Tentang seorang pria yang tidak diperlakukan adil oleh ayahnya. Tapi dia bisa membuktikan bahwa dia bisa sukses tanpa mengandalkan kekayaan orang tua, sayangnya dia harus kembali jatuh ketika wanita yang dia cintai pergi begitu saja tanpa adanya alasan, membuat dia menjadi casanova.
Suatu hari dia mengalami nasib sial sehingga dia harus menikah dengan seorang gadis yang tak dia cintai, dan membuat dia menjadi menantu yang sama sekali tidak diharapkan oleh mertuanya, seakan memandang rendah pada profesinya sebagai seorang aktor.
Dan Morgan akan membuktikan bahwa dia adalah seorang pria yang patut dibanggakan, terlepas dengan semua masa lalunya yang kelam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Satu
Morgan merasakan ada yang berbeda dari sikap Zhoya, malam ini Zhoya bersikap tak seperti biasanya, dia biasanya banyak bicara dan banyak nanya, namun dari tadi gadis itu terus diam saja.
Morgan sama sekali tidak tau kalau Zhoya bertemu dengan papanya, karena saat dia turun ke lantai bawah, dia sudah tidak melihat Zhoya di dalam rumah, melainkan dia sedang menunggu dirinya di dalam mobil, sesuai dengan perintahnya. Padahal saat Zhoya hendak keluar dari rumah, dia berpapasan dengan Pak Gara.
Sambil menyetir mobil, Morgan sesekali memperhatikan Zhoya yang dari diam, sikapnya begitu dingin.
"Malam ini gak ke villa lagi, kita pulang ke rumah aku yang baru, kamu sudah pernah kan kesana?" Morgan mencoba untuk mengajak bicara Zhoya.
"Hmm... iya." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Zhoya, hatinya masih sakit dengan perlakuan Pak Gara padanya, namun dia tidak mungkin mengadukannya ke Morgan, dia tidak mau kalau sampai Morgan dan papanya bertengkar.
Morgan menghela nafas, dia tidak mengerti mengapa Zhoya hanya menjawabnya dengan singkat. Dia rasa mungkin Zhoya lagi butuh hiburan.
"Hmm... aku punya cerita lucu. Ada murid namanya si Budi, dia itu suka di suruh mamanya kalau bu guru memberikan pertanyaan, harus dijawab.
Si Budi bilang gini : Tadi di sekolah, Budi akhirnya bisa jawab pertanyaan bu guru , mah.
Terus mamanya jawab: Nah gitu dong anak mama. Bu Guru tanya apa memangnya Bud?
Terus si Budi jawab: Bu Guru bertanya siapa yang kentut, ya udah Budi jawab, saya bu guru. Akhirnya Budi bisa jawab pertanyaan bu guru kan mah?
Langsung si mama lempar sapu hahaha..."
"????"
"Hahaha...lucu kan?" Morgan mentertawakan ceritanya sendiri, namun sayangnya orang yang ingin bisa buat dia tertawa sama sekali tidak tertawa, entah karena ceritanya garing atau sama sekali tidak lucu.
"Bocil, sebenarnya kamu ini kenapa sih? Aku punya salah sama kamu ya?" Morgan lebih baik bertanya to the point saja, dia menghentikan mobilnya begitu sampai di depan rumah.
"Nggak kak, aku cuma kecapean, aku mau langsung tidur." Zhoya mengatakannya dengan nada dingin, dia segera keluar dari mobilnya.
Morgan segera mengejarnya, dia memegang kedua pundak Zhoya, "Kamu gak biasanya bersikap kayak gini, apa ada yang nyakitin kamu? Bilang saja siapa yang nyakitin kamu? Aku akan menghajarnya."
Zhoya melepaskan kedua tangan Morgan, "Sudah aku bilang aku tidak apa-apa. Aku capek, aku mau tidur kak." Dia sebenarnya ingin segera sampai ke kamar karena tidak sanggup membendung air matanya lebih lama lagi.
Morgan pun terdiam, dia membiarkan Zhoya masuk ke dalam kamarnya.
Begitu sampai di dalam kamar, Zhoya sudah tak bisa membendung air matanya, mungkin mentalnya belum terlalu siap mendapatkan kata-kata yang begitu menyakitkan dari Pak Gara, apalagi sampai bilang dirinya murahan. Dia sama sekali tidak tau kalau ayah mertuanya sangat membenci dirinya begitu dalam.
Zhoya menutup mulutnya agar Morgan tidak mendengar tangisannya, dia menangis terisak.
Morgan masuk ke dalam kamarnya sendiri, dia tidak mengerti mengapa Zhoya bersikap dingin padanya, apa mungkin ada sikap yang tidak mengenakan dirumahnya. Apa mungkin Zhoya tidak sengaja bertemu dengan ayahnya? Padahal Morgan tadi di rumah hendak ingin berpamitan pada ayahnya tapi dia tidak menemukan ayahnya di ruang kerja, makanya dia berpikir mungkin ayahnya sudah tidur.
Apa jangan-jangan Zhoya bertemu papa tadi? Aku harus menanyakannya sendiri pada papa.
Morgan mengirim pesan pada Zhoya.
[Apa kamu sudah tidur?]
Namun Zhoya sepertinya tidak menghiraukan pesan darinya. Morgan mengirim pesan lagi pada Zhoya.
[Selamat tidur bocilku yang manis, aku menyayangimu. Semoga mimpi yang indah.]
Zhoya membaca pesan dari Morgan, setidaknya kata-kata sayang dari Morgan mampu membuat hatinya sedikit lebih baikan, andai saja kata sayang itu bisa berubah menjadi kata cinta, bisakah dia mengubah perasaan itu?
𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘢²𝘪𝘯
𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘣𝘰𝘤𝘪𝘭 𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘩
emang enak vin