiri, bukan !?, sambungnya.
Javiero hanya terdiam lalu berkata.
"Baiklah, nona ! Kita akan keluar dari ruangan arsip ini bersama-sama sampai aku benar-benar merasa aman !", kata Javiero.
Javiero masih menodongkan senjata apinya ke arah Joanna Hamilton.
Tampak jika pria tampan itu tidak mempercayai Joanna sama sekali sehingga sikapnya sangat waspada.
"Terserah padamu, kalau kau merasa yang kamu lakukan itu membuat mu aman, tuan muda !", ucap Joanna.
Joanna tersenyum samar tetapi dia merasa harus segera pergi dari gedung pemerintahan Ottawa ini sebelum seluruh kamera pengawas kembali aktif.
"Apa kita akan pergi sekarang ?", lanjut Joanna bertanya.
Joanna mengalihkan pandangannya ke arah atas, memeriksa keadaan di bagian atas ruangan.
Di atas ruangan terdapat beberapa lampu yang menyala temaram sedangkan lampu lainnya tampak mati.
Joanna berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa keadaan di dalam ruangan arsip ini aman dari kamera pengawas. Karena dia pribadi tidak ingin berurusan dengan penjaga keamanan gedung pemerintahan Ottawa, dan hal itu dia menganggapnya akan mempersulit dirinya untuk kembali lagi ke tempat ini.
Pada saat dia membutuhkan informasi lainnya di gedung pemerintahan Ottawa.
Bukan suatu kebetulan baginya nanti karena jika pihak gedung mengetahui ada arsip yang hilang dari lemari penyimpanan maka pihak pemerintahan Ottawa akan memperketat penjagaan disini. Dan mungkin saja akan memburunya.
lanjut lah..
Good Job author ❤️