Semasa Joanna kecil ia tidak pernah menyukai kehadiran anak-anak laki-laki yang tinggal satu rumah dengannya. Namun, ketika duduk dibangku SMA Joanna merasa dirinya merasakan gejolak aneh. Ia benci jika Juan dekat dengan orang lain. Ia tidak bisa mengartikan perasaannya pada laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16 : Who Is Stalker?
...- happy reading -...
...***...
"Hah jadi ada stalker gitu?" Saka menatap Juan tidak percaya, begitu juga Gerald dan Yuda yang nampak terkejut.
Juan mengangguk cepat.
"Gue rasa dia juga satu sekolahan deh sama kita."
"Gila lo? Siapa anjir yang ngelakuin hal nekat kaya gitu?" Gerald menimpali.
"Ya mana gue tau, orang gue sering dapet sticky notes di loker meja, sama susu cokelat yang sama setiap harinya." Juan meremas rambutnya dengan frustasi.
"Gila sih, mending lo laporin ke bokap nyokap lo, kasih tau Joanna sekalian." Saka memberi usul dan diangguki oleh Gerald.
"Iya tuh, Joanna kan Kakak lo. Dia juga perlu tahu" Sahut Yuda. Namun Juan justru ragu dengan usul itu, ia teringat dengan jaket hitam yang Joanna kenakan malam itu.
Tapi untuk apa memangnya Joanna menerornya? Apa sebenci itu kakak nya itu padanya?
"Iya nanti deh gue pikir pikir lagi."
"Tenang, kalo lo butuh bantuan kita pasti kita bantuin. Lo ga boleh diem terus oke?" ujar Saka.
***
Di rumah
"Juan paket kamu dateng nih!!"
Juan berlarian ke bawah dengan bersemangat, paket berisi jaket yang ia pesan sudah sampai.
"Makasih Bunda!"
Juan kembali berjalan ke kamarnya dan mulai membuka paket yang masih terbungkus rapih dengan plastik. Kotak di dalamnya ia buka, terdapat jaket yang ia pesan di dalamnya.
"Loh dapet stiker?"
Juan melihat potongan kertas di bawah dus jaket itu dan mengambilnya, namun saat di balik justru foto dirinya yang terpampang disana.
"Ini..."
Tangan nya bergetar, ada 3 foto disana. Foto ia saat di kelas, fotonya saat di kantin, dan fotonya saat sedang menunggu jemputan, bahkan ada teman teman nya disana. Seketika Juan merinding, bagaimana bisa foto yang diambil secara diam diam itu ada di dalam paket serumnya?
"Juan!" Juan menoleh ke arah pintu, suara Bunda memanggil dari bawah.
"Ini paket kamu dateng lagi, kamu belanja apa lagi? "
Seketika Juan terdiam. la hanya memesan jaket dan tidak membeli apa apa lagi. Lalu apa yang datang itu? Apa mungkin salah alamat?
Pintu kamar terbuka, disana Joanna datang dengan paket berbungkus plastik hitam di tangan nya.
"Nih, belanja mulu lo."
Joanna melempar paket itu dan langsung ditangkap oleh Juan. Kemudian pintu tertutup kembali bersamaan dengan menghilangnya Joanna. Juan menatap paket dengan perasaan gundah, tertera disana tulisan jaket serupa dengan yang datang sebelumnya.
la membuka paket itu dengan cepat, benar saja isinya jaket yang sama. Kali ini tanpa berisi foto-foto seperti paket tadi. Lalu paket yang pertama, siapa yang mengirim? Dengan cepat Juan menelpon ke tiga sahabatnya itu.
"Hah, apaan?" Saka membuka percakapan.
"Guys, tadi kan ada paket kan? Nah itu pesanan gue isinya jaket yang pernah gue bilang, tapi ada tiga foto gue yang di ambil diem diem, bahkan kalian juga ikut ke foto."
"Hah anjir, seriusan lo?" Gerald terkejut.
"Seriusan, terus abis itu dateng lagi paket dan isinya sama sama Jaket, bedanya paket kedua ini asli dari store-nya. Terus paket pertama dari siapa?"
"Ngeri banget sih, kok bisa orang itu tau lo mau mesen Jaket yang serupa?" Saka ikut memutar otak karena kasus ini benar benar rumit.
"Coba lo perhatiin lagi fotonya, ada yang aneh ga?"
Perintah Gerald. Lalu Juan mulai memperhatikan foto tersebut satu persatu. Foto di kelas itu, ada teman sekelasnya yang melihat ke arah kamera.
"Gila, ada yang liat ke arah kamera ini, anak kelas kita!" Seru Juan
"Hah siapa siapa?!" Saka berseru tak kalah heboh.
"Rinaldi..." jawab Juan.
"Serem sih ini, mending lusa kalian ke rumah gue, kita coba pecahin masalah ini," kata Yuda.
Mereka pun setuju dan mengakhiri sambungan telepon. Lebih baik ia minta bantuan teman teman nya daripada harus diam dan mengabaikan stalker itu.
***
"Sayang, serius kamu ga mau ikut kerumah eyang? Kita nginep loh tiga hari disana." Bunda duduk di ranjang bersampingan dengan Juan.
"Ngga bun, Juan disini aja. Soalnya Juan ada janji mau nginep dirumah Yuda sama temen temen." Juan memakan sandwich sembari tersenyum tipis.
"Penting banget ya?" tanya Bunda, bagaimana pun juga Bunda pasti khawatir membiarkan anak perempuan nya ditinggal tiga hari.
"Iya bun, Juan udah punya janji duluan. Maaf ya." Juan merasa tidak enak karena harus mengorbankan waktunya dengan keluarga besarnya itu.
"Gapapa kok, kamu nginep aja di rumah Yuda sampai kita semua pulang ya. Dari pada kamu disini sendirian, bunda ga tenang." Bunda mengusap lembut lengan Yuda.
"Iyaa, Bunda tenang aja ya. Juan ke rumah Yuda kok."
Yuda berusaha menenangkan Bundanya. Lagipula ia sudah besar jadi tidak perlu khawatir berlebihan seperti itu.
"Oke deh, Bunda siapin makan siang dulu ya, biar nanti makan dulu sebelum berangkat."
Dan disinilah Juan, sendirian di kamarnya sementara langit sudah gelap. Ia memutuskan untuk tidur semalam di rumahnya lalu besok menginap dirumah Yuda sesuai janji. Ia menonton movie Netflix.
Brukkk!!
Juan terkesiap, seperti suara barang jatuh dibawah. Tapi ia hanya sendiri dirumah. Dengan berhati hati ia mengintip dari atas tangga, dan tidak ada siapa siapa disana. Perlahan kakinya melangkah menuruni tangga, lalu ia menemukan salah satu kursi di meja makan jatuh dilantai. Juan menghela nafas.
"Pasti si Koro nih."
Juan mengangkat kursi itu dan mengembalikannya seperti semula, ia terus menyalahkan Koro, kucing peliharaan Joanna.
Ia segera berjalan kembali ke atas menuju kamarnya, pemandangan yang pertama ia lihat adalah pintu balkon kamar yang masih terbuka sedikit. Ia menutup pintu kamarnya dan seseorang mengunci pergerakan nya dari belakang.
"Hmmph—"
Belum sempat berteriak, seseorang membekap mulutnya. Sebelum ia terjatuh ia memastikan melihat sosok asing meskipun terlihat blur, dan setelah itu semuanya gelap.