Bagaimana jadinya jika seorang gadis manja harus menjadi pengasuh 3 anak CEO nakal yang tiba-tiba sangat lengket padanya?
Rosetta, seorang gadis cantik yang berusia 19 tahun, adalah putri seorang bupati yang memiliki keinginan untuk menjalani hidupnya sendiri. Namun ayahnya telah membuat keputusan sepihak untuk menjodohkan Rosetta dengan seorang pria tuatua bernama tuan Bramasta, yang memiliki usia dan penampilan yang tidak menarik. Rosetta sangat enggan dengan keputusan ini dan merasa bahwa ayahnya hanya menggunakan dia sebagai alat untuk meningkatkan karir politiknya.
Hingga puncaknya Rosetta memutuskan untuk kabur dari rumah. Di sisi lain ada Zein arga Mahatma, seorang bussiness man dan single parents yang memiliki tiga anak dengan kenakalan di atas rata-rata. Karena kebadungan anak- anaknya juga tak ada yang sanggup untuk menjadi pelayan di rumah nya.
Dalam pelarian nya, takdir mempertemukan Rosetta dan ketiga anak Zein yang nakal, bagaimana kah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter : 29
"Apa ini semua rencana mu? " tanya Zein menatap Rosetta, dalam seraya berdiri bangkit setelah melerai pelukan dengan anak-anak nya.
Rosetta mendengkus geli, tampak ia mengulas senyum tipis. "Mereka melakukan nya karena inisiatif sendiri tuan, tidak ada campur tangan ku, " ucap gadis itu.
"Hmmm berarti keren sekali ya, putra- putra ku ini berinisiatif sendiri untuk meminta maaf. Sesuatu hal yang sangat langkah, " kata Zein dengan nada sedikit mengejek karena tahu jika bukan sebab Rosetta anak-anak nya tidak mungkin melakukan atas dasar diri mereka sendiri.
Rosetta tertawa kecil, kedua tangannya masih setia berada di depan paha. "Terserah jika itu pendapat, tuan. "
Alvaro dan Alaska menatap kedua orang dewasa itu bergantian lalu saling menundukkan kepala dan berbisik- bisik. "Bagaimana jika kita tinggalkan papa dan kak Sissy berduaan saja. "
Alaska mengangguk setuju dengan usulan kakaknya. "Oke! " ujar nya sambil cekikikan. Keduanya lalu mendongak untuk menatap kedua orang dewasa itu secara bergantian lalu tersenyum penuh arti dan kemudian berlari dengan canda tawa.
Zein yang terkejut dengan anak-anak nya yang kabur begitu saja hendak menahan namun langkah nya terhenti seketika dan dia hanya menggeleng kecil. Menoleh kembali, di dapatinya Rosetta masih berdiri di sana dengan senyum yang masih sama.
Zein mendekati gadis itu, sedikit menghela napas sesaat. "Terimakasih, untuk perubahan yang telah kau bawa yang sangat berdampak baik untuk anak-anak ku. "
Rosetta mengulas senyum kecil. "Saya juga ingin mengucapkan terimakasih. Jika bukan karena anda, saya tidak mungkin ada di sini. "
Mereka saling menatap, tersenyum dan sama- sama canggung. Saat Rosetta hendak lewat, Zein tanpa sengaja menghalangi dan saat zein yang hendak lewat Rosetta yang tidak sengaja menghalangi, begitu terus hingga keduanya sama-sama tertawa, tampak sekali gugupnya. Dan malam itu kedua nya kembali ke kamar masing-masing dengan perasaan yang sama- sama lega, ringan dan senyum yang tidak pernah pudar hingga keesokan harinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Satu bulan tanpa terasa terlewati Rosetta di mansion itu, ia banyak belajar tentang artinya kehidupan. Sejak awal ia menginjakkan kaki di mansion ini tepat satu bulan saat mengenang kembali momen itu dan juga hari ulang tahunnya yang ke- 20.
Seperti biasa pagi- pagi sekali ia sudah membangunkan Alvaro, Alaska dan Chiara untuk mandi dan bersiap- siap ke sekolah. Bulan depan adalah kelulusan Alvaro dan Alaska, mereka akan bersiap untuk menduduki bangku SMP, ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi setelah lulus dari SD. Alvaro semakin menganggap jika dirinya sudah dewasa dan Alaska selalu seperti biasa, nakal tapi selalu bisa di andalkan.
Pagi ini, suasana semakin ramai sebab anak- anak tahu jika kakak pengasuh mereka akan menginjak usia ke dua puluh tahun. Hal itu mereka ketahui dari buku catatan yang selalu Rosetta bawa, di sana dia menuliskan tentang biodata nya dan Alvaro tidak sengaja membaca nya jadi dia tahu jika hari ini Rosetta sedang berulang tahun.
Seperti biasa, jika anak- anak sudah siap di meja makan, Zein baru keluar dari kamarnya. Laki-laki gagah tersebut tampak semakin tampan dan berkharisma setelah mencukur rambut nya dan mengecat nya menjadi warna coklat gelap, sama seperti warna bola mata Rosetta yang jika terkena terpaan sinar matahari akan berwarna coklat yang indah.
Zein memakai setelan jas kerja berwarna maroon, entah kebetulan atau tidak, tapi warna nya sama dengan baju blouse yang di kenakan Rosetta pagi ini. Anak-anak bukannya tidak tahu jika ada sesuatu di antara ayah mereka dengan gadis berlesung pipi yang menjadi pengasuh mereka tersebut. Saat Rosetta dan Zein tidak sengaja berpapasan dan sama- sama kaget lalu melempar senyum, Alvaro, Alaska dan Chiara saling menoleh lalu cekikikan seperti mengetahui sesuatu yang mungkin bukan hanya mereka yang menyadari nya. Terlihat nia, lia dan amel yang juga tersenyum melihat kecanggungan di antara bos mereka dan Rosetta.
Zein duduk di kursinya yang berada di depan, di samping Alaska dan Alvaro. Dia membetulkan jas nya dan mulai mengambil roti juga selai kacang untuk sarapan.
"Papa mbok iyem akan pulang hari ini kan? " cetus Alvaro, bertanya sambil meminum susu hangat nya.
Zein mengangguk samar. "Iya, sekitaran siang atau nanti malam. " jawab nya.
Ketiga anak itu langsung bersorak. "Yey, mbok akhirnya kembali, semakin ramai deh rumah kita! "
Zein tersenyum kepada anak-anak nya, sambil mengusap kepala si bungsu yang ada di samping nya. "Sejak kapan kalian jadi setenang ini? " mengingat sejak dulu anak-anak nya ini sangat lah bandel dan susah di atur, lalu melihat perubahan mereka yang sangat pesat dari hari ke hari membuat Zein terheran sekaligus senang.
"Hmmm... mungkin sejak ada kak Sissy. " balas Alvaro dengan tersenyum lebar. Alaska dan Chiara langsung mengangguk setuju.
Yang di libatkan namanya hanya merunduk saja sambil menyuapi Chiara makan. Saat sorot mata Zein mengarah padanya, Rosetta sontak menundukkan kembali pandangannya dengan kedua bilah pipinya yang bersemu merah.
Zein menarik sudut bibirnya, suka sekali melihat reaksi gadis itu yang tersipu malu. Sarapan di penuhi oleh canda tawa seperti biasa, namun belakangan ini zein selalu menyisipkan nasihat- nasihat nya untuk putra pertama nya, Alvaro yang akan menjadi penerusnya di masa depan. Zein juga sudah menyiapkan segalanya yang di butuhkan, agar Alvaro tumbuh menjadi calon pemimpin yang seperti selalu di harapkan oleh kedua orang tuanya, mendiang Anya dan Farid.
Setelah sarapan selesai, Zein mendapatkan kecupan di pucuk kepala anak- anaknya dan hampir saja mendarat kan kecupan yang sama pada Rosetta jika saja ia tidak cepat- cepat menahan dirinya. Rosetta yang memang berdiri bersisian dengan Alvaro, Alaska dan Chiara sontak terkesiap saat Zein hendak mendaratkan ciuman nya ke wajah gadis itu.
"Maaf, " lirih zein kemudian dengan gerakan dan bahasa tubuh yang tampak grogi.
Rosetta pun demikian, seluruh permukaan wajahnya terasa memanas dan dia yakin pipinya yang memerah tampak terlihat jelas terbukti saat melihat senyum Alvaro dan Alaska yang penuh arti.
Di ambang pintu, ketiga anak itu berpamitan pada Rosetta, Zein berangkat lebih dulu karena ada meeting dengan klien penting sedangkan mereka sudah di pastikan berangkat dengan pak bayu.
"Hati-hati, " kata Rosetta, melambaikan tangan.
Ketiga anak itu sambil berjingkrak- jingkrak, membalas lambaian tangan Rosetta hingga masuk ke dalam mobil. Rosetta berdiri sambil memandangi mobil yang mulai menjauh, hingga tiba-tiba Amel sudah berdiri di belakang nya.
"Di bandingkan seorang pengasuh, kau lebih cocok menjadi ibu mereka. " celetuk Amel sontak membuat Rosetta menoleh dengan senyum salah tingkah.
"Kak Amel!! "
Amel tertawa pelan. "Sungguh, dan seperti nya kau juga menyukai tuan bukan? "
Skakmat! pertanyaan Amel sontak membuat Rosetta diam, membeku.
****