"Aku rela memberikan segalanya, hanya untuk satu malam dengan mu. Aku rela membahayakan hidupku hanya untuk bersama mu. Aku mencintaimu Badai." __ Cheryl.
"Dari awal kau tahu kau bukan tipe ideal ku. Lagi pula, kau juga tahu aku sudah memiliki kekasih. Kejadian diantara kita satu malam tadi, just for fun!" __ Badai.
Berawal dari kenakalan remaja sampai melibatkan dendam masa lalu orang tuanya.
Hay gais cerita ini masih prekuel 'Second Wife' juga masih sekuel dari 'Sexy Little Partner' dan semoga menjadi bacaan yang mengisi waktu luang kalian.
Genre Teen-Angst, jadi siapkan jantung waras kalian karena setiap part nya mengandung desir degup yg tak biasa.
Happy reading Baby.... 🥳
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[Resiko]
📨 "Maafin Cheryl Kakak." Cheryl mengirim pesan teks teruntuk suaminya, dan di seberang sana status Badai sedang mengetik.
Lama sudah Cheryl menunggu balasan Badai, sampai dua jam berikutnya pun tak kunjung sampai.
Sempat Cheryl melayangkan panggilan telepon pada suaminya tapi kemudian ia mendapati suara operator yang berkata 'nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif'.
Ini resiko yang harus Cheryl ambil. Badai marah pun tak masalah, asal kesengsaraan Badai Laksamana berakhir, ia rela.
"Gimana calon cucu Daddy?" Dhyrga terus memeluk putrinya, memberikan kecupan rindu.
Cheryl tersenyum. "Terakhir kali di cek. Dia sehat, detak jantungnya bagus, dan perkembangannya baik." Ujarnya.
"Badai memperlakukan mu dengan sangat baik?" Dhyrga bertanya serius, syukurlah menantunya tak membuat sedikit pun lecet di kulit mulus putrinya. Cheryl masih terawat, seperti saat lari dari rumah.
"Iya." Cheryl mengangguk bangga sambil tersenyum. "Badai bahkan lebih perhatian dari Daddy yang terlalu sibuk dengan urusan kantor. Badai ku sesibuk apa pun, dia selalu menyempatkan waktunya untuk Cheryl."
"Baby bahagia bersamanya?" Dhyrga nyeri. Rupanya Badai masih lebih unggul di mata Cheryl daripada dirinya yang sedari kecil mencukupi kebutuhan putrinya. Itu sikap wajar dari seorang ayah.
"Sangat." Cheryl mengangguk. "Tapi Cheryl yakin, keputusan Cheryl sudah tepat. Karena sampai kapan pun, laki-laki seperti Badai takkan pernah mau menerima bantuan mu Daddy. Dan jalan satu-satunya untuk melepaskan dia dari kesengsaraan ini adalah, membiarkan dia kembali bersama orang tuanya." Ucapnya.
"Dan yah, level tertinggi mencintai adalah, rela. Tak banyak yang menyadari, bahwa melepas juga bentuk perwujudan dari mencintai." Raja menimpali dengan senyum.
Dhyrga terkekeh. "Putriku berjiwa besar. Semoga Badai mu sukses dengan pencapaiannya. Dan menjemput mu kembali."
"Aamiin."
...✴️🔸🔸🔸✴️...
Badai tiba di rumah kedua Gustav yang dibeli dari uang-uang perusahaan Savira Li. Mata ibu mana yang tidak meleleh, melihat putra tampannya menjadi kurus dan banyak sekali goresan di kulitnya.
Savira menciumi semua lekukan wajah lesu Badai Laksamana. Ia bersyukur, pada akhirnya putranya kembali. "Gimana bisa kamu pergi tanpa membawa banyak tabungan? Kamu pasti kesulitan di luar sana."
"Badai bukan anak kecil lagi, Ma." Pemuda itu melerai pelukan ibunya lalu ngeluyur pergi, menaiki anak tangga.
Savira paham betul bagaimana perasaan putranya. Anak itu pasti merasa dikhianati setelah Cheryl yang diperjuangkan justru kembali kepada orang tuanya.
Apa pun itu, Savira Li bahagia. Biarkan Badai melanjutkan pendidikan. Mencapai sukses sesuai dengan sewajarnya. Menjadi Badai Laksamana sang pewaris, bukan Mike yang hanya pelayan, pesuruh dan pengumpul uang receh.
Savira beralih pada Sandy, Lukas, David, Endre dan Ernest. "Terima kasih sudah mau membawa pulang Badai ku, Nak."
"Sama-sama Tante." Sandy mewakili teman lainnya yang hanya bisa menyengir.
...✴️🔸🔸🔸...
Tiba di lantai atas, Gustav menyambut kedatangan putranya dengan senyum kebahagiaan. "Bagaimana kabar putraku yang kuat?" Tanyanya.
Badai tak menjawab. Ia berusaha ngeluyur tanpa ada perkataan Gustav lagi.
"Lihat Badai. Kau lihat sendiri sekarang bukan? Wanita mana yang mau hidup sulit bersama mu? Dari sini kita tahu, bahwa selama ini, cinta istri murahan mu hanya memandang warisan mu." Gustav memanipulasi putranya.
Badai juga tak merespon kata-kata Gustav kali ini. Ia kemudian melanjutkan langkah memasuki kamar miliknya tanpa mengeluarkan satu statement pun.
...✴️🔸🔸🔸✴️...
Bicara tentang waktu, ia memang begitu kejam, waktu tak mau sedetikpun berjalan lambat walau hanya sesaat.
Waktu bukan manusia yang bisa bertoleransi pada keadaan. Jika sudah waktunya maka saat itu pula lah akan datang masa di mana manusia harus rela mengenang hari-hari yang terlewat.
Lima bulan kini berlalu, Badai Laksamana kembali menjalani hari-hari layaknya putra pewaris. Kuliah, bermain basket, ujian, libur, dan lainnya seperti sebelum memiliki istri.
Pagi ini Badai sudah tampan dengan t-shirt putih, sepatu sneaker, jaket jeans, celana hitam, dan rambut dengan tatanan maskulin.
Dari anak tangga langkah Badai terayun menuju meja makan. Ia duduk di sisi Savira dan mereka hanya berdua.
"Pagi Sayang." Ucap Savira, lalu menyodorkan satu roti lapis di piring Badai. Segelas susu pun ia berikan sebagai pelengkap sarapan putranya.
"Pagi." Seperti dulu sebelum berhubungan dengan Cheryl, Badai kembali menjadi pemuda yang dingin.
"Papa ke Indonesia, mengurus perusahaan kita. Ada banyak produk baru kita yang laku di pasaran." Savira mulai membuka obrolan ringan.
"Baguslah." Badai acuh kemudian menyantap rotinya. Badai yang sekarang lebih irit bicara, lebih fokus belajar, dan mencoba menguasai ilmu ekonomi yang dahulu tak ingin ia selami.
"Cheryl melahirkan loh." Kembali Savira memberi tahu putranya.
Badai mengelap setitik saos tomat di ujung bibirnya. "Oya?"
Savira mengangguk. "Mumpung Papa nggak ada, kamu coba tengok Cheryl gih. Mama dengar, Cheryl melahirkan anak laki-laki. Kita ke sana yuk. Pasti ganteng kayak kamu."
"Mama sendiri saja." Setelah cukup lama hening, Badai kembali menyeletuk.
Savira mendengus. "Kamu kok gitu sih Bai? Dia istrimu. Yang lahir itu anakmu, cucuku."
Badai tersenyum getir. "Dia punya keluarga yang sempurna. Badai sudah tidak diperlukan lagi di kehidupannya. Memaksa Cheryl tinggal bersama, sudah ratusan kali Badai coba. Bahkan merengek, meminta kepercayaannya, tapi dia lebih memilih hidup nyaman dengan orang tuanya, Badai bisa apa?" Ujarnya.
"Coba hilangkan keras kepala mu. Mama setuju dengan keputusan Cheryl yang pulang ke rumah orang tuanya, dan kau juga tidak perlu repot-repot bekerja, bukankah masa depan kalian masih panjang?"
"Mama silahkan datangi menantu dan cucu Mama, karena Mama mertua yang baik. Tapi Badai bukan suami yang baik. Badai tidak becus mengurus istri. Badai yakin Cheryl sudah tidak lagi membutuhkan laki-laki seperti ku." Badai meneguk susu miliknya kemudian beranjak pergi dari tempat itu.
Di sela langkahnya, ponsel lamanya berdering sekilas. Nada pesan teks masuk terdengar. Dan ponsel ini ponsel khusus yang ia aktifkan hanya saat menjadi Mike.
📩 "Baby kita sudah lahir, Pi." Pesan teks itu datang dari nomor Cheryl dan ini untuk yang ke sekian kalinya. Ribuan pesan teks di atasnya pun hanya dia buka dan baca, namun tak pernah dia balas.
...✴️🔸🔸🔸✴️...
Di lain hunian. Cheryl termenung menatap layar ponsel lamanya. Ribuan pesan yang ia kirim pada suaminya tak pernah mendapat jawaban walau hanya satu huruf atau sekedar salah kirim.
Badai benar-benar mengacuhkan dirinya setelah ia memilih pulang ke rumah orang tuanya.
"Kak Badai nggak bales lagi?" Ciko bertanya sendu, dijawab oleh anggukan kepala Cheryl.
Kondisi Cheryl masih tersandar lemah di atas ranjang pasien, baru semalam ia melahirkan, syukurlah bayinya sehat dan sangat mirip dengan suaminya.
"Terus, apa akhir dari kisah ini? Kalian sudah menikah, bahkan punya Baby yang ganteng, tapi dia nggak mau peduli sama Lo?" Imbuh Ciko lagi.
Cheryl tersenyum kecil. "Ini resiko Gue Ciko. Saat Gue melangkah pergi dari rumah tanpa izinnya, Gue tahu ini akan terjadi. Ini balasan yang musti Gue terima setelah mengkhianati usahanya. Dan Gue rela berkorban demi menyudahi kesengsaraan nya. Mencintai bukan soal memiliki, bersanding dan menyentuh, sebab terkadang merelakan juga diperlukan." Ujarnya lirih.
Ada kerinduan mendalam yang Ciko tangkap dari luapan kaca-kaca di mata sahabatnya.
...Terima kasih dukungan kalian, Like, komen, vote bunga, dan kopi, semuanya Terima kasih.. Pasha lagi nyoba buat up dua sampai tiga bab sehari semoga bisa ya.. Lopee yuuu 💋🥳...