Mohon bijak dalam membaca, jangan lompat Bab dan blom like ya ...😘
Qyana Selyana Putri, gadis cantik yang mengalami transmigrasi kedalam tubuh seorang gadis yang bernama Astara Kalyana Rayder, gadis cantik yang menjadi kesayangan kelima kakak laki-lakinya.
Meski begitu, Astara tidak merasa bahagia, apalagi sejak dia kehilangan kedua orangtuanya saat dia masih berusia sepuluh tahun, Astara merasakan kehampaan di dalam hidupnya, hingga membuatnya tidak lagi memiliki semangat untuk hidup.
Namun hal itu tidak pernah dia perlihatkan di hadapan kelima kakaknya, hingga suatu malam, setelah pembicaraan dia dengan seorang wanita, kekasih dari Sang kakak pertama. Setelahnya, Astara memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Hilangnya jiwa Astara, rupanya membuat raga itu di isi oleh jiwa Qyana yang pada saat yang sama telah di bunuh oleh sahabatnya sendiri.
Tak rela dengan takdir hidupnya yang seperti itu, Qyana memutuskan untuk menerima hidupnya yang kedua menjadi Astara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Adiramanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
@@@@@@
Malam ini, hujan terlihat turun dengan derasnya membasahi bumi, seorang wanita berparas cantik terlihat berlari di tengah guyuran hujan yang turun dengan lebatnya.
Wanita itu terus berlari, sampai akhirnya dia sampai di sebuah Apartemen sederhana yang menjadi tujuannya sejak awal.
"Ya ampun Qyana ..., kenapa tidak menghubungiku?," ucap seorang wanita yang sudah mengenakan pakaian tidurnya, yang sempat terkejut saat melihat Sang sahabat sudah ada di depan pintu Apartemennya.
Wanita yang di panggil Qyana tadi hanya tersenyum, lalu melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam apartemen milik sahabatnya, diikuti oleh Sang sahabat setelah dia menutup pintu apartemen itu kembali.
"Aku takut kamu sudah tidur, makanya aku langsung aja kesini, lagian enggak begitu basah banget kok," jawab Qyana sambil menerima handuk kecil yang di berikan oleh Sang sahabat.
"Tetap saja kamu jadi basah kayak gini, kalau kamu ..."
"Astaga Mona ..., aku hanya sedikit kehujanan, jadi berhenti cerewet," sahut Qyana memotong perkataan Mona, orang yang di yakini Qyana sebagai sahabatnya.
"Tsk ..., ya udah kalau gitu, aku enggak akan cerewet lagi"
"Tunggu bentar, biar aku buatkan minuman hangat," ucap Mona lagi yang kemudian berjalan ke dapur.
Meninggalkan Qyana yang hanya tersenyum melihat kepergian Mona yang begitu memperhatikan dirinya, tanpa tahu jika sebenarnya Mona menyimpan sesuatu hal yang tidak pernah di bayangkan oleh Qyana sebelumnya.
"Minumlah ..." ucap Mona sambil menyerahkan satu cangkir coklat panas pada Qyana.
Dan Qyana sendiri terlihat langsung menerima cangkir coklat tersebut, sambil sesekali menyeruput minuman itu, tanpa ada rasa curiga sedikitpun pada Mona yang terlihat menyeringai tipis saat Qyana meminum minuman itu.
"Qyana, bagaimana hubunganmu dengan Alden?, aku lihat kalian jarang pergi bersama," ucap Mona memulai percakapan, sambil duduk di sofa yang ada di depan Qyana duduk.
"Yah ... dia bilang dia sedang sangat sibuk, karena itulah kami jarang pergi keluar bersama," jawab Qyana tanpa menghentikan acaranya meminum coklat panas itu.
"Apa kamu tidak curiga, mungkin saja itu hanya alasan yang dia buat"
"Aku yakin dia tidak akan mungkin mengkhianatiku, karena kami sudah bertunangan, dan sebentar lagi kami juga akan menikah, bahkan aku dang Ibunya sudah menyiapkan mengenai pernikahan kami, jadi kupikir dia tidak akan mungkin selingkuh," terang Qyana yang masih bisa tersenyum saat membicarakan hal itu.
Meski sebenarnya, Qyana sudah merasa tidak nyaman dengan tubuhnya, entah mengapa tubuhnya seperti kehilangan tenaga, bahkan saat meletakkan cangkir yang dia pegang ke meja, Qyana hampir saja menjatuhkan gelas tersebut.
Sedangkan Mona yang menyadari ada perubahan pada Qyana, terlihat hanya tersenyum sinis, sambil melihat kearah kamar miliknya yang pintunya sedikit terbuka.
"Kau begitu percaya diri Qyana, apa kau tidak sadar jika kepercayaan dirimu itulah yang akan menghancurkanmu?," ucap Mona sambil menyeringai.
"Apa maksudmu Mona?," tanya balik Qyana sambil memegangi kepalanya yang mulai merasakan sakit yang luar biasa.
"Kau itu begitu naif Qyana, apa sekarang kau ingin mendengar sebuah kebenaran dari kekasihmu itu?," sambil beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Qyana yang sudah menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.
"Bisakah besok saja Mona, kenapa tiba tiba kepalaku sangat pusing sekali, apa kau memiliki obat sakit kepala Mona?," sambil memegang kepalanya yang sangat sakit.
"Tenang saja, rasa sakitnya hanya sebentar, dan setelah itu kau akan tertidur ..."
"Tertidur untuk selamanya"
Mendengar kalimat terakhir yang di katakan Mona, Qyana menoleh kearah Mona. Dan yang dia lihat justru Mona terlihat menyeringai padanya.
Hingga dia baru menyadari jika ada hal yang tidak beres dengan minuman yang di berikan oleh Mona barusan, namun naasnya Qyana terlambat untuk menyadari hal itu.
"Kau ... apa yang sudah ..."
"Tsk ... rupanya kau cukup tangguh, tapi kupikir tidak masalah mengatakan hal ini di saat terakhirmu."
"Maksudmu?," tanya bingung Qyana.
"Sebenarnya yang akan menikah dengan Alden dan yang menjadi nyonya Narendra itu adalah aku, tanpa kau ketahui, aku sudah menjalin hubungan dengan Alden, bahkan kita sangat sering menghabiskan malam panas bersama, dan sekarang aku sedang mengandung anak dari Alden," tutur Mona sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Karena itulah aku harus cepat menikah dengan Alden, tapi sayang, orangtua Alden tidak merestui hubungan kami, karena mereka begitu menyayangi dirimu, jadi .. jalan satu satunya adalah melenyapkan dirimu dari dunia ini."
**DEG**
Kebenaran yang begitu menyakitkan, bahkan jauh lebih sakit dari rasa sakit yang dia alami sekarang, Qyana bahkan tidak menyadari mengenai kebersamaan mereka.
Namun ketika melihat satu sosok yang sangat dia kenal berdiri diambang pintu kamar, Qyana baru menyadari jika selama ini dia di khianati oleh orang-orang yang Qyana sebut sebagai keluarga.
"Selamat tinggal Qyana, semoga tenang dialam sana," ucap Mona dengan tersenyum puas saat melihat Qyana yang mulai kehilangan kesadarannya.
"*Apa ini akhirnya, tapi aku tidak rela jika akhir hidupku seperti ini, aku tidak rela jika mereka bahagia diatas penderitaanku, tapi bagaimana caranya aku bisa membalas mereka , disaat aku sudah mencapai batas akhir hidupku*" *ratap sedih Qyana yang mulai menutup matanya*.
"*Aku akan memberikan tubuhku padamu, tapi tolong jaga kakak-kakakku*" *ucap sebuah suara di pikiran Qyana*.
"*Siapa, apa kau adalah malaikat yang akan membawaku pergi*"
"*Ya .. tapi bukan pergi dari dunia ini, melainkan pergi ketempat lain, dimana kamu akan bisa membalas perlakuan mereka padamu*"
"*Benarkah, apa ini adalah kesempatan kedua dalam hidupku*?," *harap Qyana*.
"*Itu benar Qyana, jadilah diriku, aku akan memberikan semuanya padamu, termasuk ragaku, karena aku sudah lelah dengan hidupku, dan aku yakin kamu pasti bisa melalui semua ini, kamu adalah wanita yang kuat Qyana, jadi ... jangan sia-siakan apa yang sudah ku berikan padamu. Dan cobalah untuk menikmati hidupmu kali ini Qyana, karena kamu pantas untuk bahagia*"
"*Apa maksudmu, aku tidak mengerti*"
"*Lalu raga siapa yang kamu maksud*"
"*Bisakah kau jelaskan padaku secara rinci*"
"*Hei ... dimana kau ... kumohon bicaralah lagi*"
Dan setelah perbincangan singkat dengan orang yang tidak Qyana kenal dialam bawah sadarnya, Qyana tidak lagi mendengar suara Mona yang sempat menertawakan dirinya.
Justru yang dia dengar sekarang adalah suara tangisan dari seseorang, dan sepertinya itu lebih dari satu orang.
Hingga hal itulah yang membuat Qyana memaksakan diri untuk membuka matanya, dan yang dia lihat pertama kali adalah wajah asing orang yang sama sekali tidak Qyana kenal.
**TBC**
/Hey//Hey//Hey/