NovelToon NovelToon
Om Pamungkas

Om Pamungkas

Status: tamat
Genre:Tamat / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:653.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Ayu

" Menikah dengan siapa?! om pamungkas?!!" suara Ratih meninggi, di tatapnya semua anggota keluarganya dengan rasa tak percaya.
" Pamungkas adalah pilihan terbaik untukmu nduk.." suara papanya penuh keyakinan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ini salah

" Om...???" suara Ratih hampir tak terdengar, dia sudah menyerah pada Pamungkas.

Sementara mobil mereka sudah berhenti sekitar dua puluh menit,

Pamungkas yang sudah hilang pengendalian dirinya itu habis habisan meluapkan perasaannya.

" Om?!!" Ratih mendorong dada Pamungkas yang menghimpitnya.

Sekeras apapun usaha Ratih untuk mendorong Pamungkas terasa percuma.

" Jangan coba coba bersikap semudah ini pada laki laki lain Ratih.." Pamungkas menarik dirinya perlahan, di belainya wajah Ratih yang sudah tidak bisa protes itu.

" Om mu yang kurang ajar ini tidak akan terima kalau sampai kau begitu.." imbuhnya kembali mengecup bibir Ratih, dengan lembut.

Ratih bersandar lemas, kaki dan tangannya sungguh tak bertenaga, entah kenapa.

" Laporkan aku pada mama papamu Ratih.. jika kau memang membenci perlakuanku padamu..", Pamungkas mencium tangan Ratih, dan meletakkannya di pipi kirinya.

Ratih yang masih shock itu hanya terdiam memandangi omnya, sorotnya masih mengandung ketidakpercayaan, entah apa yang di rasakan Ratih sekarang, yang jelas hatinya benar benar berantakan.

Pamungkas memarkirkan mobil Hendra di garasi, ia menatap Ratih yang masih saja diam sedari tadi.

" Ada yang tidak nyaman?" tanya Pamungkas membantu melepas sabuk pengaman Ratih.

" Tidak.. " jawab Ratih pelan,

mendengar itu Pamungkas keluar dari mobil.

Keduanya masuk ke dalam rumah, entah kenapa suasana rumah itu menjadi berbeda.

" Wahh.. baru pulang?" suara Hendra dari ruang tengah,

" om yang mengantar kok tetap pulang malam ya?" tanya Hendra lagi,

" Aku mengajaknya makan," jawab Pamungkas berjalan ke dapur dan mengambil segelas air.

Sementara Ratih berjalan naik ke tangga, perempuan itu tertunduk, tak berani menatap kakaknya.

" Habis makan apa om?" tanya Hendra mendekati Pamungkas ke dapur,

" makan seafood, kenapa? kau belum makan?,

maaf aku tidak membungkus untukmu," ujar Pamungkas,

" Aku sudah makan kok om, aku hanya heran, sepertinya om makan saus yang mengandung pewarna pakaian?" ujar Hendra tersenyum tipis,

" Aku tidak makan saus kok?" Pamungkas mengambil tissue dan mengelap bibirnya.

Deg..

Pamungkas langsung meremas tissue yang berada di tangannya saat ia melihat bekas lipstik Ratih yang ternyata menempel di tissue.

Pamungkas terdiam, raut wajahnya kaku, ia bingung harus memberikan penjelasan apa pada Hendra.

" Oh.. bukan saus.." Hendra tertawa memecah keheningan,

" Ayo kita bicara di luar," ujar Pamungkas .

" Bicara apa om? ini sudah malam, om istirahat saja.." Hendra menepuk pundak omnya itu, lalu berjalan pergi.

Pamungkas hanya bisa diam melihat Hendra berjalan naik ke atas tangga dengan hati yang carut marut.

Ratih sedari tadi bolak balik saja diatas tempat tidur,

ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi antara dirinya dan omnya.

Memang, itu bukan ciuman yang pertama,

tapi hari ini ia merasakan sesuatu yang lebih di luar batas.

Omnya itu tak lagi menahan diri, bahkan bertindak seperti Ratih adalah miliknya.

Ratih lagi lagi menyentuh bibirnya,

ciuman Pamungkas masih sangat membekas.

Dadanya berdebar tak karuan,

" aduhh...!" keluhnya, ia bukan anak SMA, ia seorang janda yang sudah cukup di sentuh oleh mantan suaminya.

Ia juga bukan tipe perempuan yang gampang tersentuh hatinya,

tapi kenapa.. kenapa om Pamungkas bisa semudah itu mengacaukan perasaannya?, Ratih terus bertanya ada dirinya sendiri.

Ratih bangkit, ia keluar dari kamarnya, dengan langkah Ragu ia berjalan ke arah pintu kamar Pamungkas, melewati pintu kamar Hendra.

Langkah Ratih terhenti, ia benar benar tidak bisa tenang sebelum bertanya langsung pada omnya,

tapi,

perempuan itu terlalu takut untuk mengetuk pintu.

Diurungkan niatnya dan mundur, lebih baik kembali ke kamar pikirnya,

Tapi tiba tiba pintu itu terbuka, Pamungkas yang berdiri di depan pintu, tanpa baju dan hanya dengan bawahan celana pendek saja itu menyambar Ratih dengan cepat.

Setelah Ratih di dalam kamar, Pamungkas mengunci pintu kamarnya.

" Om.." suara Ratih tercekat, ia di tarik dengan begitu cepat.

" Hemm.." suara Pamungkas lirih,

di lepaskan tangannya dari lengan Ratih.

" Apa aku menarikmu terlalu keras?" tanya Pamungkas khawatir dengan lengan Ratih.

Ratih mengangguk pelan,

melihat Ratih mengangguk Pamungkas meraih lengan itu lagi dan mengelusnya.

" Kenapa berdiri di depan pintu kamarku tengah malam begini?" tanya Pamungkas setelah berhenti mengelus lengan Ratih.

Ratih diam, ia tertunduk tak menjawab.

Pamungkas menghela nafas, sesungguhnya ia juga tidak bisa tidur sama sekali,

ia bahkan baru saja selesai merokok.

" Apa yang kau risaukan..." Pamungkas memeluk Ratih, membelai kepala yang tersandar di dadanya itu.

" Om..?" suara Ratih lirih,

" hemm..?"

" bagaimana om tau kalau aku sedang berdiri di depan pintu?"

" Aku mendengar suara langkah kaki berhenti di depan kamar,

sandalmu itu berisik.." jelas Pamungkas melepaskan pelukannya.

" Om..?" panggil Ratih lagi,

" om besok kembali ke tempat kerja om?" tanya Ratih menatap Pamungkas,

Pamungkas mengangguk,

" aku inginnya tidak kembali.."

jawab Pamungkas kalem,

" Perempuan itu tinggal disana?"

" siapa?"

" yang katanya mau om nikahi?"

Pamungkas diam, raut wajahnya berubah tak tenang.

" iya, dia tinggal disana.. tapi aku belum memutuskan.." jawab Pamungkas setenang mungkin,

" orang orang menjodohkanku, kenapa Rat?" tanya Pamungkas, laki laki itu juga ingin melihat sikap Ratih padanya.

Ratih terdiam, lama.

" Kenapa diam? bicaralah..?" Pamungkas menarik Ratih agar duduk di kursi, sementara Pamungkas duduk ujung tempat tidurnya.

" Kenapa om begini kepadaku om? bukankan om mau menikahi orang lain?"

Ratih akhirnya bertanya,

" yang kita lakukan ini salah om, bagaimana kalau papa mama tau?" Ratih tidak tenang, tapi ia juga merasa nyaman.

" Hendra sudah tau.." ucap Pamungkas,

" Hendra sudah menangkap basah aku Rat.." Pamungkas menyentuh jemari Ratih dan menggenggamnya.

" Mas Hendra??" Ratih tak menolak sentuhan itu, tapi ujung ujung jarinya terasa dingin dan sedikit gemetar.

" bagaimana bisa om?"

" lipstikmu belepotan di bibirku.. kenapa kau tidak bilang?"

Ratih terbelalak,

" Sungguh??!" tanya Ratih,

" iya.. harusnya kau memperingatkan ku sebelum masuk kerumah.."

" aku.. aku juga tidak tau om, karena aku tidak begitu memperhatikan.." jawab Ratih merasa tidak enak.

" Lalu mas Hendra bilang apa??"

" dia hanya diam, dan tersenyum.. tapi senyumnya berbeda dari biasanya..

kurang ramah..".

Keduanya terdiam, sama sama berpikir.

" Kau takut padaku Ratih?" tanya Pamungkas saat merasakan jari jari Ratih masih saja gemetar.

" aku.. tidak tau om.., om.. om adalah om ku.. adik papa.." sekarang suara Ratih yang mulai bergetar.

" Ini salah om.. kumohon? ini salah..?!" Ratih menangis.

1
Merry Napitupulu
Alur ceritanya bagus
Shanty
ih mas hen omongan ku iku... 🤣
Deodoran
astaga om....meleyot aku baca kisahmu
Deodoran: klik aca tautannya kak
Muhammad Rizkykurnia: om pamungkas lihatnya di mana,pingin baca
total 2 replies
Deodoran
keren ceritanya thor...🥰
Fardiana Hamsah
Lumayan
ione
Luar biasa
Kazugata
ayah pamungkas seorang NPD, kisahmu hampir sama kayak cerita hidupku om
Kazugata
suka bgt dgn cerita² novel mu Thor
Zulaika Liza
Lumayan
Zulaika Liza
Kecewa
Maryam
Luar biasa
Rima baharudin
duh gimana ga marah sih tias.....
emang kamu pikir si ratih itu ga punya hati apa.....
luka karna dikhianati sama org terdekat itu susah sembuhnya, kamu malah ngerecokin si ratih mulu
slading online juga nih
Filihatul Ibriza
ceritanya bagus" alur ceritanya kata" semuanya bagus terbaik🤩
itin
sabar toh om pam...
istri rasa ponakan itu perlu pemahaman yang besar 😆😆
Arka Abian
bagus sekali cerita👍👍
Indira Yulianti
Luar biasa
Qaisaa Nazarudin
Noh malu kan kamu?? Makanya jangan bersikap seperti anak kecil,Kalo ada masalah itu di bicara dan di tanya baik2,Sia2 kan kamu menangis kayak orang sewel .ckk..
Qaisaa Nazarudin
Dari awal bab sampai ke akhir bab,Yg ada masalahnya kebanyakan teka teki,bikin readers pusing,Harusnya Ratih jujur apa penyebab kebenciannya ke pamungkas,kalo karna Sekar,bilang dan tanyakan apa hubungan mereka, Sekarang Ratih terlalu banyak berandai2 main hakim sendiri,tanpa tau kebenarannya, Kesel aku bacanya,..🤦
Qaisaa Nazarudin
Ckk anak udah gede juga,Ratih perlu ketenangan,biarkan dia menenangkan dirinya,Kita sebagai ortu berdoa saja,itu lebih bagus .
Qaisaa Nazarudin
Awalan yg penuh teka teki,Apa yg sebenarnya terjadi??🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!