NovelToon NovelToon
TAKDIR CINTA

TAKDIR CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / CEO / Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ra za

Revan adalah pria tampan dan pengusaha muda yang sukses. Namun di balik pencapaiannya, hidup Revan selalu berada dalam kendali sang mama, termasuk urusan memilih pendamping hidup. Ketika hari pertunangan semakin dekat, calon tunangan pilihan mamanya justru menghilang tanpa jejak.

Untuk pertama kalinya, Revan melihat kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri. Bukan sekadar mencari pengganti, ia menginginkan seseorang yang benar-benar ingin ia perjuangkan.

Hingga ia teringat pada seorang gadis yang pernah ia lihat… sosok sederhana namun mencuri perhatiannya tanpa ia pahami alasannya.

Kini, Revan harus menemukan gadis itu. Namun mencari keberadaannya hanyalah langkah pertama. Yang lebih sulit adalah membuatnya percaya bahwa dirinya datang bukan sebagai lelaki yang membutuhkan pengganti, tetapi sebagai lelaki yang sungguh-sungguh ingin membangun masa depan.

Apa yang Revan lakukan untuk meyakinkan wanita pilihannya?Rahasia apa saja yang terkuak setelah bersatu nya mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ra za, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 Lamaran

Siang perlahan berganti sore. Kesibukan di kediaman keluarga Eliana semakin terasa. Para tetangga dan kerabat tampak hilir-mudik membantu persiapan acara malam nanti. Meja tamu telah tertata rapi, hiasan bunga segar menghiasi ruang tamu, dan aroma masakan Fatma tercium sampai ke halaman depan.

Di dalam kamar, Eliana duduk di depan cermin. Tangannya menggenggam ujung jilbab yang baru ia lepas kan. Tatapannya kosong menembus pantulan bayangannya sendiri. Sejak pagi, detak jantungnya terasa tak menentu, antara bahagia, gugup, dan takut bercampur menjadi satu.

Nadia, yang sudah datang sejak siang tadi  duduk di tepi ranjang sambil tersenyum menenangkan.

“Kamu tenang, ya. InshaAllah semuanya akan berjalan lancar. Aku yakin, kamu nggak salah memilih pria itu.”

Eliana mengangguk pelan, lalu tersenyum samar.

“Terima kasih, Nad. Aku cuma... deg-degan. Aku takut keluarga dia nggak menerima aku.”

Nadia menepuk bahunya lembut.

“El, kamu nggak perlu mikirin itu dulu. Mereka kan belum mengenalmu, wajar kalau ada jarak. Tapi aku yakin, begitu mereka tahu bagaimana kamu sebenarnya, mereka pasti akan menerimamu.”

Eliana menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

“Semoga saja begitu…” gumamnya.

“Udah, jangan murung. Cepat mandi sana! Udah mulai sore, kamu harus bersiap. Malam ini kamu harus kelihatan cantik paripurna!” goda Nadia sambil tertawa kecil.

Eliana ikut tersenyum mendengar candaan sahabatnya.

“Iya, iya. Nanti bantu aku siap-siap ya, Nad.”

“Tentu, siapa lagi kalau bukan aku!” jawab Nadia sambil menunjuk dirinya sendiri dengan gaya sok percaya diri.

Eliana tertawa kecil lalu masuk ke kamar mandi. Di balik pintu yang tertutup, ia berusaha menenangkan diri, menarik nafas dalam agar debar di dadanya sedikit mereda.

Sementara itu, di tempat lain , Revan dan keluarganya tengah dalam perjalanan menuju rumah Eliana. Tidak lupa pula sahabat dan asisten nya ikut serta. Mobil-mobil mereka melaju beriringan, membawa seserahan yang telah disiapkan dengan rapi. Revan duduk di kursi belakang, menatap ke luar jendela. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya.

Baik Revan maupun Eliana, di tempat berbeda mereka sama-sama menahan debaran yang luar biasa. Siapa sangka, dua orang yang awalnya tidak saling mengenal, dipertemukan dalam ketidaksengajaan, kini yakin untuk menyatukan hati.

 

Sebelum magrib, rombongan keluarga Revan berhenti sejenak di penginapan terdekat untuk bersiap dan beristirahat sebentar. Setelah salat Isya, mereka pun berangkat menuju kediaman keluarga Eliana.

Ketika rombongan tiba di halaman rumah Eliana, mereka langsung menjadi pusat perhatian warga sekitar. Beberapa tetangga yang berdiri di depan rumah masing-masing tampak berbisik-bisik melihat deretan mobil mewah dan seserahan yang dibawa masuk.

“Wah, beruntung sekali Eliana… Lihat tu calon suaminya selain tampan, jelas terlihat bukan dari orang sembarangan,” ujar salah satu tetangga dengan nada kagum.

“Iya, lihat tuh seserahannya, seumur-umur belum pernah didesa ini orang bawa seserahan semewah itu,” sahut yang lain, matanya berbinar-binar.

Namun tidak semua suara terdengar memuji. Di sudut lain, beberapa tetangga berbisik dengan nada sinis.

“Ah, paling nanti ujung-ujungnya diselingkuhi juga. Laki-laki kaya kan gampang bosan.”

Seorang ibu bernama Sari langsung menegur dengan lembut tapi tegas.

“Mulutmu itu dijaga, Bu. Jangan asal bicara. Tidak semua lelaki kaya seperti yang kamu pikirkan. Do'akan saja yang baik-baik, ingat… apa yang kita tabur, itu yang kita tuai.”

Namun teguran Sari hanya dibalas dengan cibiran dari mereka. Ia pun memilih pergi dari kerumunan.

“Percuma mengingatkan orang yang hatinya sudah diselimuti iri,” gumamnya lirih sambil melangkah menjauh.

Rombongan Revan pun disambut hangat oleh perwakilan keluarga Eliana, lalu diarahkan masuk. Kedua orang tua Eliana, Ridwan dan Fatma, berdiri di depan pintu dengan wajah ramah dan penuh wibawa.

Namun, begitu rombongan tiba di hadapan mereka, dan dimana Ridwan berhadapan langsung dengan Surya, suasana seketika berubah.

Keduanya terdiam, tatapan yang seolah membawa ke masa lalu. Tak ada suara yang terdengar, seolah waktu berhenti sesaat.

 

Eliana masih sibuk bersiap di kamarnya. Sejak siang, Nadia setia menemaninya, memastikan setiap detail penampilannya sempurna untuk malam yang sangat penting itu.

Saat Nadia tengah merapikan jilbab sahabatnya, Eliana bertanya dengan nada cemas, “Nad, mereka sudah sampai belum?”

Nada suaranya bergetar. Meski yakin Revan akan datang sesuai janji, rasa khawatir tetap menggelayut di hatinya. Pikiran-pikiran buruk mulai berputar. Bagaimana kalau Revan berubah pikiran? Bagaimana kalau ia menuruti keinginan mamanya untuk membatalkan lamaran? Jika itu terjadi, bukan hanya dirinya yang terluka, tapi juga keluarganya yang sudah menaruh harapan besar.

Nadia menghentikan gerakannya sejenak, lalu menatap Eliana melalui pantulan cermin. “El, kamu jangan berpikir yang aneh-aneh. Yakin deh, sebentar lagi mereka pasti datang,” ujarnya lembut sambil tersenyum. Ia kemudian menata kembali jilbab Eliana, memastikan lipatannya rapi dan bros kecil di sisi kanan terpasang sempurna.

Eliana menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.

Tok… tok… tok…

“Masuk,” ucap Nadia.

Pintu terbuka, dan tampak Sela, sepupu Eliana, melangkah masuk dengan wajah ceria. “Wah, El… kamu cantik sekali! Aku jadi pengen kayak kamu,” ucapnya sambil tersenyum, namun sorot matanya tak sepenuhnya tulus.

Nadia hanya menatap sekilas, lalu berdehem pelan. Mulai lagi, nih… gumamnya dalam hati.

“Ada apa, Sela?” tanya Eliana hanya melihat daei pantulan cermin.

“Ah, nggak ada apa-apa. Aku cuma mau lihat kamu aja,” jawab Sela ringan. “Oh iya, aku juga mau kasih tahu… rombongan calonmu sudah sampai di depan.”

Mendengar itu, Eliana langsung terdiam sesaat. Rasa lega menyelimuti dadanya. Alhamdulillah… Revan datang. 

Sela lalu duduk di tepi ranjang, menyilangkan kaki dengan santai. “Oh ya, El… semalam aku sempat lihat calonmu waktu mau pulang. Sepertinya dia bukan orang biasa, ya? Tapi… apa kamu yakin sama dia? Katanya kalian baru kenal, kan? Gimana kalau dia cuma main-main? Aku cuma khawatir kamu disakiti.” Ucapannya terdengar mengingat kan, tapi nadanya menyelipkan nada sinis.

Nadia spontan menoleh dengan tatapan tajam, namun Eliana tetap tenang. Ia tahu, mungkin Sela tidak bermaksud jahat atau setidaknya, itu yang ia ingin yakini.

“El nggak langsung menjawab. Ia tersenyum kecil lalu berkata pelan, “Terima kasih atas perhatian dan peringatan kamu, Sela. Tapi InshaAllah aku yakin dengan pilihanku. Doakan saja semuanya berjalan baik, ya.”

Sela membalas dengan senyum tipis. “Ya udah deh… kalau kamu sudah yakin, semoga aja semua berjalan lancar,” katanya cepat, lalu berdiri dan keluar dari kamar.

Begitu menutup pintu, senyum di wajah Sela lenyap. Ia berdecak pelan sambil berbisik, “Kenapa sih semua yang bagus-bagus selalu jatuh ke tangan Eliana? Dia selalu dapat yang terbaik… dan sekarang, pria tampan dan kaya lagi.”

Nada suaranya mengandung iri yang disembunyikan di balik kepura-puraan. Sela berjalan menjauh, sementara dari dalam kamar, Eliana mencoba mengatur napasnya lagi. Ia menatap dirinya di cermin, lalu berbisik lirih, “Bismillah… semoga semua ini memang jalan terbaik yang Allah takdir kan untukku.”

1
erviana erastus
ckckck revan2 beres kan dulu si celine baru happy2 sama elina .... 😏😏😏😏
erviana erastus
dasar j*******g giliran ninggalin revan nggak ngotak skrng mau balikkan 🤣 nggak laku ya say makax cari mantan
erviana erastus
ada rahasia apa dinnk lampir
erviana erastus
emak satu ini minta ditampar biar sadar
erviana erastus
ribet ... knp nggak langsung nikah aza .... satu lagi jalang dia yg pergi tp merasa tersakiti ... hei Miranda kamu tuh ya buka tuh mata lebar2 jadi tau kelakuannya si celine
erviana erastus
jadi orang nggak usah terlalu baik el, tuh calon pelakor didepanmu .....
erviana erastus
miranda ini batu banget, tipe emak2 sok kuasa 😏
erviana erastus
calon plakor mulai tampil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!