Cintaku, Mentok Di Perjaka Tua

Bukannya menyadari perbuatannya, Agatha malah merasa kesal dengan ulah Lita. Agatha kemudian juga masuk ke mobilnya sendiri dan melajukan menuju ke suatu tempat. Saat ini hanya tempat itu yang ada dalam pikirannya.

Ting tong

Sebuah pintu di buka, tampak seorang pria tersenyum lebar saat melihat Agatha berdiri di depan pintunya.

" Hay beb, apakah hari ini free. mengapa jam segini sudah mendatangiku."

" Sean, biarkan aku masuk dulu oke."

Sean tersenyum simpul. Ia tentu paham, hanya dengan melihat wajah Agatha saja dia bisa menebak kalau wanita itu tengah dalam mood yang tidak baik.

Agtha melemparkan tas tangannya dan menjatuhkan tubuhnya di atas sofa empuk milik Sean. Dari arah samping, Sean datang dengan membawa sebuah nampan yang berisi dua gelas kecil dan sebotol wine. Pria itu duduk di sebelah Agatha lalu menuangkan wine tersebut ke dalam gelas dan memberikannya kepada Agatha.

" Minumlah, kau sedang kesal kan?"

" Kamu memang selalu ngerti aku Sean. Thank You."

Glek glek glek

Agatha langsung meminum habis wine yang ada di gelas tersebut. Ia kemudian meletakkan gelasnya ke atas meja dan langung mencium bibir Sean dengan penuh gairah.

" Wohooo, apa ini. Sabar baby."

" Aku sedang kesal Sean, bisakah kamu menghilangkan rasa kesal ku ini hmmm."

Sean tersenyum penuh arti. Ia mengangguk dan langsung mengangkat tubuh Agatha tanpa melepas ciuman mereka lalu membawanya ke kamar.

" Pagi ini aku milik mu sepenuhnya baby."

Agatha tersenyum. Satu demi satu ia menanggalkan bajunya sendiri. Pagi ini Agatha begitu agresif. Ia memimpin permainan, tapi Sean sungguh menyukainya. Ia selalu suka jika Agatha berada diatasnya. Semua tubuh Agatha akan bergerak dan membuat Sean semakin menggila.

" Lebih cepat baby."

Agatha tersenyum, ia menaikan tempo permainannya sehingga membuat Sean mengerangg kuat. Satu hal yang mereka lupa keduanya sama-sama tidak menggunakan pengaman. Sean menyemburkan benihnya di rahim Agatha.

Kini Sean yang mengambil alih permainan. Ia membalik tubuh Agatha dan saat ini Agatha berada di bawah kungkungan Sean.

" Sekarang nikmati permainanku. Aku yakin kau akan gila baby."

" Lakukan Sean, aku sudah tidak sabar."

Keduanya sungguh bermain sepuasnya. Entah sudah berapa kali mereka melakukannya. Dan, keduanya tidak sadar berapa banyak benih itu dikeluarkan dan masum ke rahim Agatha.

" Sudah, mari kita istirahat."

Sean berkata pelan. Tenaganya sudah habis. Ia juga melihat Agatha mulai terpejam. Sean menarik selimut lalu menutupi tubuh Agatha yang polos.

Pria itu bangkit dari atas ranjang dna menuju ke kamar mandi. Ia membersihkan tubuhnya lalu mengambil baju untuk dia pakai. Sepintas ia melihat wajah Agatha. Jika sebelumnya ia hanya bersenang-senang, kali ini ada perasaan lain dalam hati pria itu.

" Sepertinya aku mulai menyukaimu. Benar-benar suka. Atau mungkin aku memang sudah sayang padamu Agatha Cyntia. Tapi apakah kamu mau menerimaku?"

Sean membuang nafasnya kasar. Ia tahu betul bagaimana perangai Agatha. Sama-sama berkecimpung di dunia model, Agatha yang memiliki popularitas tinggi selalu memandang kecil model lain. Setiap kali ada fashion show, dia tidak pernah mau satu back stage dengan model lainnya. Agatha selalu ingin diperlakukan khusus.

" Akan sulit bagiku memilikimu. Aku hanya sekedar tempatmu bersenang-senang."

🍀🍀🍀

Pertemuan komunitas pecinta alam berlangsung lancar. Kali ini Paundra bebas memandangi Jani karena tidak ada Sella di sana. Ya Sella tidak ikut dengan komunitas tersebut. Jelas itu bukan kegiatan yang disukai oleh gadis tersebut.

Tapi Jani acuh saat Paundra memandanginya. Ia tidak menanggapi setiap kode yang diberikan oleh Paundra.

" Baiklah seperti yang sudah kita putuskan bahwa week end ini kita akan mengadakan camcer atau camping ceria di puncak. Kalian jangan lupa untuk hadir ya. Kita akan membahas beberapa ham nanti. Ya anggap saja semacam raker."

Ketua komunitas membacakan agenda untuk camcer akhir minggu besok. Selain acara ramah tamah, merek juga akan mengadakan penanaman seribu pohon. Sebenarnya inilah poin pentingnya. Semua anggota menyambut gembira rencana tersebut. Tidak terkecuali Paundra. Ia yakin acara akhir minggu itu dapat mendekatkan dirinya kepada Jani.

Namun di sisi lain Jani agaknya ragu mau ikut. Bagaimanapun saat ini dia sudah bersuami. Walau pernikahan mereka diatas perjanjian dna salah satu perjanjian mengatakan bahwa tidak boleh mencampuri urusan masing-masing tapi entah mengapa Jani merasa tidka nyaman jika pergi meninggalkan Charles untuk acara besok.

" Kenapa Jan, lesu amat." Tari yang dadar bahwa Jani berekspresi lain itu langsung bertanya.

" Kayaknya gue nggak ikut deh." Jani menjawab pelan.

" Laah, ini kan wajib. Lagian tumbenan nggak ikut. Biasanya lo paling rajin kalau ada acara keluar gini."

Jani terdiam apa yang dikatakan eh Tari itu memang benar adanya. Biasanya ia bersemangat setiap ada kegiatan keluar. Tapi entah mengapa sekarang tidak. Gadis itu pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia kemudian mengambil ponselnya hendak mengirimi Charles pesan tapi urung karena Paundra berjalan mendekat dan duduk di sebelahnya.

" Kayaknya seru ya camping gitu, apalagi kalau sekalian naik gunung. Kapan-kapan boleh yuk naik gunung. Gimana Jan?"

" Ehmmm biasa aja sih. Aku sering soalnya naik gunung sama abang-abang ku. Bahkan bukan hanya gunung daerah Jabar sini, gunung Jateng dan Jatim pun aku udah pernah."

Glek

Paundra menelan saliva nya dengan susah payah. Niatnya ingin menarik perhatian Jani dengan memperlihatkan bahwa dirinya juga suka olah raga alam tampaknya gagal total. Dari apa yang gadis iti katakan sangat terlihat bahwa Jani lebih berpengalaman. Paundra oun kembali diam. Ia jelas tidak bisa berbicara apapun.

Tari terkekeh geli melihat ekspresi Paundra. Tapi sahabat Jani itu berusaha untuk tidak memperlihatkannya. Tari bersusah menahan tawanya agar tidka menarik perhatian orang lain di sana.

" Emang enak, mau sok-sok an ternyata yang aku di sok in lebih sok. Nah gimana tuh."

Jani hanya menggelengkan kepalanya mendengar bisikan Tari. Ia tahu betul sahabatnya itu tangah membicarakan Paundra. Tapi lagi-lagi Jani acuh. Saat ini yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana mengatakan hal ini kepada sang suami.

" Dibolehin nggak ya ikut?"

TBC