Caca dan Kiano memutuskan untuk bercerai setelah satu tahun menikah, yaitu di hari kelulusan sekolah. Karena sejak pertama, pernikahan mereka terjadi karena perjodohan orang tua, tidak ada cinta di antara mereka. Bahkan satu tahun bersama tak mengubah segalanya.
Lalu bagaimana ceritanya jika Caca dinyatakan hamil setelah mereka bercerai? Bagaimana nasib Caca selanjutnya? Mampukah ia menjalani kehamilannya tanpa seorang suami? Dan bagaimana reaksi Kiano saat tahu mantan istrinya tengah mengandung anaknya? Akankah ia bertanggung jawab atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
Inne mengerutkan kening saat memergoki Kiano dan Agra terus memandang ke arah mereka.
"Ca, lo kenal mereka?" Tanyanya seraya mengerlingkan mata ke arah Kiano dan Agra. Refleks Caca pun menoleh. Dan lumayan kaget saat bertemu tatap dengan Kiano.
"Dari tadi mereka ngeliat ke sini terus." Imbuh Inne terheran-heran.
Caca mengalihkan pandangan dari Kiano lalu menatap Inne. "Lo udah selesai kan? Balik aja yuk?" Ajak Caca setenang mungkin. Padahal dalam hatinya ia kaget karena keberadaan Kiano di sana.
"Ck, lo belum jawab pertanyaan gue. Kenal mereka gak?"
Caca menggeleng. "Udah yuk balik, bentar lagi kelas dimulai." Ajak Caca menyelipkan selembar uang seratus ribu di bawah gelas lalu menarik Inne pergi dari sana. Sedangkan Kiano hanya menatap kepergian merekan penuh arti.
"Ca, lo kenapa sih? Cowok tadi itu siapa? Kok lo kayak menghindar gitu dari mereka?"
"Dia mantan suami gue."
"Hah? Maksudnya gimana?" Inne kaget bercampur bingung.
Caca menghela napas berat. "Yang pake baju item itu mantan suami gue, bapak dari anak yang ada di perut gue sekarang." Katanya seraya menunjuk perut buncitnya.
Inne terperangah mendengarnya. "Jadi kalian udah cerai?"
Caca mengangguk seraya meraih helm dan langsung memakainya. Sedangkan Inne masih menatapnya tak percaya. Karena ia pikir Caca masih punya suami.
"Kok bisa cerai sih? Kan elo lagi hamidun."
"Ck, nanti gue cerita. Sekarang kita balik ke kampus, bentar lagi masuk."
Inne pun akhirnya mengangguk lalu memakai helmnya. Setelah itu keduanya pun beranjak dari sana.
Caca memeluk Inne sambil tersenyum, membuat si empu merasa heran.
"Lo peluk gue, tu perut kejepit Ca." Protes Inne saat merasakan perut Caca menekan punggungnya.
"Gak papa, gue lagi pengen peluk elo." Sahut Caca masih dengan senyuman manisnya. Inne yang melihat itu dari kaca spion pun merasa aneh.
"Lah, aneh banget lo. Terus tadi ngapain kabur dari mantan suami lo?" Tanya Inne lagi.
"Ya gak papa, lagian kita udah kelamaan di sana." Alibinya. Padahal bukan itu alasan sebenarnya, ia sengaja kabur karena tahu Kiano sedang penasaran dengan Inne.
Caca tertawa dalam hati. Pasti dia ngira gue jalan sama cowok baru. Emang enak gue kerjain. Kira-kira dia cemburu gak ya? Pikir Caca penuh percaya diri.
Inne kembali mengerutkan kening saat memergoki Caca tersenyum sendiri dari kaca spion.
Ni anak kesambet kali ya? Batin Inne seraya menggelengkan kepala.
****
Berhubung hari ini jadwal kuliah full, Caca merasa sangat lelah. Ia berjalan gontai saat memasuki apartemennya. Lalu menjatuhkan diri di sofa.
"Hah, capek banget." Keluhnya seraya memijat kakinya. "Ck, mana belum siapin makan malam lagi. Mama juga katanya mau bawa Bik Nur ke sini, tapi gak dateng-dateng. Sekarang capek dikit aja makin terasa. Ternyata hamil itu gak gampang. Kok bisa ya Ibu-ibu ketagihan hamil?"
Caca tidak menyadari jika sejak tadi Kiano ada di sana, lelaki itu bersandar di tembok seraya melipat tangan di dada. Menatap ke arahnya penuh arti.
"Karena buatnya enak." Jawab lelaki itu yang berhasil membuat Caca terperanjat kaget. Refleks bumil itu berdiri dan langsung menghadap Kiano.
"Elo! Ngapain di sini?" Sembur Caca langsung mendatanginya. "Lo ngikutin gue?" Tudingnya dengan tatapan curiga.
Kiano mengedikkan bahunya tanpa memberi jawaban.
Caca mendengus sebal lalu ditatapnya Kiano lekat. "No, gue laper." Rengek Caca memasang wajah memelas.
"Terus?" Tanggap Kiano acuh.
Caca melotot. "Ya elo buatin makanan lah. Katanya lo mau tanggung jawab, sana buatin makanan. Emang lo mau anak di dalam perut gue kelaperan?" Katanya seraya mengelus perutnya. Menjadikan kehamilan sebagai alasan.
Kiano berdecih. "Jangan jadiin anak itu alasan, Ca."
"Terus gue harus pake alasan apa Kiano?" Kesal Caca memutar bola matanga jengah.
"Alasan yang lebih logis, kalau kamu butuh aku." Kiano menyentil kening Caca pelan.
"Ish, kepedean. Terus lo gak mau gitu buatin gue makan? Laper tahu. Dari siang gue gak makan." Caca kembali memelas dan mengelus perutnya. Berharap Kiano membuatkannya makanan enak. "Kasian anak Mama kelaperan kan?" Lanjutnya seraya melirik Kiano.
Kiano mendengus sebal. "Siapa cowok tadi?"
Caca kaget mendapat pertanyaan itu. "Ah? Cowok?"
Kiano menghela napas. "Cowok tadi siang, kalian deket banget."
Ah, Caca baru ingat soal kejadian tadi siang. Lalu detik berikutnya ia tersenyum samar, nyaris tak terlihat oleh Kiano.
"Cowok gue, kenapa emang? Ganteng kan?" Jawab Caca dengan senyuman bangga.
Kiano berdecih sebal. "Cowok aneh kayak gitu dibilang ganteng, penampilannya juga aneh. Gak kayak cowok biasanya, hati-hati aja dia cowok jadi-jadian." Cibirnya.
Caca tertawa dalam hati. Ya iyalah, orang dia cewek.
"Dih, ngataian orang. Gak sadar diri. Dari pada lo ngatain orang, mending buatin gue makan. Lebih bermanfaat, emang elo mau nanti anak kita jelek karena lo ngatain orang?"
Mendengar itu Kiano langsung berdiri tegak dan menjatuhkan kedua tangannya. Lalu buru-buru mengelus perut Caca. "Jangan ya, Sayang. Kamu harus mirip Mama atau Papa."
Caca terkikik lucu lalu menepis tangan Kiano. "Buruan buatin makanan. Gue mau mandi dulu. Buat yang enak, yang jelas gak bikin gue enek." Setelah mengatakan itu Caca pun melenggang pergi menuju kamarnya. Sedangkan Kiano melongo di tempatnya.
Satu jam kemudian, Caca yang sudah segar pun beranjak ke dapur karena mencium aroma sedap dari sana.
"Masak apa? Harum banget?" Tanya Caca mengintip masakan Kiano.
Kiano menoleh. "Salmon teriyaki." Jawabnya.
Caca mengerutkan kening. "Perasaan gue gak pernah nyetok ikan salmon deh." Katanya tampak berpikir.
"Aku pesan tadi, lagian isi kulkas kamu hampir abis, Ca."
Caca tersenyum mesem. "Lupa."
Kiano menatapnya malas. "Kalau soal cowok kamu gak lupa, Ca."
Caca merengut. "Kenapa jadi bahas cowok sih? Lo cemburu gue deket sama cowok lain? Atas dasar apa hem?" Godanya.
Kiano tertawa getir. "Gak ada alasan buat aku cemburu sama kamu, Ca."
"Tuh tahu, jadi ngapain lo bahas cowok seolah elo cemburu." Sinis Caca seraya duduk di kursi. "Masih lama gak? Gemeter gue kelaperan."
Kiano tersenyum kecil lalu menaruh hasil masakannya di hadapan Caca. "Silakan Tuan putri."
Caca tersenyum senang dan tanpa banyak bicara lagi langsung menyantap hidangan di depan matanya. "Emmmmm! Enak banget." Serunya seraya menggoyangkan tubuhnya. Lalu melahap potongan demi potongan ikan salmon ke mulutnya.
Kiano menarik kursi lalu duduk di sebelahnya. Menatap Caca lamat-lamat.
"Kayaknya dia suka masakan Papanya." Kata Kiano yang langsung dijawab anggukkan Caca.
"Kenapa lo gak daftar jadi chef aja kemaren? Masakan lo beneran enak. Atau lo bisa buka restoran." Oceh Caca seraya melahap potongan besar salmon ke dalam mulutnya.
Kiano menopang dagu sambil terus menatap mantan istrinya itu tanpa berniat menganggapi ucapannya.
Kenapa gak dari dulu aku buat dia sebawel ini. Ah, andai dulu aku gak jaga jarak, pasti dari awal dia bawel kayak gini. Batinnya.
"Oh iya, emang lo gak kerja?" Tanya Caca yang berhasil membuat Kiano terkesiap.
"Kerja, hari ini cepet pulang." Jawab Kiano sekenanya. Pasalnya hari ini ia bolos karena beberes apartemen. Ya, siang tadi Kiano memang sudah pindah ke apartemen sebelah tanpa sepengetahuan Caca tentunya.
"Kenapa? Gak rame ya?"
Kiano mengangguk. "Kamu beneran resign, Ca?"
Caca mengangguk. "Malu gue mau balik lagi ke sana." Katanya dengan mulut yang masih dipenuhi makanan.
Kiano mengangguk paham. Caca tidak tahu saja di dalam hati pemuda itu bersorak senang. Karena dengan berhentinya Caca kerja, itu artinya Randy tidak punya banyak waktu untuk mendekatinya.
Saat keduanya tengah asik mengobrol. Tiba-tiba terdengar suara bel. Caca pun langsung menatap Kiano penuh arti, seolah meminta lelaki itu mengeceknya karena dirinya masih menikmati makan malamnya.
Kiano yang paham pun menghela napas lalu bangkit dari duduknya dan beranjak ke depan.
Kiano membuka pintu, dan sedikit kaget karena yang datang orang tua Caca bersama asisten rumah tangganya. Tentu saja mereka juga kaget dengan kehadiran Kiano di sana.
"Kiano?"
tetap semangat ya kak upnya 💪💪💪
semoga terus berlanjut dan lancar hingga ending nya nanti 👍👍🤗🤗🤗