Affair... Tidak suka skip.
"Kita berjanji hanya akan bersenang-senang tanpa ada ikatan. Kau memuaskan hasratku, aku membantumu membalas suamimu yang berkhianat. Saat salah satu dari kita meminta berhenti, kita akan berhenti dan saling melepaskan tanpa beban," Ujar sang Bos dari suaminya, Kendrick Kratos.
"Tentu saja, kau bisa tenang! Aku bukanlah wanita yang akan menangis - nangis pada seorang pria!" jawab Ameera dengan tegas.
-Pria hanya manusia dengan segala nafsunya dan dengan mudah berkhianat, tapi wanita akan menjadi pengkhianat saat dunia impiannya seketika hancur! Notes Ameera.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demi Kamu Aku Sudah Berkorban Banyak.
Wajah Immanuel seketika pucat, matanya membelalak tak percaya menatap Ameera dan sang Bos.
Ameera naik ke atas meja sang Bos, dia berpose sexy dengan menumpuk kedua kakinya seperti tadi memperlihatkan kedua paha mulusnya, kedua kancing kemeja sengaja dia buka memperlihatkan belahan dada seputih salju, "Ada apa, Immanuel? Kau kabur dari rumah setelah aku memintamu bercerai, apa kau seorang pengecut?"
Melihat tubuh sexy istrinya diatas meja membuat darah Immanuel berdesir panas, dia menelan salivanya. Kenapa dia harus berselingkuh dari wanita sebaik dan secantik istrinya?
"Aku menyesal Ameera, aku bukan kabur hanya saja aku ingin kamu berpikir dengan dingin saat kita bertemu lagi. Tapi aku tak menyangka kamu... kamu-"
"Kamu masih berpikir aku masih sangat mencintaimu? Kau terlalu percaya diri, Immanuel! " Ameera turun dari meja, dia menghampiri suami brengseknya dengan percaya diri.
"Ameera, jangan begini. Beri aku kesempatan sekali lagi..." wajah Immanuel memelas.
Dada Ameera kembang kempis menahan emosi, "Apa dengan memaafkanmu dan memberimu kesempatan, anakku akan kembali?!" Ameera menggeleng, "Kau bahkan tidak tau, demi kamu bahkan aku pergi dari rumah orang tuaku! Hanya demi lelaki busuk sepertimu! Cintaku, kepercayaan, kesetiaan, pengorbananku selama ini padamu kau anggap apa?" Ameera menggigit bibirnya tak ingin menangis di depan pria pengkhianat itu tapi suaranya bergetar.
"Apa maksudmu pergi dari rumah orang tuamu? Kamu bilang kamu tidak mempunyai keluarga?"
"Ya, karena orang tuaku takkan merestui kita. Saat itu kau hanya mahasiswa miskin, tapi aku merelakan segalanya demi kamu. Aku ingin memulai segalanya dari nol denganmu, tapi... kini-"
Tiba - tiba ada seseorang yang mendekapnya dari belakang, tubuh Ameera bergetar dia tau itu adalah Kendrick. Dia berbalik memeluk tubuh lelaki itu, "Aku mohon jangan biarkan aku menangis di depan pria brengsek ini, suruh dia pergi," suaranya pelan dan hanya terdengar oleh Kendrick.
"Pergi!" Kendrick berwajah garang menatap Immanuel.
Mulut Immanuel terbuka ingin bicara tapi melihat wajah sang Bos semakin menyeramkan dia mengurungkannya lalu berjalan keluar dengan gamang.
"Dia sudah pergi, jika ingin menangis maka menangislah." Kendrick mengelus punggung Ameera.
Ameera menggeleng, dia melepaskan pelukannya, "Terima kasih, aku akan pergi." Ameera mengambil tas talinya lalu merogoh kartu namanya. "Ini kartu namaku, kita bisa atur pertemuan berikutnya agar kamu bisa mengambil flash disk itu."
Tanpa menunggu jawaban Kendrick, Ameera melangkahkan kaki gontainya keluar ruangan kantor.
Lama setelah kepergian Ameera, Kendrick masih berdiri di tempatnya. Dia mengingat masa lalunya saat mendengar Ameera berkorban dengan keluar dari rumahnya demi seorang lelaki. Dulu saat dia miskin, dia berpacaran dengan wanita yang sangat dicintainya tapi wanita itu memilih meninggalkannya hanya demi lelaki pilihan orang tuanya. Sampai sekarang dia tidak pernah lagi mau membuka hatinya, dia berhubungan dengan para kekasihnya hanya sebatas teman penghangat di atas ranjang, dia sudah menutup pintu hatinya. Tapi Ameera sangat berbeda dengan pacarnya dulu. Ameera lebih memilih kekasihnya yang miskin daripada keluarganya.
"Ameera..."
Dia mengambil kartu nama di atas meja lalu menyimpan nomer Ameera di ponselnya.
Ameera keluar dari lift tapi di lobby Immanuel sedang menunggunya, dia memalingkan wajahnya berjalan keluar pintu Perusahaan tak ingin meladeni suaminya lagi.
"Ameera..."
"Jika kau tidak ingin mempermalukan dirimu, jangan bicara. Aku menunggumu dirumah, sebaiknya kita selesaikan urusan kita!"
Dengan mengangkat tinggi kepalanya Ameera berjalan pasti keluar meninggalkan suaminya dengan segala penyesalan dan rasa sakit hatinya melihat langsung istrinya bermesraan dengan pria lain.
