NovelToon NovelToon
Dokter Cantik Itu Putriku

Dokter Cantik Itu Putriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Romansa / Dokter Genius
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: yance 2631

Arin adalah perempuan sederhana, manis tapi cerdas. Arin saat ini adalah salah satu mahasiswi jurusan tehnik kimia di fakultas tehnik negeri di Bandung. Orang tua Arin hanyalah seorang petani sayuran di lembang.

Gilang adalah anak orang terpandang di kotanya di Bogor, ia juga seorang mahasiswa di tempat yang sama dimana Arin kuliah, hanya Gilang di jurusan elektro fakultas tehnik negeri Bandung.
Mereka berdua berpacaran sampai akhirnya mereka kebablasan.
Arin meminta pertanggung jawaban dari Gilang namun hanya bertepuk sebelah tangan.

Apakah keputusan Arin menjadi single mom sudah tepat? dan seperti apakah sikap Gilang ketika bertemu putrinya nanti?

Yuuk kita ikuti alur ceritanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yance 2631, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gilang Minggat

POV GILANG

Pagi ini mood gue bener bener bikin nggak enak hati karena sering bertengkar dengan Devi. Semakin hari Devi bukan menjadi lebih baik sebagai istri tapi masih seperti anak kecil, super egois seperti perempuan sinting!

Gue sedang dalam perjalanan ke kantor sekarang ini dan sedikit mengantuk karena semalaman teringat terus wajah Alina.. matanya.. alisnya yang tebal mirip gue.. dan senyumnya yang manis, semua itu membekas di mata gue..

Jujur, malam tadi memang gue sempat nangis sebentar bukan karena ribut dengan Devi, tapi lebih karena pikiran gue.. terbayang terus Alina anak gue satu-satunya.

Apa kabarnya dia, apa dia baik-baik saja? Apa dia sedang sakit? Apa dia masih ingat dengan "om Rayhan".. sebutan diri gue sendiri yang hanya Alina yang tahu..

Tiba di kantor mobil langsung gue parkir di tempat biasa, dan gue langsung ke ruang kerja.

HRD memberi kabar bahwa ada pekerjaan yang harus cepat diselesaikan di luar kota, di lembang kabupaten bandung barat.. dengan senang hati aku langsung menerima tawaran itu,

"Bu, seandainya saya terus ditugaskan di lembang saya sangat bersedia, lama juga nggak apa-apa.. saya suka udaranya, adeeem!" ujar gue memberi sinyal ke ibu HRD manager.

Bu HRD pun tersenyum sambil meledek gue, "Serius nih pak Gilang betah di lembang, atau mau kawin lagi?" canda bu HRD.

"Ya soal kawin lagi ya tergantung.. gimana nanti saja itu sih lagian laki-laki punya istri double kan biasa, nggak aneh, wajar bu.. hahaha.." ujar gue juga bercanda.

Singkat cerita, gue sudah dalam perjalanan menuju lembang bandung.. Kami bertiga, gue, pak Agus dan driver.

Tiba di lembang gue sempat berpikir untuk mengunjungi kedua orang tua Arin, dan setelah berdiskusi.. Gue bisa ijin untuk kesana setelah kami tiba di hotel nanti.

Gue pun sampai di depan rumah orang tua Arin di lembang diantar oleh driver kantor,

"Mm, kok sepi ya.. tapi pagarnya terbuka" gumam gue dalam hati.

"Cari siapa pak?" tanya tetangga pak Ahmad.

"Punten saya mau ketemu pak Ahmad bu.." ujar gue sambil mengangguk.

"Oh, kalau pak Ahmad nggak ada sepertinya pak lagi di bandung, istrinya mungkin ada nanti saya panggilkan.." ujar tetangga itu.

Tidak lama kemudian ibu Siti pun datang, "Assalamualaikum bu.. "sapaku sambil bersalaman.

"Waalaikumsalam cep Gilang, ayahnya lagi nggak ada, dia lagi di rumah sakit" ujar bu Siti.

"Siapa yang sakit bu?" tanya gue mendadak cemas, teringat firasat yang tadi malam gue rasakan.

"Mmm, Alina cep.. eneng Alina sakit demam berdarah" ujar bu Siti.

Mendengar itu gue kaget setengah mati.. pantesan semalam gue inget terus Alina dan sampai gue nangis, ..

"Di rumah sakit mana bu Alina dirawat?" tanya gue mulai panik.

"Duuuuh dimana ya, ibu lupa nama rumah sakitnya cep pokoknya rumah sakit besar di jalan Ir H Juanda dago.." ujar bu Siti.

Gue pun saat itu juga langsung pamit dan driver kantor pun tancap gas menuju rumah sakit Barromeus di dago yang super macet dan di tambah hujan yang cukup deras.

Gilang dan driver kantor pun berhasil tiba di rumah sakit dan segera memarkirkan kendaraannya, Gilang langsung berlari ke lobby resepsionis rumah sakit tersebut..

"Sore bu, boleh saya pasien bernama Alina putri usia anak-anak dia dirawat disini.. "tanya Gilang. "Sore pak, sebentar saya cek dulu.. "ujar pegawai yang bertugas.

Gilang menunggu dengan harap harap cemas sore itu, lalu kemudian..

"Alina putri, ya ada pak.. ada hubungan apa ya pak dengan pasien?" tanya pegawai itu.

"Saya Om nya!!" ujar Gilang berbohong dan setengah kesal.

"Oke pak, baik baik.. silahkan tinggalkan ID atau KTP nanti selesai bisa di ambil kembali, ruangannya Maria 3 kamar VIP 12 lantai 5 ya pak" ujar pegawai itu.

Gilang pun bergegas menuju lift untuk menuju ruangan kamar yang dimaksud. Sambil berjalan Gilang berpikir bagaimana sikap Arin saat nanti bertemu.. menghadapi Arin yang begitu keras kepala, egonya dan lain-lain.

Gilang mengabaikan pikirannya itu, setiba di lantai yang di maksud Gilang pun keluar lift dan langsung menuju ruang anak Maria VIP 12, dan Arin lah yang membuka pintu kamar itu..

Gilang dan Arin saling bertatapan.. suasana terasa kaku, Arin dengan tatapan yang masih membencinya, Gilang dengan tenang mulai bicara setelah pintu kamar sedikit terbuka,

"Arin, saya tahu kamu benci saya tapi ijinkan saya melihat Alina.. Saya datang kesini karena sejak malam saya merasakan sesuatu terjadi pada Alina Rin, mungkin itu yang orang bilang hubungan darah, dan Alina punya hubungan darah langsung dengan saya papanya.." ujar Gilang tegas.

"Kamu toxic Gilang, jangan pernah sentuh anak aku!!" ujar Arin tidak mengijinkan Gilang masuk ke ruang rawat Alina.

"Please Rin, harus gimana lagi cara saya minta maaf dengan kamu, Allah saja Maha Pemaaf Maha Pengampun... kalau memang kamu pernah bilang sudah memaafkan saya itu artinya kamu nggak ada lagi rasa benci di hati kamu Rin, Saya akui saya SALAH BESAR.. tapi saya adalah PAPANYA ALINA RIN..!" ujar Gilang dengan nada sedikit lebih tinggi, dan Gilang juga mengusap airmatanya yang mulai keluar.

Arin pun terdiam, Arin sadar Gilang memang adalah ayah kandung Alina yang punya pertalian darah yang kuat..

"Oke, baik.. kamu boleh sekarang masuk.. temui Alina tapi ingat, jangan pernah bilang sedikitpun kamu adalah ayahnya!, ingat itu Gilang!!" ujar Arin mengancam.

Gilang pun mengangguk, dan seperti berbisik pada Arin.. 'terima kasih Rin', lalu masuk ke dalam ruang kamar VIP untuk anak tersebut.

Arin berjalan ke dalam ruangan Alina di rawat bersama dengan Gilang,.. dilihatnya Alina tertidur pulas, lalu Gilang menghampiri pak Ahmad yang sedang duduk menunggu di sofa,

"Assalamualaikum pak, apa kabar?" ujar Gilang. "Waalaikumsalam nak Gilang, ya bapak begini begini saja.. kok tahu Alina sakit?" tanya pak Ahmad.

Gilang pun menceritakan perjalanannya sejak awal dari kantor dan sampai di lembang, hingga ia sampai di rumah sakit. Pak Ahmad terlihat lebih bijaksana.. dia mengerti bahwa hubungan ayah dan anak tidak bisa dipisahkan.

"HBnya turun drastis nak Gilang, jadi dia mengigau terus.." ujar pak Ahmad.

Sementara Arin terlihat sedang mengelus elus rambut Alina yang basah karena keringat.

Alina membuka matanya.. karena ada suster yang akan mengambil sampel darahnya,

"Anak cantik, suster ijin ya mau ambil darahnya sedikit ya.." ujar suster sambil tersenyum.

"Iya suster.." ujar Alina dengan lirih menjawab.

Gilang pun mencoba mendekat ke bed Alina,

"Haah, Om Rayhan?" tanya Alina kaget tapi senang.

"Iya nak, Om kesini mau besuk kamu Alina.." ujar Gilang, hampir saja airmatanya keluar karena melihat wajah Alina yang pucat berkeringat.

Arin dibuat heran oleh percakapan mereka berdua, ternyata keduanya sudah saling kenal.

"Alina, apa kabar.. Om kaget deh lihat kamu seperti ini" tanya Gilang pelan.

"Eneng sakit Om, kata dokter demam berdarah," ujar Alina yang sekarang sedikit bersemangat mau bicara.

"Oh gitu ya, cepat sembuh ya anak cantik, eneng mau dibeliin apa sama Om.. Es krim lagi?" tanya Gilang.

"Engga usah Om, eneng nggak pengen apa-apa, Om nengokin eneng juga eneng juga udah bahagia da..." ujar Alina.

Gilang pun tersenyum manis pada Alina.

"Sekarang.. Eneng istirahat ya, Om pulang dulu, besok Om kesini lagi.. ya cantiik?" ujar Gilang menatap lama mata Alina.

Alina pun mengucapkan terima kasih pada "om Rayhan" Gilang, lalu kemudian Gilang pun berpamitan dengan pak Ahmad dan juga Arin..

 ------

Gilang dan tim dalam perjalanan pulang kembali ke kantor, cuaca kembali normal..

Setiba di kantor Gilang tidak kembali ke rumah, Gilang mengemudikan mobilnya menuju rumah orang tuanya.. Setiba di rumah Papinya Gilang pun bercerita pertemuannya dengan Alina yang sedang sakit, tentu saja mendengar kabar itu pak Bagja dan mama Leni merasa sedih karena cucunya sakit.

Pak Bagja dan mami Leni pun bersikeras untuk dapat mengunjungi cucunya di rumah sakit, tapi Gilang belum bisa memutuskan hal itu.

Aktivitas Gilang dan tim dari kantor berlanjut, mereka saat ini sedang menganalisa jaringan listrik di sekitar daerah lembang, setelah pekerjaan selesai Gilang pun kembali ke hotel tempatnya menginap.

Pak Bagja dan istrinya mami Leni tampak sudah berada di kota Bandung diantar oleh sopirnya, mereka kini ada di hotel tempat Gilang menginap, pak Bagja menghubungi Gilang karena mereka sudah berjanji akan membesuk Alina,

"Ya, sebentar Pap aku turun.." ujar Gilang masih di kamar hotelnya. Mereka pun bertemu dan langsung menuju rumah sakit.

Tiba di rumah sakit ada rasa cemas yang Gilang rasakan jika Arin akan menolak kehadirannya, terlebih bersama Papi dan Maminya sekarang ini untuk membesuk Alina yang sedang sakit.

Tiba di depan pintu ruang rawat anak VIP tempat Alina terbaring, setelah mengetuk.. ternyata pak Ahmad yang membukakan pintu,

"Assalamualaikum pak.. "ujar Gilang sopan, lalu kemudian disambung oleh pak Bagja, mereka bersalaman.

"Waalaikumsalam, kabar baik semuanya alhamdulillah.. Silahkan masuk pak, bu mangga" ujar pak Ahmad kepada orang tua Gilang.

Setelah mereka masuk semua ke dalam,

"Arin kemana pak?" ujar Gilang.

"Arin pagi tadi mengajar nak Gilang, terus langsung kuliah lagi program S3nya.." ujar pak Ahmad, Gilang pun lega.

Pak Bagja dan Mami Leni lalu menghampiri Alina yang masih tertidur pulas..

"Cantik ya Pii.. "bisik Mami Leni.

"Iya, mata dan alisnya mirip Gilang" bisik pak Bagja.

Lalu ....

Kedua mata Alina pun perlahan terbuka, untuk pertama kalinya Alina melihat 'kakek dan neneknya'...

"Apa kabar anak cantik?" tanya Gilang dan Mami Leni. "Alhamdulillah, eneng udah agak baikan.." jawab Alina yang matanya terus saja melihat, menatap pak Bagja dan Mami Leni.

"Kenalkan ini papa dan mamanya Om," ujar Gilang. "Panggil aja eyang Bagja dan eyang Leni "ujar pak Bagja memperkenalkan dirinya.

"Apa kabar eyang?" ujar Alina lirih, tapi hatinya bersemangat melihat mereka.

"Kabar baik kami berdua.." ujar pak Bagja, Mami Leni pun tersenyum.

Kedua orang tua Gilang dengan perlahan mengajak Alina berbicara, dan Alina pun bercerita tentang sekolah dan hobinya.. tentu saja Alina juga bercerita tentang kesehariannya, Alina terlihat senang.

Karena kuatir dan takut mengganggu istirahat Alina, Gilang dan kedua orang tuanya berpamitan, tidak lupa pak Ahmad memberikan lagi cek kepada pak Bagja. Lalu mereka pun berpisah.. meninggalkan ruangan rawat Alina.

POV GILANG

Rasanya malas sekali untuk pulang ke rumah sendiri, pasti ujung ujungnya Devi selalu mencari musuh untuk ribut, bertengkar atau menuduh gue hal yang ngga jelas.

Gue yakin mertua gue pasti ada didalam rumah,

"Assalamualaikum pah, mah... "sapa gue, tapi mereka diam semua.

Belum berapa lama gue coba duduk dan ambil sendiri minum, Devi mengadu hal hal yang buat gue tambah pusing...

"Saya sudah tahu semua dari Devi Gilang.." ujar papanya Devi. "Tahu soal apa pah?" jawab gue sambil melihat Devi yang merasa diatas angin.

"Silahkan Dev fitnah aja terus gue, terserah mau kamu apa.. suami pulang minimal ada senyum buat gue atau sekedar kopi, bahkan kadang indomie mie instant aja sampai gue bikin sendiri, apa nggak bisa buatkan buat suami?, bukan bertengkar terus Dev.. "ujar gue keras.

"Gilang, kamu pikir anak mama pembantu apa? seenaknya kamu suruh suruh?, kamu menikah dengan Devi bukan buat kamu perintah perintah ya.." ujar mamanya devi tiba tiba.

"Oh gitu, oke Pah Mah MULAI SEKARANG DETIK INI SAYA AKAN MELAKUKAN APAPUN SENDIRIAN, BEGITUPUN DEVI..." ujar gue yang udah mulai kehilangan sabar.

Buat apa gue tinggal disini dengan orang yang memikirkan dirinya sendiri.

Setelah beres dengan pakaian gue di koper, laptop gue, sebagian alat kerja kantor, gue telpon grab taksi via ponsel untuk jemput, ya memang rumah ini dan mobil semua pemberian mertua dari awal, jadi gue pikir nggak ada salahnya gue tinggalin semuanya ini.

"Kok gitu ak?, kenapa aak mau pergi tinggalin Devi?" tanya Devi. Gue nggak jawab apapun pertanyaan Devi, nggak lama kemudian Devi pun menangis lagi.. menyalahkan pernyataan mamanya yang terlalu lebay, tapi gue nggak peduli lagi.. yang gue peduli sekarang adalah masa depan gue dan Alina anak gue.

"Pah, Mah, Devi... Saya pamit, saya capek dengan semua ini, dan saya MINTA MAAF TIDAK BISA MENJADI SUAMI YANG BAIK BUAT DEVI."

Selamat malam.. Assalamualaikum.

**********

1
panjul man09
jangan beri peluang gilang untuk kembali ، arin harus carikan ayah baru untuk alina .
panjul man09
orang yg tidak baik akan di pertemukan dgn orang yg tidak baik juga , devi pernah katain anak arin ,anak setan makanya dia mandul , rasain !!
panjul man09
karakter gilang gak bagus , pengecut dan tidak bertanggung jawab
panjul man09
arin gak boleh dekat lagi sama gilang , arin harusnya membuka hati lagi dan menerima pria lain
panjul man09
thor mestinya arin di pertemukan dengan jodohnya biar ada yg melindungi , kasian
dechi71
double up tor..
dechi71
mantap kak autor lanjut..
dechi71
mantap tor💪
dechi71
keren tor..
dechi71
mantap tor
dechi71
walaupun baru 2 bab.. tapi maknyus, ceritanya oke dan seperti nyata.. semangat tor..
dechi71
semangat tor
dechi71
semangat tor..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!