Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersandiwara
Mawar yang mengintip dari jendela melihat orang-orang memasukkan barang-barang yang cukup mewah. Mawar segera keluar dan menatap suaminya dan juga anaknya yang masih terdiam tanpa melakukan apa-apa.
Pasti ini kejutan untuknya, pasti suaminya ini pura-pura tak punya uang. Padahal punya dan ingin memberikannya kejutan. Mawar sudah tak sabar.
"Apa itu tempat tidur untuk aku Mas, sudah aku bilang kan kamu pasti punya uang dan tak mungkin bangkrut. Mas beli juga kan buat Anya sama Andi, pasti masih banyak barang kita yang akan diantarkan iya kan Mas "Mawar sudah ke gr-an saja, bahkan wajah kesalnya tadi sudah hilang berubah menjadi kegirangan.
"Tidak, itu barang-barangnya Laura dia yang beli" jawab Damian dengan datar.
"Apa Laura beli, punya uang dari mana dia. Tidak, tidak pasti kamu yang membelikannya kan Mas, kamu yang membelikan barang-barang itu untuk Laura kamu itu ga adil Mas. Seharusnya aku yang utama, aku ini istri kamu Mas" teriak Mawar tanpa rasa malu sedikit pun.
"Aku punya uang dari mana, aku tidak membelikan barang itu. Mana barang-barang itu mahal dan aku tidak punya uang sebesar itu Laura memang membelinya sendiri. Kalau tak percaya tanyakan saja pada Laura"
Mawar yang ingin membuktikan semua ucapan suaminya melangkah pergi ke arah kamar Laura. Kamar itu begitu nyaman tempat tidurnya pasti sangat empuk dan lagi lemarinya begitu bagus. Belum lagi pakai pakaian tergantung dengan rapi semua sudah nyaman. Mawar segera menarik Laura yang sedang tertidur tanpa memperdulikan anak tirinya itu akan pusing ataupun nanti akan terjatuh.
"Apa sih Tante tiba-tiba membangunkan ku" bentak Laura yang tak terima.
"Seharusnya ini punyaku Laura. Enak saja kamu tidur ditempat tidurku ini. Dasar anak tak tahu diri sudah sering menyusahkan sekarang malah mengambil barang punyaku "
"Kayaknya Tante sudah gila deh, barang-barang ini semua aku beli sendiri dan ini bukan buat Tante. Ini untuk aku sendiri. Lebih baik Tante segera bangun dari mimpi buruk itu agar kembali sadar " Laura mengguncang-nguncang tubuh Mawar cukup keras.
"Punya uang dari mana kamu " Mawar menepis tangan Laura dan menunjuk-nunjuknya, sedikit mendorongnya juga.
Laura yang tidak suka diperlakukan seperti itu mendorong Mawar dengan kencang, sampai-sampai mawar tersungkur "Kata siapa aku tidak pernah punya uang. Aku punya uang, makanya aku bisa membeli barang-barang ini. Jadi orang itu jangan boros Ayah memberikan uang yang banyak padamu, tapi apa tidak ada sedikitpun yang bisa membantu keuangan keluarga. Kamu ini memang pemboros dan seharusnya Ayah tidak pernah menikahi mu. Kamu adalah sebuah bencana untuk keluargaku. Keluar dari kamarku dan jangan pernah menginjakkan kaki kembali disini"
Mawar segera bangkit dan membersihkan pakaiannya yang kotor "Lihat saja, aku akan membongkar setiap kebusukan mu itu dan aku tahu uang itu bukan tabungan kamu Laura. Pasti itu hasil jual dirikan. Kamu itu perempuan murahan sama seperti Ibumu"
"Jangan bawa-bawa Ibuku, kamu yang murahan jalang. Mulutmu itu memang harus ditampar "plak, Laura benar-benar menampar bibir Mawar, tanpa peduli Ayahnya akan marah ataupun dirinya akan diusir dari rumah ini.
Laura yang tak puas kembali melayangkan tamparannya itu pada pipi Ibu tirinya.
"Dasar anak kurang ajar kamu ya "saat Mawar akan membalas tamparan itu tangannya seperti ditahan.
Laura yang melihat Ayahnya segera berpura-pura menangis dan ketakutan "Lihat Ayah istrimu, lihat dia akan menamparku. Bahkan dia tadi mendorongku sampai aku jatuh. Sebenarnya apa salahku ini sampai-sampai Tante sangat membenciku. Padahal aku dulu tak pernah protes dengan uang jajan yang diberikan Tante. Aku selalu menjadi anak baik tapi Tante selalu kasar padaku"
Mawar menggelengkan kepalanya "Tidak Mas, jangan dengarkan dia. Aku yang didorong oleh Laura dan aku juga ditampar olehnya jangan percaya. Anak ini sudah jadi anak pembohong dan juga kasar Mas, dia berani membentak ku juga"
"Apakah Ayah percaya dengan kata-kata Tante, dia selalu berbuat kasar padaku di rumah saat Ayah tidak ada. Ayah tahu sendiri kan dia juga memotong uang jajanku. Bahkan tidak memberikan hampir semua uangnya. Tega sekali kan, sekarang di sini juga dia menyiksaku Ayah, tidak seharusnya Ayah dulu menjadikan Tante ini menjadi Ibuku. Dia sangat kasar aku bener-bener sakit hati dengan setiap perlakuannya"
Laura terus saja memainkan perannya, dia menangis dan memeluk dirinya sendirian. Damian tentu saja marah, Damian ingin memperbaiki semuanya dengan anak-anaknya tapi Mawar malah seperti ini.
"Kamu keterlaluan Mawar, aku kira kamu Ibu yang baik dan adil. Ternyata seperti itu kamu di belakangku. Aku benar-benar kecewa dengan kamu"
"Mas dengarkan aku dulu jangan sepihak seperti ini. Laura yang sudah kasar sama aku Mas. Kamu harus dengerin aku juga " Mawas sudah sangat panik, bagaimana kalau sampai di usir nanti.
"Sudah ayo kita bicara " Damian menarik Mawar dengan kasar, tak peduli dengan teriakan istrinya.
Anya dan Andi tak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa diam dan melihat kembali orang tuanya bertengkar.
Sedangkan Laura tak peduli menutup pintunya dengan perlahan-lahan dan tersenyum dengan lebar. Tertawa dengan bahagia ternyata ada bakat juga ya untuk berakting dan memfitnah orang. Laura kembali berbaring dan memainkan ponselnya rasanya sudah tidak enak kalau ditidurkan kembali.
Membuat Ayahnya dan juga Ibu tirinya bertengkar ternyata menyenangkan. Terpisah dan tidak ada keluarga bahagia lagi rencananya itu sangat bagus ternyata.
Perlahan-lahan mereka akan hancur dan itu akan membuat hati Laura senang dan bahagia sekali.
...----------------...
Saat pagi hari Laura melihat Ayahnya yang begitu sibuk di dapur. Bukan Ibu tirinya yang memasak tapi Ayahnya. Laura hanya duduk menunggu Ayahnya yang sedang memasak.
Mawar juga masih menatapnya dengan tatapan yang begitu tajam dan marah, mungkin karena masalah kemarin. Entah apa yang Ayahnya katakan pada Ibu tirinya itu.
"Ayah sudah belum sih Anya lapar. Anya bisa telat nanti ke sekolah. Apa lagi sekarang harus bareng sama Andi, cepet dong Ayah aku ga mau telat"
"Sebentar Anya daripada kamu merengek seperti itu bantu Ayah memasak, agar semuanya cepat selesai"
"Tidak mau Ayah, bisa-bisa tanganku akan kotor dan kuku cantikku ini bisa rusak"
"Yasudah kalau begitu tak usah banyak mau diam dan tunggu Ayah selesai"
Anya dengan kesal melipat tangannya dan Laura malah menjulurkan lidahnya meledek Anya yang seperti anak kecil. Anya yang tak terima ingin menjambak Laura tapi ditahan oleh Andi.
"Jangan mulai " tegur Andi dengan tegas, tak mau ada pertengkaran lagi di keluarganya ini.