MENIKAHI PERAWAN TUA (IBU ANGKAT ANAKKU)
"Kasihan ya"
"Iya kasihan sekali"
"Sepertinya baru beberapa hari"
"Kulitnya masih berwarna merah"
"Tega sekali orang tuanya"
Kerumunan orang-orang mengelilingi halaman depan pos keamanan dengan suara desas-desus yang memenuhi area sekitar.
Hampir semua warga ingin melihat sesuatu yang membuat mereka penasaran, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa berkumpul sambil menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi.
Pagi itu, daerah Kartana dihebohkan dengan penemuan seorang bayi yang terdampar di depan pos satpam. Motif pembuangan bayi baru lahir ini terjadi dan membuat gempar seluruh daerah serta warga yang melintas.
Pak satpam yang berjaga keliling tidak melihat siapa orang yang membuang bayi malang tersebut, ia pun baru tahu ketika salah satu warga memberitahunya.
Di tahun itu belum banyak warga yang mempunyai cctv, kawasan mereka bukan kawasan elit seperti komplek perumahan, membuat informasi yang didapat sangatlah minim untuk diketahui.
Kehebohan terus berlangsung ramai, tak ada yang berani membawa bayi itu, seluruh warga hanya berdiri sambil melihat sesosok bayi di dalam keranjang.
Seorang perempuan muda yang pagi ini akan berangkat kerja seketika dibuat terheran dengan sekumpulan orang banyak yang memenuhi halaman pos satpam.
Adira Mahayu memicingkan kedua matanya ke arah puluhan orang-orang itu, kepalanya bertanya-tanya apa yang sedang diributkan oleh para warga sekitar.
Rasa penasaran Adira muncul, kaki jenjangnya melangkah kembali sambil mendekati kerumunan tersebut.
Bisik-bisik para tetangga membuat Adira akhirnya bertanya, karena sangat sulit untuk Adira melihat peristiwa yang terjadi di depan.
"Bu Marni, ini ada apa ya? Kenapa semua orang berkumpul disini?"
"Eh Adira, memang kamu belum tau? Ada bayi yang di buang di depan pos satpam, kasihan sekali" jawab perempuan berusia matang itu.
"Apa??!!" Tak bisa menutupi keterkejutannya Adira spontan berteriak kaget.
"S-siapa yang membuangnya?"
"Belum ada yang tau, soalnya tidak ada satu pun warga yang melihat siapa pelaku yang membuang bayi itu. Sekarang kami sedang menunggu pak RT kemari" jelas Bu Marni.
"Gih kamu lihat, siapa tau bayi itu anak teman kamu" celetuk Bu Marni menyuruh Adira melihat dengan jelas.
Karena penasaran Adira menerobos kerumunan orang-orang sambil berdesak-desakan.
Hingga ketika ia sudah berada di barisan paling depan Adira bisa melihat seorang bayi mungil yang terlelap di dalam keranjang bayi.
Bayi itu nampak tertidur dengan damai meski suara-suara warga mengelilinginya.
Benar-benar bayi yang malang, kenapa ada yang tega membuang bayi seimut ini? Adira hanya menatap cemas tanpa bisa berbuat apa-apa.
Tak lama pak RT datang untuk melihat bayi tersebut, ditemani oleh istrinya.
"Ya Tuhan.... Apa yang terjadi?" Pak RT ikut terkejut melihat manusia kecil itu, tanpa pikir panjang pak RT langsung mengais bayinya.
"Jam berapa bayi ini ditemukan?" Tanya pak RT pada warga.
"Tadi pagi sekitar jam enam, pak RT" ujar salah satu warga.
"Ada yang melihat pelakunya?"
"Tidak, pak" ungkap warga lagi.
Pak RT semakin dibuat frustasi, ia pun kembali memandang bayi kecil dalam gendongannya, tatapan sendu mengarah pada bayi dalam balutan kain tersebut.
"Ya sudah, saya akan bawa dulu bayi ini ke rumah sambil membuat laporan pada polisi. Tolong beberapa warga ikut saya sebagai saksi, yang lainnya tolong jangan berkumpul disini dan kembali pada aktivitas kalian masing-masing" perintah pak RT yang langsung diiyakan warganya.
Seketika orang-orang bubar begitupun dengan Adira, dia berjalan lagi untuk berangkat bekerja meski rasa penasaran masih memenuhi pikirannya.
"Semoga keluarganya segera ditemukan, kasihan sekali bayi itu" gumam Adira berdoa.
Ia pun kembali melanjutkan kegiatan hariannya pagi itu.
***
Di kantor Adira langsung diserbu pertanyaan oleh rekan kerjanya, pertanyaan seputar berita yang baru saja menghebohkan daerah tempat tinggalnya ternyata sudah tersebar hingga ke telinga masyarakat.
"Ra, benar di daerah mu ada bayi yang dibuang?" Pertanyaan itu keluar bahkan sebelum Adira duduk di kursi kerjanya.
"Iya, Sya. Kasihan bayinya, tega sekali orang yang sudah membuang bayi itu. Seharusnya sekarang dia sedang dalam dekapan Ibu dan Ayahnya" lirih Adira teringat wajah sang bayi.
"Astaga, apakah orang yang membuang bayi itu orang tuanya sendiri?" Tanya Marsya.
"Tidak tau, Sya. Belum ada informasi yang pasti"
"Kalau benar orang tuanya sendiri aku benar-benar tidak menyangka, tega sekali mereka! Hanya mau membuat bayinya saja, selepas itu bayinya malah dibuang padahal banyak diluar sana yang berjuang agar bisa punya anak" nafas Marsya berderu menahan emosi, tangannya mengepal membayangkan kejahatan si pembuang bayi.
Adira mengangguk setuju, dulu Ayah dan Ibunya pernah bercerita jika mereka menanti kehadiran Adira selama sepuluh tahun pernikahan, kehadiran sangatlah patut disyukuri, mendengar berita ini membuat Adira ikut sedih berkali-kali lipat.
"Kita doakan saja semoga keluarganya cepat ditemukan dan membawa bayi itu kepada Ayah Ibunya" ucap Adira.
"Semoga saja, tapi..... Bagaimana jika tidak ada satupun dari keluarganya yang datang? Uhhh.... Kasihan sekali dia" Marsya berkaca-kaca ketika membayangkan hal tersebut, tidak tega melihat bayi terlantar tanpa keluarga aslinya.
"Jangan berpikir negatif dulu, Sya. Sekarang polisi sedang menindaklanjuti kasus ini, aku yakin keluarganya akan segera ditemukan" kata Adira dengan yakin.
"Kenapa kamu sangat yakin? Padahal kamu bilang belum ada informasi apapun terkait pembuangan bayi ini" ujar Marsya makin dibuat bertanya-tanya.
Adira berpikir sejenak, sebenarnya ia juga tidak tau pasti tetapi firasatnya berkata seperti itu.
"Bayi itu tidak dibuang di dalam kardus seperti yang biasa ada di berita-berita, bayi itu berada dalam keranjang bayi yang bisa diperkirakan harganya sangat mahal, bayi itu pasti berasal dari keluarga kaya, tak akan sulit menemukan identitas keluarga asalnya" jelas Adira menebak meski hanyalah dugaan semata.
"Tapi bisa saja kalau dia berasal dari keluarga yang berada, orang yang membuang bayi itu akan menutup rapat informasi tentang pembuangan bayi tersebut termasuk pelaku yang membuang bayi itu"
Lagi-lagi pendapat Marsya ada benarnya, Adira setuju dengan opini dari rekan kerjanya ini, banyak kemungkinan yang terjadi, bisa saja bayi itu akan kesulitan kembali pada keluarganya karena informasi yang sengaja ditutupi oleh si pelaku yang kemungkinan masih berasal dari keluarganya sendiri.
"Sekarang bayi itu dengan siapa?"
"Bayinya di bawa ke rumah pak RT untuk sementara, tidak mungkin dibiarkan terus di depan pos keamanan. Dia harus mendapat kehangatan di dalam ruangan" Adira memberitahu.
"Apa kamu tahu jenis kelamin bayinya?"
"Aku dengar laki-laki" jawab Adira.
Keduanya sama-sama merenung memikirkan nasib sang bayi, sebenarnya sudah banyak berita tentang bayi yang dibuang, tetapi karena hal ini terjadi tak jauh dari tempat mereka tinggal membuat keduanya jadi ikut kepikiran.
Tiba-tiba sebuah pertanyaan mengejutkan Adira.
"Apa kamu tidak berniat mengadopsinya, Ra?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Ety Nadhif
aku dtng lg mami,,,sembari nunggu babang aston up
2024-06-17
0
Raufaya Raisa Putri
ak dtg thor
2024-04-21
0
hìķàwäþî
2 thn pertama stress krn blm hamil jg. thn k 3 kegugurn.. thn k 4 br dpt. kmudian tiap 2 thn gw dikasih anak.. kini 3 anak2 gw ud pd dewasa.. alhamdulillah.. utk yg blm diberi anak oleh Tuhan. jgn berputus asa.. smoga diberikn yg terbaik.. aamiin..
2023-10-11
6