Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.
Naninna... tidak akan pernah melupakannya.
Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Ciuman Sakral
"KAU INGIN MATI?!!"
Setelah mengatakan kalimat yang mengandung keramat, antara pria dan wanita saling adu kekuatan, memberitahu secara langsung kepada yang melihatnya, bahwa salah satu dari mereka pasti ada yang kalah.
Naninna semakin dibuat geram ketika sebuah suara debuman terdengar jelas di telinganya. Seolah tidak ingin melepaskan momen yang sangat berarti, matanya enggan tertutup meskipun dalam hati memaki mereka berdua. Yumiella sedikit terkejut ketika Chloe berhasil membuat Raken runtuh dengan posisi jatuh ke tanah, luka di telapak tangannya tak sedikit pun membuat pria itu meringis sakit. Justru hal itu semakin membuatnya ketagihan untuk memukul wanita lancang yang terus-menerus menyorot dengan perasaan cinta kepada sahabatnya.
Chloe meludah kesembarang arah.
Mata sayunya berubah gelap tatkala Raken menyeringai puas. Jelas Chloe tidak bisa menerima semua ini. Sudah lama dirinya melatih tubuh agar tidak kalah jika suatu hari melawan Raken, namun karena kurangnya dukungan atas tubuh yang ia miliki saat ini, diam-diam Chloe menyesal karena di lahirkan sebagai wanita. Hatinya kian memanas-seolah menuntunnya untuk terus bertarung lagi dan lagi. Bahkan mereka berani mengabaikan keberadaan Naninna, yang menjadi penyebab pertikaian tersebut.
"Kau merasa bangga dengan dirimu yang memiliki hormon menyukai sesama jenis. Apakah tidak ada rasa malu pada dirimu, Chloe?"
Chloe hanya menampilkan senyuman miring. Mata sayunya selalu menyorot angkuh terhadap Raken, pria yang selama ini selalu mengancam posisinya sebagai pecinta Naninna seumur hidup.
"Diriku merasa bangga dan bahagia karena seseorang yang aku cintai itu Naninna. Sesuatu hal yang membuat diriku bahagia... Untuk apa aku harus malu? Disamping itu, kau bahkan hanya bisa berpura-pura bodoh dengan berdiri sebagai sahabatnya. Lalu disini, siapa yang paling tidak tahu malu?"
"Bajingan!"
"Kau yang bajingan!"
Lagi, mereka saling memukul satu sama lain. Mereka bahkan belum menyadari kehadiran Alex dan juga Anne, yang memang masih belum pulang dan memilih untuk lebih lama tinggal di rumah Putrinya. Melihat pertengkaran yang tidak ada akhirnya, Alex menyuruh anak buahnya untuk menghentikan mereka. Saat melihat bagaimana Chloe jatuh tersungkur dengan noda merah dan wajah penuh lebam, meskipun Chloe memiliki kekuatan setara dengan Raken, nyatanya kodratnya sebagai wanita memang tidak bisa di pungkiri.
Saat anak buah Alex datang menghampiri mereka, lalu satu pukulan dia layangkan ke wajah mereka berdua. Dengan sekali hentakkan, tubuh Raken dan juga Chloe terpental beberapa meter.
Yumiella terkejut.
Kedua matanya hampir saja lepas saat melihat Chloe hampir tidak bisa bangkit. Kaki kanannya mengalami patah tulang ringan. Sedangkan Raken, pria itu hanya mengalami kerusakan yang tidak terlalu parah pada lengannya.
Ini impas.
Naninna bangkit dari duduknya menghampiri mereka berdua. Chloe berfikir Naninna hanya sekedar marah saja dan mungkin mendiaminya. Namun ia tidak habis fikir saat sebuah tamparan keras melayang ke wajahnya dan Raken juga mendapatkan hal itu.
"Maaf." Chloe menunduk dalam. Sadar akan kelakukannya beberapa menit yang lalu. Raken memilih diam dan tak berkutik saat Naninna menambahkan beberapa tamparan lagi di wajahnya. Dalam hati para pelayan menyayangkan wajah tampan pria itu.
"Aku minta maaf." Raken tahu dirinya sepenuhnya salah. Hanya saja hatinya selalu saja memburuk saat beradu pandang dengan Chloe. Wanita itu sanggup membuat hatinya berada dalam posisi yang sangat buruk.
"Raken... Kau ikut denganku." Pria itu mengangguk tanpa menolak. Tahu jika Naninna jika sudah memanggilnya seperti itu, berarti perintahnya tidak bisa di bantah. "Dan kau... Renungkan dirimu dikamar selama 2 hari, fikirkan baik-baik apa yang telah kau lakukan, Chloe. Aku tidak akan mentolerir hal itu."
Habis sudah mereka berdua.
Sama-sama mendapatkan sikap buruk dari seseorang yang amat mereka cintai. Namun tidak ada yang berani membantah ataupun memberinya komentar. Anne pun tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ada-ada saja kelakukan mereka berdua. Dari dulu tidak pernah berubah sedikit pun."
"Ya... Mau bagaimana lagi? Yang mereka perebutkan bukan hanya sekedar orang ataupun barang. Melainkan hal yang sangat berharga bagi mereka."
#####
"Masih ingin melakukannya lagi, hm?"
Raken menggeleng. Tanda tidak ingin membantah perintah dari sahabat kecilnya itu. Dirinya juga tidak ingin jika Naninna mendiaminya seperti dia menolak berbicara dengan Chloe. Raken tidak akan sanggup melihatnya.
"Dia terlebih dahulu memulainya."
"Dia menegurmu karena memang kau salah, Ken..."
Raken, pria itu lantas mendongak guna melihat wajah cantik sahabatnya. Retina emas itu selalu saja memikat hatinya setiap detik.
"Aku mengatakan hal itu karena memang seperti itu adanya. Aku..."
Naninna tahu itu. Tanpa pria itu bicarapun, Naninna jelas mengetahuinya. Namun disini dia juga salah, meskipun disisi lain ada perasaan gembira saat Raken menawarinya untuk kawin lari dengannya.
"Aku mencintaimu, Ninna. Aku sungguh-sungguh mencintaimu."
Naninna menghela nafas panjang. Ia meletakkan kotak obat di atas nakas, lalu beralih menghadap kearah pria itu. Sahabat kecilnya yang selalu mengikutinya dimanapun ia berada. Naninna menyentuh lembut rahang tegas itu. Ada sedikit bulu-bulu halus hingga Naninna merasakan sensasi kasar pada tangannya.
"Aku sangat berterima kasih karena kau sangat mencintaiku, Ken... Tapi kau juga tidak seharusnya lupa dengan statusku bukan?" Naninna mencoba memberinya pemahaman. "Aku ini seorang istri, meskipun dia tidak pernah membalas perasaanku, tapi diriku masih berstatus istri bagi dia. Kau harus tahu batasanmu, Ken."
Naninna tidak ingin menyakitinya dengan segala ucapannya. Maka dari itu Naninna berusaha semaksimal mungkin memilih kalimat yang tidak akan membuat pria itu tersinggung. Raken juga menyadarinya. Saat dimana mata wanita itu menyorot sendu ke arahnya, Raken mendapatkan sesuatu hal yang sangat berbeda.
Raken... Menyadari jika Naninna juga mencintai dirinya.
Hanya saja semua itu terhalang oleh status sialan yang selalu menjerat wanita itu untuk selalu takluk pada suaminya.
Raken ingin mendapatkannya.
Sesuatu hal yang selalu ia inginkan selama ini, bagaimana dirinya bisa mendapatkannya kembali? Seketika suasana didalam ruangan berubah panas. Interaksi antara keduanya menjadi serius saat sepasang retina keduanya saling bertubrukkan. Naninna enggan berpaling meskipun hanya untuk sekedar berkedip satu kali. Pesona dan juga tatapan sendu yang pria itu tampilkan, mampu melemahkan tubuhnya hingga memaksakan Naninna mendarat ke pangkuan Raken tanpa persetujuan dari pria itu.
Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
Raken yang belum siap akan hal itu, namun disisi lain ia juga tidak ingin menolak perlakuan lembut yang sangat langka baginya. Raken berusaha mentralkan deru nafasnya. Saat sebuah usapan lembut meraba setiap inci kulit rahangnya, kedua matanya terpejam.
Naninna, sengaja memancingnya kan?
Ya, sahabatnya ini memang sengaja membuat Raken untuk melakukan hal yang selama ini ia tahan. Beruntung Raken sempat mengunci pintu, dan sekarang dimana letak kunci tersebut, yang jelas Raken saat ini merasa senang dan tidak ingin melepaskan kesempatan emas itu.
"Raken..."
Naninna sedikit mengeluarkan erangan kecil saat mendapatkan kecupan lembut di wajah dan juga lehernya. Raken menciumnya dengan halus tanpa adanya kekerasan. Tidak pernah mendapatkan perlakukan romantis dari suaminya dimasa lalu, sekarang Naninna malah memancing pria itu agar bisa memanjakannya. Jelas Raken tidak akan menolak.
"Kau yang memancingku, Ninna... Kau juga yang memaksaku. Jangan salahkan aku jika diriku melakukannya denganmu."
"Aku-" Naninna tercekat saat tangan besar milik Raken sedikit mencengkeram area sensitifnya. Lidahnya juga tidak berhenti bermain didalam mulut manis milik Naninna.
Ya... Raken sangat-sangat menginginkannya.
Saat mereka berdua saling beradu pandang, dengan nafas yang memburu Naninna melontarkan kalimat yang berhasil menbuatnya terdiam.
"Aku mencintaimu, Ken... Aku sungguh mencintaimu. Aku mohon perjuangkan diriku, keluarkan semua yang kau mau agar diriku bisa terikat denganmu, Ken... Aku mohon."
Raken merasa terhipnotis.
Sikap yang tidak pernah ia lihat selama ini, sekalinya ia mendapatkannya, justru dengan keadaan seperti ini. Raken tidak bisa menolaknya. Ia kembali memagut bibir itu dengan sedikit paksaan. Memaksa Naninna agar bibirnya selalu terbuka agar ia lebih leluasa mengakses secara menyeluruh area tersebut.