Di dalam hening dan gelapnya malam, akhirnya Shima mengetahui sebuah rahasia yang akan mengubah seluruh hidupnya bersama Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaLibra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi
Di Kampung.
Bu Rani datang ke rumah keluarga Baskara. Ia berharap bisa bertemu dengan Shima, putri semata wayangnya. Namun, betapa kecewanya Bu Rani karena tak mendapati Shima, hanya ada Bi Nur dan Dirman yang ia temui rumah tersebut. Bahkan Devan dan Santi pun tak ada.
"Nur, tolong katakan padaku dimana Shima! " Pinta Bu Rani dengan wajah memelas.
"Masalahnya, aku juga tidak tahu dimana putrimu, Ran. Terakhir dia disini, dia kan habis dari rumahmu. Dia terlihat seperti habis menangis. Memang ada apa Ran? " Tanya Bi Nur.
Bu Rani mendesah berat.
"Aku ketahuan memliki hubungan dengan Mas Parto Nur"
"Lalu? "
"Shima marah dan mengatai Mas Parto dengan julukan pria breng_sek. Aku tidak terima Nur, lalu aku menamparnya" Sesal Bu Rani.
"Kamu memang edyan Ran. Suami baru meninggal, kamu sudah menjalin hubungan dengan Parto. Lalu, salah Shima apa jika ia menyebutnya pria breng_sek? "
"Mas Parto baik Nur"
"Halaaah, itu karena kamu belum tahu kelakuan Parto, Ran. Lalu sekarang kamu mau apa.? " Bi Nur lama - lama gemas juga dengan Bu Rani.
"Aku mau ikut Mas Parto ke Kalimantan nanti malam. "
Bi Nur terkaget.
"Kamu benar - benar Ran. " Gigi Bi Nur saling gemerutuk.
"Aku hamil Nur"
Mulut Bi Nur semakin menganga lebar hingga membuat lalat berdatangan dari luar kota.
"Ealaaaaaah Gustiii... Kamu bagaimana Ran? Parto masih punya istri asal kamu tahu" Bi Nur hendak menangis.
"Aku sudah tahu dari dulu Nur. Bahkan uang ku banyak yang di pinjam Mas Parto untuk di berikan pada istrinya. Dan satu lagi Nur, rumahku sudah aku jual, jadi mungkin selamanya, aku gak akan pulang ke kampung ini lagi" Ucap Bu Rani dengan mata berkaca - kaca.
" Kamu memang guuuwweendeng Ran. Pergi saja yang jauh. Pergi sana. Biar Shima, aku yang jaga"
Bi Nur berlalu meninggalkan Bu Rani di depan pintu gerbang. Dirman yang sedang duduk manis di gazebo depan hanya geleng - geleng kepala melihat adegan di depannya.
Bu Rani pergi dengan hampa. Pikirnya, walaupun ia tidak bisa bertemu Shima setidaknya ia harus mendapatkan informasi dimana Shima berada. Tapi, rupanya Bi Nur tidak mau memberi tahu Bu Rani.
'Shima saja tidak mau memberi tahu Ibunya tempat tinggalnya di kota. Biarkan saja, memang sudah betul keputusan Shima gak bilang sama Rani, dimana ia tinggal' Pikir Bi Nur.
*
*
Shima terlonjak kaget saat Cello membentaknya hingga membuat matanya berkaca - kaca.
Andre bangkit dan segera menghampiri Shima.
"Ayo Shima, kamu sudah melakukan hal yang benar. Kita tinggalkan saja, 2 manusia setengah siluman itu. "
Andre menuntun Shima keluar dari kamar Cello. Shima terdiam beberapa saat dan mengikuti Andre. Andre membanting pintu kamar Cello.
"Kamu gak ada niatan cerai sama Cello.? " Andre bertanya pada Shima yang berjalan ke dapur. Shima tak menjawab sama sekali pertanyaan Andre.
Shima duduk di kursi meja makan, terdiam tanpa bicara sepatah kata pun. Kim yang melihat Shima di dapur bersama dengan laki - laki yang tidak di kenalnya, mengernyitkan dahinya.
Kim melongokkan kepalanya dari luar jendela dan membuat Shima kaget.
"Mas Kim? " Teriak Shima.
"Hehe.. Maaf mengagetkan. Kamu selingkuh dari Mas Cello? Kenapa bukan sama aku .?"
Shima melongo.
"Selingkuh pala kambing bapak kau. Siapa lu ngatain gua selingkuhan Shima. Noh, Cello yang selingkuh dalem kamar ama kuntilanak." Sungut Andre.
"Terus.? "
" Beresin gih. Gua males ama mereka"
"Terus? "
"Lu terus - terus, gua tutup ni jendela ya. Biar pala lu kangen ama badan lu" Andre geregetan.
"Hehehe.. Ya aku terus harus gimana.? "
"Lu seret tu kuntilanak. Gua yakin, Cello gak akan bisa usir dia dengan kondisi dia yang seperti itu"
Sebelum Kim membuka mulutnya, Andre menyelanya.
"Jangan banyak tanya, lu cepetan kesini lu! "
Kim bergegas menuju rumah Cello.
Kim bersyukur pintu depan tidak dikunci. Ia bergegas menuju dapur.
"Lu suka sama Shima.? " Tanya Andre pada Kim yang baru masuk ke dapur.
"Iya" Jawab Kim mantap.
"Bagus. Baru kali ini, gua dukung orang mau yang mau nikung"
Andre menyeret Kim ke kamar Cello.
*
*
Cello yang hendak bangkit dan menyusul Shima, ditahan oleh Alina.
"Istri kamu yang bikin aku jadi kotor gini Cell, aku pinjem baju kamu" Rengek Alina.
"Pergi! " Cello berteriak dengan lantang.
"Tapi aku gimana Cell? Kamu harus tanggung jawab"
"Aku bilang pergi! "
"Aku gak mau. Aku cinta sama kamu"
Kim membuka pintu dan ditemani oleh Andre. Mereka dengan semangat 45 menyeret Alina. Setelah membereskan Alina si lalat buah busuk, Kim dan Andre kembali menemui Cello.
"Mas Cello, aku suka sama istri kamu. Mas Cello kapan cerainya.? "
Andre menjitak kepala Kim. Dan Cello menatap Kim horor.
"Jadi benar Shima hamil anak kamu? "
"Iya tapi nanti kalau Shima mau jadi istriku, anaknya juga jadi anakku. Itu juga kalau Shima mau." Ucap Kim dengan tengil.
"Jadi kamu selama ini selingkuh sama gadis kampung itu.? "
"Biar kampung, kamu embat juga kan.? " Ejek Kim.
"Aku tanya sekali lagi. Apa benar Shima hamil anak kamu.? " Cello menaikkan volume suaranya satu oktaf.
Shima yang hendak masuk pun, hanya diam mematung mendengarkan percakapan mereka lalu dengan tergesa, Shima akhirnya masuk dengan wajah merah padam menahan amarah.
"Kamu selalu meragukan aku. Aku sudah mengatakan padamu berulang kali, dan padahal jelas - jelas ini anak kamu. Kalau kamu gak mau menerima anak ini, biar aku pergi. Ceraikan aku sekarang. Tapi, ingat satu hal, jika suatu saat nanti kamu bertemu anakmu, ingat ini baik- baik, bahwa ayah dari bayi ini sudah ku anggap mati. "
Shima mengemasi pakaiannya dan membawa tas besar di tangannya.
Cello hanya diam tanpa berniat mencegah Shima sedikitpun. Shima berlari dan disusul Kim.
"Gua kecewa sama lu"
Andre segera meninggalkan Cello yang terbaring sendirian tak berdaya.
*
*
*
Devan dan Santi tiba dirumah ketika hari sudah mulai gelap. Kemarin Devan tak langsung pulang karena mampir di kota sebelah. Ia langsung menuju kamarnya untuk istirahat, sedangkan Santi menemui Bi Nur untuk minta dibuatkan wedang jahe.
"Ini wedang jahenya Bu" Bi Nur menyajikan wedang jahe di hadapan Santi.
"Makasih ya Bi" Santi tersenyum lembut.
"Em maaf Bu, Em.. tadi Ibunya Bu Shima kesini nyariin Bu Shima"
Santi yang meminum wedang jahenya, hampir saja tersedak karena kaget dengan ucapan Bi Nur.
"Lalu.? "
"Dia pamit mau ke Kalimantan, ikut Kang Parto. Tadi, dia kesini mau pamit sama Bu Shima, Bu" Terang Bi Nur.
"Terus Bi.? "
"Saya gak kasih tahu dimana Bu Shima tinggal, kan saya emang gak tahu Bu." Bi Nur cengengesan. "Tapi ternyata Bu, Ibunya Bu Shima sekarang lagi hamil, terus rumah yang disini katanya sudah di jual Bu, jadi Ibunya Bu Shima gak akan pulang ke kampung ini lagi" terang Bi Nur persis seperti dia sedang ber-ghibah dengan gengnya di kampung.
Santi menatap Bi Nur tak percaya. Ia makin kasihan dengan Shima.
"Baiklah Bi, saya mau istirahat dulu ya." Kepala Santi mendadak pusing .
"Iya Bu, selamat beristirahat".
Santi melenggang masuk ke kamarnya dan menemui Devan.
" Mas Devan belum tidur. ? Santi mengusap rambut Devan.
"Belum" Jawab Devan singkat.
" Mas masih mikirin Cello.? " Tebak Santi.
"Aku gagal San" Devan menangis di pangkuan Santi.
"Kamu gak gagal mas, tapi memang kita tidak bisa memaksa Cello. "
"Aku akan berikan semua hak Cello biar dia urus sendiri. Aku berharap Shima bisa merubah Cello, tapi ternyata malah Shima yang tersiksa."
Santi hanya mengangguk.
"Kamu tau gak Mas.? Setelah bayi Shima lahir, ia berencana mau menitipkannya sama kita. Dia mau kerja untuk masa depan anaknya. "
"Shima bilang begitu.? " Devan tak percaya.
"Iya Mas. Aku juga kasihan sama anak itu, padahal ia gadis yang baik, dan kelihatannya dia mau belajar mencintai Cello. Tapi adik kamu memang keras kepala, sifatnya hampir mirip seperti kamu dulu"
"Tapi aku gak beb*l kaya Cello" Sahut Devan dengan cepat.
Santi pun tergelak. Mereka terus bernostalgia tanpa mereka tahu, bagaimana nasib Shima selanjutnya.