MENIKAHI PERAWAN TUA (IBU ANGKAT ANAKKU)
Sejak usianya 23 tahun Adira memutuskan mengadopsi seorang bayi yang dibuang di daerah tempat tinggalnya.
Keputusan yang tak mudah tetap Adira lakukan karena merasa senasib dengan sang bayi, dua hari setelah bayi itu ditemukan orang tua Adira meninggal karena kecelakaan tragis.
Sama-sama hidup seorang diri Adira membawa pergi bayi tersebut untuk memulai hidup baru, membesarkan bayi itu seperti anaknya sendiri.
Hingga tujuh tahun kemudian ayah dari bayi yang telah ia besarkan tersebut datang dan berniat membawa sang anak pulang.
Sanggupkah Adira berpisah dengan putra angkatnya?
Instagraam: @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
PRANGGGG!!!!
"Astaga!"
Adira menjerit ketika tak sengaja menjatuhkan gelas saat ia baru saja selesai makan malam.
Adira langsung memegang dadanya yang berdetak kencang karena terkejut, sedangkan tangan yang satunya masih memegang piring kotor agar tidak ikut terlepas.
"Ya Tuhan.... Ada apa denganku?" Gumam Adira terheran karena seingatnya ia menggenggam erat gelas itu dengan hati-hati.
"Kenapa perasaan ku tidak enak begini?"
Firasat buruk tiba-tiba memenuhi hawa di sekelilingnya, tak ada angin tak ada hujan sebuah gelas jatuh membuat Adira jadi berpikiran yang aneh-aneh.
"Sudahlah, sebaiknya aku bereskan pecahan kaca ini" Adira pun memilih mengambil sapu dan membersihkan serpihan kaca di lantai sampai benar-benar bersih.
Selanjutnya mencuci bekas makan seperti biasa.
Semua sudah Adira kerjakan, kini wanita itu kembali menuju kamarnya.
Disana Adira mengambil ponsel yang tergeletak di atas kasur, saat dilihat sudah ada beberapa panggilan tak terjawab dari salah satu nomor kontaknya.
Adira lantas mengirimkan pesan pada nomor itu.
"Maaf telponnya tidak terangkat, aku baru selesai makan malam tadi"
Hanya butuh satu detik saja pesan Adira sudah dibaca dan langsung mendapat jawaban.
"Tidak apa, Ra. Aku hanya ingin mengabari jika aku ditugaskan di Medan lusa besok menggantikan salah satu teman yang tidak bisa datang. Maaf aku harus mengundur kepulangan ku untuk bertemu kamu"
Adira membaca pesan dengan teliti, dan turut membalasnya.
"Jangan khawatir aku baik-baik saja sekarang, mas fokus saja pada pekerjaan mas. Aku dengar mas naik pangkat, selamat ya!"
"Terimakasih, Ra. Ini semua juga berkat doa dari kamu, sekarang istirahatlah aku juga ada piket malam. Jangan bersedih terus, tunggu aku ya Ra...."
Adira hanya tersenyum simpul, Adira tak bisa membalas dengan jawaban iya atau tidak, namun Adira berdoa agar orang tersebut selalu diberikan kebahagiaan.
"Selamat malam, mas..."
***
Adira terbangun manakala kicauan burung tiba-tiba saja menjadi alarm yang berbunyi nyaring.
Adira mengernyitkan ketika sinar matahari menembus masuk melalui celah-celah tirai jendela yang masih tertutup.
Adira melirik jam dinding yang menggantung, jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh, seketika mata Adira terbelalak tak percaya.
"Ya Tuhan! Bisa-bisanya aku kesiangan....!" Jerit Adira melompat dari atas tempat tidur dan berlari ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak biasanya ia bangun diatas jam enam, bahkan Adira tidak mendengar ketika alarm ponselnya menyala pukul lima.
Adira buru-buru membersihkan diri dengan air dingin karena tidak akan keburu jika harus mandi dengan air hangat.
Selepas mandi Adira langsung berpakaian, kemudian memoleskan sedikit makeup tipis agar terlihat lebih segar.
Keluar dari kamar Adira turun menuju meja makan, ia hanya mengoles roti dengan selai strawberry dan langsung melahapnya empat kali suapan.
Dengan cepat Adira mengambil kunci mobil dan berjalan ke arah pintu.
Ketika Adira membuka pintu rumahnya, tiba-tiba ia dikejutkan oleh seorang lelaki yang berdiri tepat di depan pintu.
Adira langsung mengerem kedua kaki, hampir saja ia menubruk orang tersebut.
"Astaga!!"
Bola mata Adira menelisik pria di depannya, ia sama sekali tidak mengenal orang itu, namun cukup terlihat menyeramkan dengan pakaian serba hitam yang melekat di tubuhnya.
"S-siapa kau???" Ujar Adira tergugup-gugup sambil memasang wajah was-was.
"Selamat pagi, Nona. Maaf telah mengejutkan anda, perkenalkan saya adalah orang suruhan Tuan Eza. Saya ditugaskan menjemput anda ke Jakarta" jelasnya dengan sopan.
Adira makin terkejut, namun ia tetap bersikap tenang meski tidak mengerti tujuan inti orang ini.
"A-apa maksudmu?? Apa Tuan mu mau berbuat jahat padaku?!!!" Tuduh Adira ketakutan, ia sudah berpikiran buruk ketika mendengar nama Eza, takut pria itu masih menyimpan dendam padanya, Adira sendiri pun bingung karena ia tidak pernah mengusik lagi mereka setelah kepergian Elvis.
"Tidak, Nona! Tolong jangan salah paham dulu, apa boleh kita bicara sebentar?"
***
"Apa?!! Elvis masuk rumah sakit...!"
Pengakuan lelaki dihadapannya mampu membuat Adira hampir terkena serangan jantung.
Bagaimana tidak, tanpa ada desas-desus apapun mendadak ia mendapatkan kabar jika Elvis sakit sampai harus menjalani rawat inap.
Adira seketika menutup mulut sangking tidak percaya, diikuti lelehan air mata yang jatuh menerobos kedua pipi Adira yang mulus tanpa pori-pori.
"Hiksss.... Kenapa bisa?!! Apa mereka tidak menjaga Elvis dengan baik!!"
"Sudah ku duga laki-laki itu hanya omong kosong sejak awal" hardiknya pada Eza, jelas ia tak terima ketika mendapat kabar buruk tentang Elvis, bahkan baru sebulan setelah Elvis pergi.
"Tuan Elvis masuk rumah sakit karena mengalami alergi seusai tak sengaja memakan selai ceri yang diberikan oleh Nyonya" jelasnya membantah tuduhan Adira yang mencecar atasannya seraya meluruskan kejadian yang terjadi.
Adira sampai terperangah ketika mendengar penyebab Elvis dilarikan ke rumah sakit.
"Ceri?? Elvis memang alergi dengan buah itu!"
"Apa sebelumnya mereka tidak mencari tahu apa yang boleh dan tidak boleh Elvis makan?!!"
Pria itu hanya terdiam kala dirinya menjadi bahan pelampiasan amarah wanita di depannya, dia sendiri paham akan kekesalan yang dirasakan oleh Adira, maka dari itu ia hanya bisa menjadi pendengar celotehan Adira yang sedari tadi tak berhenti terus mengumpat Tuannya.
"Setelah Elvis sakit saja, baru mereka mencari ku!" Ketus Adira memukul sofa sebagai bentuk kekesalan.
"Maka dari itu saya dan para bawahan saya datang kemari untuk menjemput Nona, saya harap Nona bersedia untuk datang ke Jakarta"
"Tentu saja aku akan datang! Tanpa kalian jemput pun aku akan pergi sendiri dari kemarin kalau mendengar kabar seperti ini" dengan dikuasai emosi yang meledak-ledak Adira bangkit dari sofa dan melangkah ke arah kamarnya.
Ia akan packing barang-barang selama berada di Jakarta untuk mengurus Elvis.
Dengan koper besar Adira memasukkan pakaian serta segala kebutuhan yang sekiranya perlu ketika ia berada di Jakarta, tidak peduli ia akan tinggal dimana selepas menampakki kakinya di Ibukota.
Mungkin Adira akan menginap di rumah sakit sampai Elvis sembuh, setelah Elvis diperbolehkan pulang mungkin Adira akan tidur di jalanan.
Yang penting Adira harus memastikan kondisi Elvis sampai benar-benar pulih, barulah Adira akan tenang kembali ke Malang.
Sambil membawa koper berukuran setengah badannya Adira menuruni tangga dengan susah payah.
Melihat Adira yang kesusahan, pria utusan Eza itu dengan gesit langsung membantu Adira membawakan koper.
"Biar saya saja yang membawanya, Nona"
Tanpa menolak Adira pun membiarkan pria berbadan besar tersebut mengambil koper miliknya.
Sebelum berangkat Adira memastikan mematikan aliran listrik agar tidak terjadi korsleting, lalu mengunci pintu rumah dan gerbang dengan rapat.
"Silahkan, Nona" Adira pun dipersilahkan masuk ke dalam mobil Alphard berwarna hitam yang sudah menunggunya.
Setelah naik mobil pun seketika melesat menuju bandara.