NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.1M
Nilai: 4.7
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 Wanita Pelangkah

Jamilah keluar dari selimut tebal itu, duduk di kursi dekat jendela. Lalu menuangkan air minum pada gelas kemudian meneguknya sampai dua kali tegukan baru habis.

Jamilah terdiam, suasana menjadi hening untuk beberapa lama. Marah, kecewa, sakit hati dirasakannya pada Emir di saat yang bersamaan. Jamilah benar-benar sangat tidak mengenali suaminya itu.

Emir mendekati Jamilah yang berdiri di dekat jendela, menatap gedung-gedung pencakar langit dengan sejuta keindahan lampu-lampunya pada malam hari. Hamparan langit yang ditaburi bintang yang berkelap-kelip.

"Itu yang terlintas dalam otak saya saat pertemuan pertama kita. Saya ingin kamu menyelesaikan permasalah mu dengan Arkam. Saya ingin kamu bersama Arkam membina rumah tangga yang sesungguhnya, saya ingin membantunya mendapatkan mu. Dan Arkam tidak tahu tentang pernikahan kita." Emir menatap Jamilah dari samping, dengan menyenderkan tubuhnya pada dinding kaca.

"Itu salah satu alasan mu kenapa tidak mau menyentuh saya?." Jamilah menatap Emir penuh kekecewaan. Emir hanya mengangguk lesu sebagai jawaban.

Jamilah menolah pada Emir, detik ini Jamilah tidak bisa menahan laju air matanya. "Dari awal memang niat mu untuk menikahi saya sudah tidak baik. Banyak hal yang kamu sembunyikan yang ternyata ada kaitannya dengan saya. Tanpa kamu cari tahu dulu tentang kebenarannya seperti apa?."

Dengan reflek kedua tangan Emir memegangi wajah Jamilah dengan begitu sendu. Air mata itu kembali jatuh karena perbuatannya.

"Jangan menangis!. Aku tidak bisa melihat mu menangis seperti ini!." Emir mengecup air matanya yang berjatuhan pada kedua pipi Jamilah.

"Tolong maafkan saya!. Jangan menangis!." Kedua tangan Emir menghapus sisa-sisa air mata pada wajah Jamilah.

"Saya tidak memiliki masalah apa pun dengan Arkam. Kalau pun dulu itu saya menolaknya karena alasan yang ada pada saat itu. Apalagi kecelakaan Arkam, itu bukan salah saya, saya tidak harus bertanggung jawab apa pun pada Arkam. Sampai kamu dengan tega melakukan pernikahan ini." Jamilah menepis perlahan tangan Emir yang masih berada pada wajahnya.

"Tadinya saya ingin dan akan bertahan walau apa pun yang akan terjadi dalam rumah tangga kita. Namun jika pada akhirnya kamu akan menyerahkan saya pada Arkam, karena rasa persahabatan mu, rasa setia kawan mu. Maka lebih baik kita akhiri saja sampai di sini." Setiap perkataan yang keluar dari mulut Jamilah bagaikan ribuan pisau yang menyayat hati Emir. Wanita yang dianggapnya kuat pun ternyata begitu rapuh, bila dihadapkan dengan situasi yang begitu memojokkannya. Terlebih bila datang dari sang suami seperti dirinya.

Lidah Emir sudah tidak bisa berucap lagi, sangat terasa berat untuk membantah ucapan sang istri. Bukan ini lagi akhir yang diinginkannya, tapi ternyata istrinya sendiri yang sudah memintanya terlebih dahulu tanpa mau mencobanya bertahan.

Emir menahan lengan Jamilah yang akan pergi dari sana. Kedua lutut Emir sudah menyentuh lantai berkarpet tebal. Berlutut di hadapan Jamilah dengan tangan yang memegang tangan Jamilah. Namun tidak ada satu patah kata pun keluar dari mulut Emir.

.

.

.

Hubungan yang sedang tidak baik-baik saja diantara Emir dan Jamilah dari tadi malam sampai pagi ini. Diperkeruh dengan kedatangan Arkam yang sudah menunggu keduanya di lobby hotel. Arkam mengajak Jamilah dan suaminya untuk sarapan bersama. Arkam ingin mengetahui sosok suami dari wanita yang selalu dipujanya. Begitu juga Arkam tidak lupa mengundang Isyana dan Emir serta Farhan.

Keduanya masih diam saat keluar dari dalam kamar hotel mereka. Sampai Isyana memanggil keduanya. "Jamilah, Emir...."

Keduanya berbalik badan, menatap Isyana yang sedang dibantu oleh suster dengan mendorong kursi rodanya mendekati mereka.

"Arkam mengundang kalian juga?." Isyana melihat Jamilah dan Emir yang sepertinya tidak saling bicara. Jamilah hanya mengangguk.

"Iya Arkam mengundang kami." Jawab Emir sambil membantu Isyana mendorong kursi rodanya. Lalu suster dan Jamilah berjalan di belakang mereka.

Suasana begitu ramai pagi itu, hampir semua kursi penuh. Namun Farhan melambaikan tangan pada Emir dan Isyana. Kemudian mereka semua menuju meja Farhan dan Arkam. Mereka langsung menempati kursi yang sudah tersedia. Bahkan posisi duduk Emir dan Jamilah berjauhan hingga Isyana berada di tengah mereka.

Emir sangat terlihat sekali menunjukkan perhatian dan kepeduliannya pada Isyana di depan mereka yang mengetahui kisah manis cinta mereka.

"Suami mu tidak ikut?." Tanya Arkam terkesan hanya sekedar untuk basa basi. Karena memang terlihat Jamilah datang hanya sendiri.

"Tidak" Jawab Jamilah singkat. Isyana menatap Emir penuh tanya. Namun Emir tidak peduli. Isyana pun menatap Jamilah seakan bertanya ada apa, namun Jamilah hanya tersenyum manis padanya.

"Sayang sekali, padahal kalau saja suami mu ikut. Pasti akan lebih ramai, kita bisa saling mengenal." Balas Arkam menuangkan kopi pada cangkirnya.

Jamilah tidak menanggapi lagi perkataan Arkam. Jamilah hanya fokus pada makanannya.

Semua yang di sana, bisa menangkap rasa suka yang Arkam tunjukkan pada Jamilah. Walau pun Jamilah bersikap biasa saja.

.

.

.

"Mak, Kak Jami lagi di Jakarta sekarang?." Tanya Julia saat membantu Emak di dapur.

"Iya sama Emir. Katanya nanti sore udah balik." Jawab Emka mulia menumis bumbu untuk sayur kangkung.

"Mampir enggak ke tempat Kak Leha?." Julia menyodorkan baskom kecil berisi kangkung yang sudah di potong pendek.

"Mungkin enggak, waktunya enggak cukup. Urusan Kakak mu saja belum tentu selesai." Balas Emak.

Obrolan keduanya terhenti karena Bapak dan Jaka yang baru pulang dari rumah Pak Utomo.

Bapak dan Jaka membawa banyak makanan yang sudah matang dan buah tangan lain dari Pak Utomo. Dari jagung manis, pisang Ambon yang sudah matang, pepaya yang baru setengah matang sampai keripik pisang. Ada juga beberapa ikan mujair dan lele.

"Banyak sekali bawaannya Pak?. Ini Pak Utomo yang ngasih atau Bapak yang minta?." Emak dan Julia merapikan bawaan bapak.

"Alhamdulilah di kasih Pak Utomo, Mak. Kalau kurang katanya boleh ambil lagi." Jawab bapak membuka plastik keripik pisang sudah ditaburi gula putih.

"Enak Mak, coba nih?." Bapak menyodorkan keripik pisang tersebut.

.

.

.

Emir hanya diam saja saat Isyana bertanya banyak hal. Emir tidak ingin memperkeruh suasana hubungannya dengan Jamilah. Ia akan mencoba menyelesaikan sendiri.

"Baiklah kalau kamu tidak ingin memberitahu ku alasan yang sebenarnya. Aku harap kau tidak bertindak bodoh dengan melepaskan Jamilah, baik untuk Arkam atau pria lain di luar sana." Isyana memutar pintu kamar hotel dan segera masuk. Emir membalik badannya dan segera pergi dari sana.

Jamilah sedang berkemas ketika Emir masuk ke dalam kamar.

"Ponsel mu dari tadi berbunyi." Jamilah memberitahunya dan sudah selesai dengan barang bawaannya masuk ke dalam tas.

Emir tidak mempedulikan ponselnya yang kembali berbunyi. Emir menghadang jalan Jamilah yang hendak menjauh dari dirinya.

"Saya tidak ingin pulang ketika kamu dalam keadaan marah. Ayo kita bicarakan ini lagi baik-baik." Emir membawa Jamilah duduk di kursi dekat jendela.

"Saya akui saya salah. Maka dari itu tolong ingatkan dan ajari saya kalau saya salah. Jangan biarkan saya terus berada dalam kesalahan saya. Bantu saya untuk segera keluar dari kesalahan-kesalahan." Emir ternyata sungguh-sungguh untuk memperbaiki hubungannya bersama Jamilah. Meski tidak tahu harus di mulai dari mana.

Jamilah melihat keseriusan yang ditunjukkan Emir dalam ucapannya. Kini Jamilah hanya perlu pembuktiannya saja.

"Saya yakin kamu sangat tahu kesalahan-kesalahan mu apa. Jadi saya tidak perlu lagi menyebutkan kesalahan-kesalahan tersebut. Dan saya juga sangat yakin kalau kamu juga tahu apa yang harus kamu lakukan untuk keluar dari itu semua. Selama kamu memiliki niat yang baik untuk pernikahan kita, maka saya akan terus tetap berdiri di samping mu. Tapi jika kamu tetap pada pendirian awal mu maka kembalikan aku pada Bapak dan Emak."

.

.

.

Deg

Emak memegang dadanya yang terasa sesak, dan hal itu terlihat oleh Jaka.

"Kenapa Mak?. Dadanya sakit kenapa?." Jaka panik dan akan memanggil Bapak.

Emak buru-buru menggeleng, "Enggak Jaka, jangan panggil Bapak atau pun Julia. Emak baik-baik aja, hanya saja perasan Emak tiba-tiba tidak enak begini. Emak mau ke kamar aja. Nanti kalau bapak tanya, Emak rebahan di kamar." Emak buru-buru cuci tangan dan segera masuk ke dalam kamar.

"Mudah-mudahan kamu enggak kenapa-napa Milah. Kenapa perasaan Emak enggak enak gini?." Emak mengambil mukena dan langsung saja menggelar sajadahnya. Tadi saat Emka cuci tangan, Emak sekalian ngambil air wudhu.

Tidak ada yang lebih menenangkan hati Emak selain berpasrah pada Gusti Alloh. Dengan usaha dan ikhtiar serta dibarengi doa tentunya.

.

.

.

Jamilah dan Emir kini sudah akan memulai perjalanan pulang ke rumah Pak Utomo usai mereka makan siang. Hubungan keduanya sedikit mencair tidak se-kaku dan sedingin tadi pagi.

"Nanti kalau mau beli oleh-oleh bilang aja. Kita cari tempat yang enak." Emir mulai menyalakan mesin mobilnya. Dan melajukan mobilnya dengan kecakapan sedang, meninggalkan hotel dan Isyana yang sedang memikirkan langkah apa yang akan diambilnya. Mau menerima saran dari Jamilah untuk menemui Alexander atau tetap akan seperti ini seorang diri.

"Iya nanti ada di daerah Bogor. Saya punya langganan." Jawab Jamilah dengan wajah senang. Emir sangat bahagia kala senyum itu sudah kembali terlihat dari wajah cantik sang istri.

Sudah memasuki daerah Bogor, puncak. Jamilah sudah bersiap untuk membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga dan para guru.

Jamilah dan Emir turun di tempat penjualan oleh-oleh yang sangat lengkap. Jamilah dan Emir memilih beberapa makanan yang akan dibagikan.

"Ini uangnya!." Jamilah menoleh saat Emir mengeluarkan uang dari dompetnya. Jamilah sekilas melihat ada sebuah foto yang terpasang dalam dompet Emir. Tapi Jamilah tidak bisa melihatnya dengan jelas.

"Terima kasih." Jamilah mengambil uang itu dan segera membayar semua belanjaannya.

Lalu keduanya keluar dan segera masuk ke dalam mobil. Jamilah meletakkan semua oleh-olehnya di jok tengah. Emir kembali membawa mobilnya bergabung dengan pengguna jalan yang lain.

Emir tahu kenapa Jamilah jadi diam seperti sekarang ini. Namun Emir tetap sengaja mendiamkanya. Jamilah begitu terusik dengan apa yang dilihatnya. Sampai saat berhenti untuk mengisi bensin. Emir keluar untuk berbicara dengan petugas SpBU.

"Jamilah, ambil kan kartu ATM di dalam dompet.!" Kata Emir dari luar. Jamilah mengangguk dan segera membuka dompet Emir.

Senyum itu seketika merekah kembali kala melihat foto dirinya lah yang ada di dompet Emir. Hal itu langsung saja diabadikan Emir dalam ponselnya.

1
Nazwan Faiq
😭😭😭
Nazwan Faiq
Kecewa
Nazwan Faiq
Buruk
Farida Husein
mama nya alexsander kah 🤔🙆‍♀️
Farida Husein
semangat author
Nazwan Faiq
kok sedihh ya😭😭
kirei ardilla
aku pernah di posis Jamilah di langkah smp 2x, tapi yg pertama kali ibu aku ksih alasan ke org2 klw aku lgi nunggu pacarnya yg sedang kerja diluar kota. padahal kenyataannya ga seprti itu, aku memang lagi g punya hubungan sm siapapun dan aku lagi enjoy dengan kehidupan sendiri ku dan membahagiakan kedua ortu terutama ibu, karena jika sudah nikah pasti fokusnya bukan ke ortu lagi tapi ke pasangan kita. klw dilangkahi ke 2x nya udah g ada ibu(meninggal) jadi ga ada yg belain sprti itu lagi, hanya saja kakak2 sepupu aku pada nangis semua karena aku dilanfkah lagi. mungkin juga pola pikir aku hampir sm sprti Jamilah jadi biasa aja. jika ditanya org kapan nyusul Ade2 nya nikah? aku cukup bilang nanti akan ada undangan datang tanpa tau siapa pacar aku. terkadang mereka itu g mikir apa, jika punya anak perempuan digituan enak g? ga takut apa kalw kata2 itu balik ke mereka. emosi kadang2 klw dengar org gomong gitu.
Yashlaura
ukuran anak kelas 5 sd terlalu itu anak
zhoedjie liem
huh..bener* rubah si Tiffani...akhirnya ketahuan jg siapa bapak si bayi
Roha yati
Luar biasa
Roha yati
Buruk
Yashlaura
gimana 3 minggu usianya. sedangkan emir nyebutin jamila udah jadi istri beberapa bulan dan artinya emir d indo udah beberapa bulan
Kiki
Luar biasa
Anonymous
n
Rahmawati
bagus bgt
Ryan Jacob
semangat Thor
Sha Yusuf
begitu kurang diajar itu anak🥴🥴
Erlina Candra
Luar biasa
Lilik Farihah
bagus ceritanya ...sy suka sy suka😀
Alfi Yah
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!